Dua Rabi Yahudi terkenal di negara Zionis, Israil mengumumkan puasa massal pada tanggal 17 Maret mendatang yang dimulai dari sejak matahari terbit hingga tenggelamnya. Menurut klaimnya, ini berdaya guna untuk melawan dan memerangi langkah Ariel Sharon yang telah memutuskan menarik diri dari jalur Gaza.

Pengumuman ini disampaikan oleh Rabi Afraham Shabira, mantan kelompok Yahudi Ashkanazi (Blok Barat) dan Rabi Mourdetsyi Ilyaho, mantan pemimpin Yahudi Safardim (Blok Timur).

Berdasarkan laporan yang disampaikan saluran-7 televisi Israil, puasa massal yang direncanakan itu diputuskan berlangsung persis pada hari ke-6 bulan versi Yahudi, Adzar Tsani. Para Rabi tersebut ingin menjadikannya sebagai hari berpuasa dan shalat guna menggagalkan keputusan pemerintah melalui langkah sharon yang berketetapan untuk menarik diri secara sepihak dan mengusir orang-orang Yahudi dari pemukiman-pemukiman mereka di jalur Gaza.

Dijadualkan pada hari pelaksanaan puasa itu berlangsungnya pertemuan di kota Na’fi Dekaleim yang terletak di wilayah yang disabotase, Goush Qathif dengan dihadiri sejumlah besar mantan rabi.

Emeily Amrousi, juru bicara administrasi kota Yashu’ mengatakan, “Dipilihnya tanggal 17 Maret ini karena ia menandakan saat kematian Nabi Musa yang telah menggiring bangsa Yahudi ke tanah Israil dan memerintahkan mereka untuk menetap di sana.” Demikian klaimnya.

Amrousi menambahkan, “Untuk pertama kalinya dalam sejarah negeri ini para pembesar Rabi dari kalangan agamawan zionis menyerukan puasa dan shalat berdasarkan kekuasaan konstitusi Yahudi.”

Tanggal 17 maret itu sendiri bertepatan dengan hari di mana PM negara Zionis itu, Ariel Sharon berniat untuk merencanakan voting atas pencairan anggaran pemerintah di Knesset (parlemen). Banyak kalangan menilai momen itu sebagai momen terakhir untuk menggagalkan langkah Sharon. (ismo/AH)