(1236) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Fadhlu at-Tahlil wa at-Tasbih, 4/2072, no. 2696. Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radiyallahu ‘anhu, dia berkata,

جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَلِّمْنِيْ كَلاَمًا أَقُوْلُهُ. قَالَ: قُلْ: لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ. قَالَ: فَهؤُلاَءِ لِرَبِّيْ، فَمَا لِيْ؟ قَالَ: قُلْ: اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ، وَارْحَمْنِيْ، وَاهْدِنِيْ، وَارْزُقْنِيْ، وَعَافِنِيْ.

“Seorang Arab Badui datang kepada Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam, seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku perkataan yang dapat aku ucapkan.’ Beliau bersabda, ‘Ucapkanlah, ‘Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya, Allah Mahabesar dan segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah Rabb semesta alam, tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.’ Dia berkata, ‘Semua ucapan ini untuk Rabbku, mana ucapan untukku?’ Beliau bersabda, ‘Katakanlah, ‘Ya Allah, ampunilah dosaku, sayangilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah rizki kepadaku dan berikanlah aku keafiatan’.

Perawi ragu-ragu pada kata “Wa’afini (dan sehatkanlah aku).”

(1237) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta’awwudz Min Syarri Ma Amila, 4/2087, no. 2720. dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengucapkan,


اَللّهُمَّ أَصْلِحْ لِيْ دِيْنِيَ الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِيْ، وَأَصْلِحْ لِيْ دُنْيَايَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشِيْ، وَأَصْلِحْ لِيْ آخِرَتِيَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادِيْ، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِيْ فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِيْ مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

‘Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku untukku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan’.

عِصْمَةُ أَمْرِيْ bermakna tempat saya berpegang teguh dan bersandar kepadanya dalam mengurus segala perkaraku. Sedangkan kata مَعَادِيْ bermakna tempat kembaliku.

(1238) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,


اَللّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ. اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِيْ، أَنْتَ الْحَيُّ اْلقَيُّوْمُ الَّذِي لاَ يَمُوْتُ، وَالْجِنُّ وَاْلإِنْسُ يَمُوْتُوْنَ.

“Ya Allah, aku berserah diri kepadaMu, aku beriman kepadaMu, aku bertawakal kepadaMu, aku kembali kepadaMu, dan aku memusuhi karenaMu. Ya Allah, saya berlindung dengan keperkasaanMu, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selainMu. Lindungilah aku, karena Engkaulah Dzat Yang hidup dan terus menerus mengurusi makhluk, Dzat yang tidak akan mati, sedangkan jin dan manusia semuanya akan mati.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, Bab (Wa Huwa al-Aziz al-Hakim), 13/368, no. 7383; dan Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta’awwudz Min Syarri Ma Amila, 4/2086, no. 2717.

(1239) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa`i dan Sunan Ibnu Majah, dari Buraidah radiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki berkata,


اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ، بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ اْلأَحَدُ الصَّمَدُ، الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
. فَقَالَ: لَقَدْ سَأَلْتَ اللهَ صلى الله عليه وسلم بِاْلاِسْمِ الَّذِيْ إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ.

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu, bahwasanya aku bersaksi bahwa Engkaulah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau yang Maha Esa, Yang bergantung kepadaMu segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Dia.” Maka beliau bersabda, “Engkau telah meminta kepada Allah dengan nama yang apabila diminta dengannya niscaya Dia akan memberi, dan apabila diucapkan doa dengannya niscaya Dia akan mengabulkan.

Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 35596; Ahmad 5/349, no. 350 dan 360; Ibnu Majah, Kitab al-Adab, Bab Ismullah al-A’zham, 2/1267, no. 3857; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab ad-Du’a`, 1/469, no. 1493; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab Jami’ ad-Da’awat, 5/515, no. 3475; an-Nasa`i dalam al-Kubra, no. 1998-Tuhfah; Ibnu Hibban, no. 891 dan 892; ath-Thabrani dalam ad-Du’a`, no. 114; al-Hakim 1/504; al-Baghawi, no. 1259 dan 1260; dan al-Ashbahani dalam at-Targhib no. 1297: dari beberapa jalur, dari Malik bin Mighwal, dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya dengan hadits tersebut.

Abu al-Hasan al-Maqdisi berkata sebagaimana yang dinukil oleh al-Mundziri, “Ia adalah isnad yang tidak ada celaan di dalamnya”. Saya berkata, Tentu ada, mereka telah berselisih tentangnya dalam beberapa pendapat: Muhammad bin Juhadah meriwayatkannya dari seseorang, dari Sulaiman bin Buraidah, dari ayahnya, sebagaimana yang diisyaratkan oleh al-Mizzi dalam at-Tuhfah, no. 1998. Dan diriwayatkan Muhammad bin Juhadah juga dari Sulaiman dari ayahnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu as-Suni, no. 758. Husain al-Mu’allim meriwayatkannya dari Abdullah bin Buraidah dari Mihjan al-Arda’ sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa`i. Ini bukanlah aib, karena mayoritas jalur ini adalah shahih. Dan mengumpulkan antara jalan-jalan tersebut adalah gampang. Hadits tersebut dihasankan oleh at-Tirmidzi. Al-Hakim dan adz-Dzahabi menshahihkannya berdasarkan syarat keduanya (al-Bukhari dan Muslim). Al-Maqdisi menguatkannya, dan disepakati oleh al-Mundziri. Al-Albani menshahihkannya.

Dan dalam suatu riwayat dikatakan,

لَقَدْ سَأَلْتَ اللهَ بِاسْمِهِ اْلأَعْظَمِ.

“Kamu telah meminta kepada Allah dengan NamaNya yang Mahaagung.”

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”

(1240) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa`i, dari Anas radiyallahu ‘anhu,

إِنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم جَالِسًا، وَرَجُلٌ يُصَلِّي، ثُمَّ دَعَا: اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ، بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ، يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: لَقَدْ دَعَا اللهَ تعالى بِاسْمِهِ الْعَظِيْمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى.

“Bahwasanya dia pernah duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan terdapat seorang laki-laki sedang shalat kemudian berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu bahwasanya milikMulah segala pujian, tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, Yang Maha Pemberi Nikmat, Pencipta langit dan bumi, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kedermawanan. Wahai Dzat yang hidup dan terus menerus mengatur makhluk.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Dia telah berdoa kepada Allah Ta’ala dengan NamaNya yang agung yang apabila Dia dimohon dengan nama tersebut niscaya Dia akan mengabulkan, dan apabila Dia diminta dengannya, niscaya Dia akan memberikan’.

Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad 3/158 dan 245; al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 705; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab, 1/469, no. 1495; an-Nasa`i, Kitab as-Sahw, Bab ad-Du’a` Ba’da adz-Dzikr, 3/52, no. 1299; Ibnu Hibban, no. 893; ath-Thabrani dalam ad-Du’a`, no. 116; al-Hakim 1/503; al-Baghawi, no. 1258; al-Ashbahani dalam at-Targhib, no. 1297: dari beberapa jalur, dari Khalaf bin Khalifah, dari Hafsh anak saudara Anas, dari Anas dengan hadits tersebut.

Al-Hakim dan adz-Dzahabi menshahihkannya berdasarkan syarat Muslim, namun keduanya tidak benar. Karena Muslim meriwayatkan dari Khalaf hanya dalam kapasitas syawahid. Khalaf tidak tertolak dari segi kejujuran, akan tetapi dia mengalami perubahan hafalan (pikun) dan kerancuan sebelum meninggalnya. Maka orang semisalnya tidak layak untuk dihasankan haditsnya, apalagi dishahihkan. Akan tetapi dia layak dalam syawahid.
Akan tetapi hadits tersebut telah diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab Khalaqallah Mi’ata Rahmah, 5/550, no. 3544: dari jalur Sa’id bin Zarbi, dari ‘Ashim al-Ahwal dan Tsabit, dari Anas. At-Tirmidzi berkata, “Gharib dari hadits Tsabit dari Anas.” Saya berkata, “Tidak berharga karena adanya Sa’id ini, karena dia haditsnya munkar, dan tertuduh palsu.” Dan Ahmad meriwayatkannya 3/265, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam ash-Shaghir, no. 1041; dan al-Hakim 1/504: telah meriwayatkannya dari dua jalur di mana yang satu menguatkan yang lainnya, dari Ibrahim bin Ubaid bin Rifa’ah, dari Anas. Dan hadits ini hasan dengan berkumpulnya kedua jalurnya. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 35597; Ahmad 3/120; Ibnu Majah, Kitab al-Adab, Bab Ismullah al-A’zham, 2/1268, no. 3858: telah meriwayatkannya dari jalur Waqi’, dari Abu Khuzaimah, dari Anas bin Sirin, dari Anas. Dan Abu Khuzaimah adalah al-Abdi al-Bashri, dia adalah shaduq, haditsnya kuat, sedangkan rawi-rawi sisanya adalah tsiqah, maka sanadnya adalah hasan atau di atas itu. Dan tidaklah diragukan bahwa hadits ini shahih dengan berkumpulnya jalur-jalur ini, al-Haitsami telah menguatkannya, Ibnu Hibban, al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani telah menshahihkannya.

(1241) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa`i dan Sunan Ibnu Majah dengan isnad yang shahih dari Aisyah radhiyallahu ‘anha,

إِنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَدْعُو بِهؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ: اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ النَّارِ، وَعَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ شَرِّ الْغِنَى وَالْفَقْرِ.

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa dengan kalimat-kalimat ini, ‘Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari fitnah neraka, dan dari azab neraka serta dari kejahatan kekayaan dan kefakiran’.” Dan hadits ini terdapat dalam riwayat al-Bukhari juga dalam Kitab ad-Da’awat, Bab at-Ta’awwudz Min al-Ma’tsam wa al-Maghram, 11/176, no. 6368; dan Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta’awwudz Min Syarri al-Fitan, 4/2078, no. 589, dengan susunan yang lebih panjang dari ini.

Ini adalah lafazh Abu Dawud. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”

(1242) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Ziyad bin Ilaqah, dari pamannya -yaitu Quthbah bin Malik radiyallahu ‘anhu– dia berkata, “Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam pernah berdoa,


اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ اْلأَخْلاَقِ وَاْلأَعْمَالِ وَاْلأَهْوَاءِ.

‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kemungkaran akhlak, amal perbuatan, dan hawa nafsu’.

Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab Du’a Ummi Salamah, 5/575, no. 3591; Ibnu Hibban 3/240, no. 960; ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir, 19/19, no. 36 dan ad-Du’a`, no. 1384; dan al-Hakim 1/532: dari beberapa jalur, dari Abu Usamah, Mas’ar bin Kadam telah menceritakan kepada kami, dari Ziyad bin Ilaqah dengan hadits tersebut.

Dan hadits ini sanad perawinya tsiqah, merupakan perawi asy-Syaikhain, kecuali Quthbah, haditsnya hanya diriwayatkan oleh Muslim saja, maka sanadnya berdasarkan syaratnya sebagaimana dipastikan oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi. Sedangkan penghasanan at-Tirmidzi dan an-Nawawi, maka ia berdasarkan sanad at-Tirmidzi saja. Dan al-Albani telah menshahihkannya.

At-Tirmidzi berkata,”Hadits ini hasan.”

(1243) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi dan Sunan an-Nasa`i, dari Syakal bin Humaid radiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَلِّمْنِيْ دُعَاءً. قَالَ: قُلْ: اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِيْ، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِيْ، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِيْ، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِيْ، وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّيْ.

“Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, ajarilah saya doa.’ Beliau bersabda, ‘Katakanlah, ‘Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kejahatan pendengaranku, dari kejahatan penglihatanku, dari kejahatan lisanku, dan dari kejahatan hatiku, dan dari kejahatan air maniku (keinginan melakukan zina. pent)’.”

Hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 29136; Ahmad 3/429; al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, no. 663; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab al-Isti’adzah, 1/482, no. 1551; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da’awat, Bab, 5/523, no. 3492; an-Nasa`i, Kitab al-Isti’adzah, Bab al-Isti’adzah Min Syarri as-Sam’i, 8/255, no. 5459, 5470, 5471, dan 5499; ath-Thabrani, 7/310, no. 7225, dan dalam ad-Du’a`, no. 1380; al-Hakim 1/532; dan al-Baghawi, no. 1369: dari beberapa jalur, dari Sa’ad bin Aus, Bilal bin Yahya telah menceritakan kepadaku, Syutair bin Syakal telah memberitahukan kepadanya, dari ayahnya dengan hadits tersebut.

At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini dari hadits Sa’ad bin Aus, dari Bilal bin Yahya.” Al-Mundziri dan an-Nawawi menyepakatinya. Al-Hakim berkata, “Isnadnya shahih.” Adz-Dzahabi dan al-Albani menyetujuinya, dan yang benar adalah ucapan at-Tirmidzi dan al-Mundziri. Dan Sa’ad serta Bilal keduanya adalah shaduq, haditsnya tidak meningkat kepada derajat shahih.

At-Tirmidzi berkata,”Hadits ini hasan.”

Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.