Pernahkah anda mendengar nama kota terpencil dan terisolir ini? Di sana, ada saudara kita, kaum Muslimin yang terjajah oleh pendudukan Spanyol hingga saat ini. Kota itu bernama Sebtah yang berada di sebelah utara negara Maroko (Kota lainnya bernama: Melila yang juga berada di bawah pendudukan Spanyol-red) dan berpenduduk mayoritas Muslim. Andaikata demonstrasi yang baru-baru ini digelar di sana tidak dipublikasikan, tentu tidak banyak umat Islam yang tahu mengenai kota cantik ini.

Senin lalu, penduduk Sebtah yang mayoritas beragama Islam melakukan demonstrasi. Sekitar 3000 orang turun ke jalan-jalan di sepanjang kota Sebtah guna mengutuk tindakan diskriminatif dan mengimbau pemerintah pendudukan untuk memberikan toleransi.

Seperti yang dilansir sebuah surat kabar berbahasa Spanyol, demonstrasi itu bertolak dari masjid ‘Sidi Mobarak’ kemudian berpawai ke sekeliling jalan-jalan utama kota. Ratusan orang membawa poster dan meneriakkan berbagai slogan namun semuanya membawa sebuah misi bersama bertuliskan ‘Tidak Untuk Diskriminasi.!’

Kebanyakan demonstrasi terdiri dari kaum wanita dan anak-anak dari berbagai usia. Para wanita itu membawa poster bertuliskan ‘Kami Wanita Muslimah, Bukan Binatang!’ ‘Demi Sebtah, Demi Kehidupan.!’

Para penyelenggara demonstrasi berupaya menghindari terjadinya tindakan anarkis dengan tidak mengeraskan suara atau membuat kekacauan. Namun sekelompok anak-anak muda tiba-tiba menuju ke tengah kota, memecahkan beberapa pintu kios-kios dan sebagian kaca mobil serta melempari salah sebuah bis dengan batu.

Beberapa sumber kepolisian menyiratkan, dua di antara otak tindakan anarkis berhasil ditangkap dengan tuduhan terlibat aksi pengrusakan. Para demonstran tersebut dijaga ketat oleh satuan keamanan nasional Spanyol dan lokal dalam jumlah besar. Unit reaksi cepat yang merupakan bagian dari satuan keamanan tersebut mendapatkan kritikan pedas dari para demonstran.

Para demonstran yang berkumpul di lapangan ‘Afrika’ itu mengeluarkan ‘maklumat penolakan terhadap diskriminasi’ dan dibuka dengan sambutan Martin Lather King. ‘Maklumat’ itu juga mengungkapkan penolakan total terhadap isi karya musik ‘jorok’ yang melecehkan umat Islam, yang dalam karnaval Sebtah itu justeru meraih juara pertama. Para demonstran juga mengecam sikap walikota Sebtah, Chuan Bybas dengan menuntutnya bertanggung jawab atas terjadinya pelecehan tersebut karena dianggap tidak bersikap tegas dalam menangani masalah yang berada di bawah wewenangnya.

Lebih jauh para demonstran itu menegaskan, kalimat yang diucapkan dalam konser musik itu menyeru kepada kebencian, genocide dan penghinaan.

Di samping itu, para demonstran juga menuntut walikota menyampaikan permintaan ma’af terbuka, pengunduran diri penasehat pendidikan dan kebudayaan serta wakil penasehat acara musik tersebut. Mereka menilai perlu dilakukan penyelidikan terhadap para penyelenggara yang ikut dalam konser musik yang hina tersebut dan menarik kembali piala yang telah diberikan itu.

Surat kabar berbahasa Spanyol itu juga menjelaskan, momen paling mengharukan dari ‘maklumat’ tu adalah saat mengungkapkan penolakan terbuka atas publikasi karikatur yang menghina sosok Rasulullah SAW oleh sejumlah media massa Eropa beberapa waktu lalu di mana para demonstran muslim yang berkumpul di lapangan itu terlihat tidak dapat menahan diri dan sangat terguncang.

Di penghujung demonstrasi tersebut, di bawah teriakan ‘Tidak Untuk Diskrimanasi!’ para penyelenggara demonstrasi meminta para peserta untuk menghentikan aksi yang mereka sebut sebagai ‘bersejarah’ itu.!

Persatuan Demokrasi Islam di kota Sebtah menyatakan, dakwaan yang akan mereka ajukan nanti terhadap penyelenggaraan konser tersebut akan ditujukan juga terhadap walikota Sebtah, penasehat pendidikan dan kebudayaan serta wakil penasehat acara tersebut. (ismo/AS)