“Ghaibâ€‌ secara bahasa adalah tidak atau belum ada atau tidak terlihat, maksudnya di sini adalah sesuatu yang tersembunyi dari manusia tentang perkara-perkara yang akan datang atau yang telah berlalu yang tidak mereka ketahui.

Manusia mempunyai penglihatan dan pendengaran, dengan keduanya manusia mengetahui, namun keduanya itu terbatas, hanya bisa menjangkau apa yang mungkin terjangkau, penglihatan hanya mampu melihat sejauh mata memandang atau sejauh tidak terhalangi oleh sesuatu, daya tangkap pendengaran manusia juga terbatas dalam jarak tertentu saja, lebih dari itu manusia tidak mengetahuinya karena kedua alat tersebut tidak menjangkaunya.

Sesuatu yang ghaib tidak terjangkau oleh penglihatan dan pendengaran manusia, dia tidak mengetahui apa yang terjadi di masa lalu yang tidak dialami sendiri oleh yang bersangkutan atau tidak dia lihat sendiri, dia juga tidak mengetahui apa yang akan terjadi esok hari karena keterbatasan penglihatan dan pendengarannya. Dari sini maka â€کGhaib’ hanya milik Allah, tidak seorang pun yang mengetahuinya selain Dia, sekalipun kadang-kadang Allah berkenan membuka sebagian yang ghaib itu kepada sebagian makhlukNya, dalam hal ini adalah para nabi dan para rasulNya.

“Katakanlah, â€کTidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’. Dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.â€‌ (An-Naml: 65).

“Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhaiNya.â€‌ (Al-Jin: 26-27).

Allah tidak memperlihatkan sedikit pun dari perkara ghaib kecuali kepada siapa yang dipilihNya dari hamba-hambaNya untuk mengemban risalahNya, kepada mereka inilah Allah berkehendak membuka sebagian perkara ghaib, karena salah satu bukti kenabian dan kerasulan dalam mukjizat dan salah satu wujud mukjizat adalah mengabarkan hal-hal ghaib yang dikabarkan oleh Allah kepada yang bersangkutan.

Diperlihatkannya sebagian dari perkara ghaib kepada para rasul ini berlaku untuk rasul dari kalangan malaikat dan rasul kalangan manusia, namun ini hanya untuk mereka saja, selain mereka tidak. Dari sini maka siapa yang mengaku mengetahui ilmu ghaib dengan cara apa pun, padahal dia bukan orang yang dipilih oleh Allah sebagai rasul maka dia adalah pembual besar, kafir kepada Allah karena dia telah merebut sebuah khususiyah ilahiyah Allah dan mengklaimnya untuk dirinya sendiri.

Banyak cara yang diklaim oleh sebagian orang untuk mengetahui hal ghaib, bisa dengan membaca telapak tangan atau melihat ke cawan atau melalui ritual-ritual tertentu, semua ini adalah palsu dan dusta belaka, karena semuanya tidak akan mampu menembus batas tabir ghaib yang Allah letakkan dan simpan untuk diriNya sendiri.

Di antara orang-orang yang mengaku ilmu ghaib itu ada yang berkata, “Barangmu anu yang hilang itu ada di tempat anu.â€‌ “Fulan telah membuatmu sakit dengan cara ini dan ini.â€‌ “Pada hari anu akan terjadi ini dan ini.â€‌ Dan ucapan-ucapan senada lainnya, namun semua itu hanya dusta, menipu orang-orang dungu yang tidak berilmu.

Mengaku hal ghaib bisa melalui astrologi, berdalil kepada pergerakan dan tata letak bintang sebagai bukti terjadinya sebuah peristiwa di muka bumi, misalnya dia berkata, “Ada bintang anu muncul di malam anu, maka akan terjadi begini di bumi.â€‌ Atau dia mengatakan, “Siapa yang berbintang ini dan dia menikah dengan orang yang berbintang anu maka pernikahannya akan begini.â€‌ Atau, “Siapa yang lahir di weton anu maka dia cocok menikah dengan orang yang lahir di weton ini.â€‌

Semua itu termasuk ke dalam mengklaim ilmu ghaib yang merupakan hak khusus Allah dan merupakan kekufuran karena dia mengambil hak khusus Allah untuk dirinya. Kenyataan memilukan di antara kaum muslimin, manakala kita melihat justru hal-hal semacam ini-lah yang laku dan laris di pasaran, melalui media-media cetak dan elektronik serta audio-visual, hal-hal takhayul ini dipasarkan dan mendapatkan respon pasar yang baik. Sebuah musibah besar atas kaum muslimin sebagai akibat dari kejahilan mereka terhadap akidah yang shahih yang diturunkan oleh Allah melalui al-Qur`an dan disampaikan oleh Rasulullah saw melalui hadits-haditsnya.

Dari Kitab Tauhid 3 karya Dr. Shalih al-Fauzan.