Hendaknya Seorang Da’i lapang Dada Terhadap Orang-orang Yang Menyelisihinya

Jika seorang da’i mengetahui bahwa orang yang menyelisihinya bermaksud baik apalagi orang yang berselisih faham dengannya berdasarkan dalil yang menurutnya lebih kuat. Maka sepatutnya bagi seorang da’i tetap bersikap luwes terhadap masalah seperti ini, dan tidak menjadikan perselisihan tersebut sebagai pemicu permusuhan dan kebencian. Kecuali seorang yang berselisih dengannnya muncul dari sikap membangkang dan menolak kebenaran padahal telah jelas baginya kebenaran, tetapi dia tetap bersikeras mempertahankan kebatilan maka yang demikian ini wajib disikapi sesuai dengan sikap yang layak baik dengan cara menjauhinya atau memperingatkan umat manusia agar tidak terpengaruh dengannya, karena dia secara jelas telah menunjukkan sikap permusuhan dan tidak mau bersikap tunduk setelah datang penjelasan kebenaran.

Ada hal-hal yang berkaitan dengan masalah furu’ (cabang agama) yang diperselisihkan, padahal masalah tersebut cukup toleran dan bukan masalah ushul (pokok agama) sehingga tidak perlu saling mengkafirkan satu sama lain karena perkara itu termasuk masalah agama yang cukup longgar dan luwes. Nabi bersabda:

إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ فَأَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ وَإِنْ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ.

“Apabila seorang hakim memutuskan hukuman dengan cara berijtihad lalu benar (dalam ijtihadnya), maka baginya dua pahala. Dan jika dia salah dalam ijtihadnya, maka baginya satu pahala”.

Jadi, seorang mujtahid tidak pernah luput dari pahala bila benar dalam berijtihad dapat dua pahala dan bila salah dapat satu pahala.
Jika engkau tidak ingin orang lain menyelisihimu, maka orang lain juga tidak ingin ada seorangpun yang menyelisihinya. Sebagaimana engkau menghendaki agar semua orang harus mengambil perkataanmu, begitu pula orang lain yang berselisih denganmu menghendaki agar semua orang mengambil perkataannya sementara sumber utama rujukan masalah ketika terjadi perselisihan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

“Tentang sesuatu apapun yang kamu berselisih, maka putusannya(terserah) kepada Allah” (QS. Asy-Syura: 10)
Allah berfirman:
“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian.” (QS. An-Nisa: 59).

Maka wajib bagi siapa saja yang sedang berselisih dan berbeda pendapat hendaknya mengembalikan perselisihan tersebut kepada dua sumber hukum, yaitu Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, dan tidak halal bagi siapapun menentang Kalamullah dan sunnah Rasul dengan perkataan siapapun. Jika telah jelas di hadapan anda suatu kebenaran maka wajib bagimu membuang jauh-jauh perkataan orang yang menyelisihi kebenaran tersebut, dan jangan hiraukan pendapat tersebut karena manusia sangat mungkin melakukan kesalahan sementara Kalamullah dan sabda Rasul-Nya tidak pernah salah.

Sangat disayangkan ketika saya mendengar ada sekelompok orang yang memiliki kesungguhan dalam mencari dan mengikuti kebenaran ternyata mereka saling berselisih dan masing-masing dari mereka memiliki sebutan atau ciri tertentu agar tampil beda dengan yang lainnya. Padahal demikian itu suatu sikap yang salah. Karena agama Allah satu dan umat Islam hanya satu sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu. Dan Aku adalah rabbmu. Maka bertakwalah kepadaku”.(QS. Al-Mu’minun: 52.)

Dan Allah berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad:
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi bebe-rapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat” (QS. Al-An’am: 159).

Allah berfirman:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. Asy-Syura: 13)

Apabila Allah membimbing kita semua sebagaimana di atas maka wajib bagi kita semua berpegang teguh dengan bimbingan tersebut. Dan hendaknya kita sering berkumpul untuk membahas suatu masalah dengan lapang dada dan saling berdiskusi dalam rangka untuk menciptakan kondisi yang lebih kondusif bukan malah saling menghujat dan mencela.

Sungguh hampir semua orang apabila berdebat atau mengkritik orang lain bertujuan untuk membela pendapat sendiri dan mengejek pendapat orang lain, atau bermaksud untuk menghujat, bukan untuk memperbaiki, maka secara umum perdebatan dan kritikan tersebut hanya menghasilkan sesuatu yang tidak diridhai Allah dan Rasul-Nya.

Maka wajib bagi kita semua untuk menjaga agar kita semua tetap menjadi umat yang satu. Ini bukan berarti ada seorang manusia yang tidak pernah bersalah bahkan semua orang bisa bersalah dan bisa juga benar, namun pembicaraan kita sekarang tentang cara memperbaiki kesalahan. Bukan berarti memperbaiki kesalahan dengan cara saling melempar tuduhan dan celaan serta ghibah. Akan tetapi cara yang terbaik adalah berkumpul dan berdiskusi bersama-sama. Apabila telah berkumpul dan berdiskusi namun orang tersebut tetap bersikukuh dengan pendapatnya yang batil, maka ketika anda punya alasan dan berada di pihak yang benar maka wajib bagimu untuk menjelaskan kesalahan tersebut, dan anda harus memperingatkan (men-tahdzir) kepada umat manusia agar tak terpengaruh dengan kesalahannya, sehingga dengan cara demikian keadaan akan menjadi lebih baik. Adapun berpecah belah menjadi beberapa kelompok maka hal itu tidak disukai oleh setiap orang, kecuali orang-orang yang memusuhi Islam dan kaum muslimin.

Hanya kepada Allah aku memohon agar menyatukan hati kita semua di atas ketaatan kepada-Nya, dan menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang berhukum kepada Allah dan Rasul-Nya, dan semoga Allah memurnikan niat kita dan menampakkan kebenaran syariat yang masih tersembunyi kepada kita semua.
Sesungguhnya Allah Maha Pemurah dan Maha Mulia
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya.