Juha bercerita :

Salah seorang tetangga baruku mengundangku untuk makan siang di rumahnya. Dia berkata, “Anda adalah tetangga yang baik. Besok, Anda harus memenuhi undangan saya untuk makan siang sekedarnya di rumahku. Insya Allah, kita akan makan roti dan garam sambil berbincang-bincang tentang keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal kita ini.”

Karena dia adalah tetangga baruku, aku pun menerima undangannya.

Keesokan harinya, aku pun bertamu ke rumahnya untuk memenuhi undangannya. Aku membayangkan bahwa ia akan menghidangkan untukku makanan dan minuman yang sangat lezat untuk jamuan makan siang. Namun apa yang terjadi? Ternyata ia benar-benar hanya menghidangkan roti tawar dan garam untuk makan siang. Karena lapar dan rasa sungkan, aku pun terpaksa memakan roti dan garam yang ia hidangkan.

Tak lama kemudian ketika kami sedang berbincang-bincang, seorang pengemis mengetuk pintu rumahnya meminta sedekah. Tetanggaku yang mendengar suara pengemis itu pun berteriak, “Pergilah! Aku tidak akan memberikan apapun untukmu. Kalau tidak, maka aku akan memecahkan kepalamu!” Akan tetapi, sang pengemis tak kunjung pergi. Ia tetap berdiri di depan pintu sambil meminta-minta.

Aku pun bergegas ke depan rumah untuk menemui sang pengemis dan kukatakan padanya, “Pergilah, Pak! Sesungguhnya tetanggaku ini, apabila telah mengatakan sesuatu, maka ia akan benar-benar melakukan apa yang diucapkannya.”