Hadirin sidang Shalat Jum’at yang dimuliakan Allah
Kalau kita cermati, sebagai seorang muslim yang menjalani kehidupan yang sementara di dunia ini, ada beberapa aral yang melintang dihadapan kita yang menjadi penghalang bagi kita untuk menapaki fitrah kita yang suci. Kalau kita tidak waspada, perintang-perintang ini akan menggerogoti dan mengikis habis iman kita atau paling tidak akan membuat iman kita menjadi labil, keruh dan tidak murni lagi akibat noda-noda dan racun yang ditebarkannya. Perintang-perintang ini sangat beragam dan banyak sekali, namun menurut Imam Ibnu Abi ‘Izz Al-Hanafi kesemuanya itu bermuara pada dua hal yaitu: “Syubhat dan Syahwat”. (Lihat Syarh Aqidah Thahawiyah, Ibnu Abi ‘Izz Al-Hanafi, hal: 339).

Hadirin hamba Allah.
Perintang yang pertama adalah Fitnah Syubhat.
Menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah penyebab fitnah ini adalah lantaran lemahnya iman seseorang dan sedikitnya ilmu yang dimilikinya disamping niat yang rusak dan gelora mengikuti hawa nafsu yang membara dalam jiwanya. (Ighatsatul Lahfan 2/584).

Fitnah ini lebih berbahaya jika dibandingkan dengan fitnah syahwat, karena fitnah ini dikemas oleh penebar-penebarnya dengan nama Islam, berlabelkan syari’at dan menggunakan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk mengukuhkan dan membuat orang tertarik, terpukau dan terpesona dengan lontaran-lontaran pemikiran yang mereka gulirkan hingga merekapun akhirnya tidak segan-segan untuk mengikuti alur pemikiran yang menyimpang tersebut.

Fitnah Syubhat ini meliputi berbagai bidang garap, di antaranya: Yang pertama; bidang aqidah.
Aqidah merupakan sumber kekuatan keimanan seorang muslim. Dari kekuatan aqidah inilah akan muncul semangat dalam jiwa seseorang untuk mengaplikasikan bentuk-bentuk ibadah yang disyari’atkan Allah kepada manusia. Oleh karenanya kemurnian aqidah merupakan hal yang sangat menentukan bagi diterima atau tidaknya suatu amal.

Allah tidak akan menerima amal seseorang yang aqidahnya menyimpang karena terkena fitnah syubhat dan di antara contoh fitnah syubhat yang paling berbahaya di bidang aqidah adalah fitnah kemusyrikan.

Memang, nampaknya secara langsung kita tidak mendapatkan ada seorang muslim yang nyata-nyata menyembah berhala, sujud kepada patung, atau menyembah pohon dan batu besar yang dianggap keramat. Namun, ada beberapa fenomena yang secara sekilas tampaknya tidak menyimpang, akan tetapi pada hakekatnya hal itu hukumnya sama seperti menyembah patung, dalam arti termasuk perbuatan syirik, seperti mengakui adanya kekuatan lain selain Allah, mengganti hukum Allah dengan hukum buatan manusia, memasang sesaji, jimat dan mempercayai seseorang yang mengaku memiliki ilmu ghaib serta mengkultuskan para hamba-hamba Allah yang shalih. Semua ini mengakibatkan rusaknya tauhid dan aqidah kita lantaran syubhat-syubhat tersebut.

Hadirin sidang shalat Jum’at yang dimuliakan Allah
Sisi lain yang termasuk dalam fitnah syubhat dibidang aqidah adalah menjamurnya aliran-aliran keagamaan yang menyimpang dari aqidah yang benar, seperti Mu’tazilah, Khawarij, Syi’ah, Qadariyah, Jabariyah, Jahmiyah dan aliran-aliran menyim-pang lainnya. Masing-masing aliran keagamaan ini memandang bahwa aliran dan kelompok merekalah yang paling benar, sementara kelompok selain mereka adalah kelompok sesat. Dan untuk membenarkan ajaran mereka, merekapun mengadopsi dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah kemudian mencocokkannya dengan pemikiran dan hawa nafsu mereka, yang sesuai dengan hawa nafsu mereka mereka ambil, sementara yang bertentangan dengan hawa nafsu mereka, mereka campakkan dan mereka singkirkan jauh-jauh.

Hadirin sidang shalat Jum’at yang dimuliakan Allah
Fitnah syubhat yang kedua adalah fitnah syubhat dalam bidang ibadah

Fitnah itu tidak kalah bahayanya dibandingkan dengan fitnah yang pertama, karena fitnah ini akan menjerumuskan pelakunya ke jurang kesesatan. Pengertian fitnah syubhat dalam bidang ibadah adalah melakukan bentuk-bentuk ibadah tertentu yang sebenarnya tidak ada tuntunannya dari Rasulullah n lalu menyatakan bahwa hal itu adalah sunnah. Ringkasnya, fitnah syubhat dalam bidang ibadah ini adalah bid’ah.

Oleh karenanya, fitnah syubhat dalam bentuk ini lebih disukai oleh iblis dari pada perbuatan maksiat yang dilakukan oleh seseorang. Sebagaimana diungkapkan oleh Sufyan Ats-Tsaury :

اَلْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ. اَلْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا وَالْبِدْعَةُ لاَ يُتَابُ مِنْهَا. (شرح أصول الاعتقاد للالكائي 1/132).

“Perbuatan bid’ah itu lebih disukai iblis dari pada perbuatan maksiat, karena orang yang melakukan maksiat akan bertaubat dari kemaksiatannya sementara orang yang melakukan bid’ah tidak akan bertaubat dari kebid’ahannya.” (Syarh Ushulil I’tiqad, Al-Lalika’iy 1/132).

Memang, lantaran pelakunya merasa tidak bersalah, maka otomatis ia merasa tidak perlu untuk bertaubat darinya. Bahkan justru sebaliknya, ia akan tetap melaksanakan amalan tersebut terus menerus, berangkat dari keyakinannya akan kebenaran amalan tersebut.

Dan satu hal yang perlu kita ingat, bahwa semakin seseorang itu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan amalan yang bid’ah tersebut, maka Allah akan semakin jauh darinya. Hal ini dituturkan oleh seorang ulama salaf yang bernama Ayub As-Sikhtiyani beliau berkata:

مَا ازْدَادَ صَاحِبُ بِدْعَةٍ اِجْتِهَادًا إِلاَّ ازْدَادَ مِنَ اللهِ بُعْدًا. (الأمر بالاتباع والنهي عن الابتداع، للأمام السيوطي: 66).

“Tidaklah seseorang yang melakukan bid’ah semakin bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kebid’ahannya melain-kan ia akan semakin jauh dari Allah.” (Al-Amru bil Ittiba’ wan Nahyu ’anil Ibtida’, Imam As-Suyuthi: 66).

Walhasil, bid’ah adalah fitnah syubhat yang harus kita hindari agar ibadah kita kepada Allah benar-benar murni dan bersih dari noda-noda yang mengotorinya, karena semua jenis bid’ah dalam dien adalah sesat meskipun menurut pandangan kita adalah baik. Dalam hal ini Abdullah bin Umar berkata:

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً. (المدخل إلى السنن الكبرى للبيهقي رقم 191).

“Setiap bid’ah itu adalah sesat, sekalipun orang-orang memandangnya hal itu tampaknya baik.” (Al-Madkhal ilas Sunan Al-Kubra, Imam Al-Baihaqi, no. 191).

Hadirin jamaah shalat Jum’at yang dimuliakan Allah ..
Adapun jenis fitnah yang kedua adalah: fitnah syahwat.
Pengertiannya adalah segala perbuatan yang dapat mengikis, menggerogoti dan melemahkan iman seseorang yang berasal dari hawa nafsu. Nama lain dari fitnah itu adalah maksiat.

Fitnah ini juga amat berbahaya, lantaran dapat merusak iman seseorang. Karena menurut aqidah dan keyakinan yang telah menjadi kesepakatan ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah seperti yang dituturkan oleh Imam Al-Bukhari, Imam Ahmad dan lain-lainnya, bahwa iman itu bertambah dan berkurang, bertambah karena melaksanakan ketaatan dan berkurang lantaran melakukan kemaksiatan.

Oleh karenanya, para salaf mengajak kita untuk berhati-hati terhadap hal ini, sebagaimana nasehat mereka yang patut untuk kita renungkan.

اِحْذَرُوْا مِنَ النَّاسِ صِنْفَيْنِ: صَاحِبَ هَوًى قَدْ فَتَنَهُ هَوَاهُ وَصَاحِبَ دُنْيَا أَعْمَتْهُ دُنْيَاهُ. (إغاثة اللهفان، لابن القيم الجوزية، 2/586).

“Waspadalah kalian terhadap dua tipe manusia, pengikut hawa nafsu yang diperbudak oleh hawa nafsunya dan pemburu dunia yang telah dibutakan (hatinya) lantaran dunia (yang telah diraihnya).” (Ighatsatul Lahfan, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah: 2/586).

Orang yang terkena fitnah syahwat cenderung malas untuk beribadah, bahkan dalam kondisi imannya yang kritis ia tidak segan-segan untuk meninggalkan perintah Allah dan melanggar laranganNya. Terkadang ia sadar bahwa apa yang dilakukannya itu salah, namun karena bisikan dan dorongan hawa nafsunya lebih kuat, maka hal itu menjadikannya merasa ringan untuk mengabaikan perintah Allah, melalaikan kewajiban yang semestinya ia lakukan dan melanggar larangan yang sepatutnya ia jauhi.

Fitnah syahwat ini bermacam-macam bentuk dan jenisnya, di antaranya sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firmanNya:

“Dijadikan indah bagi manusia kecintaan kepada syahwat (apa-apa yang diingini) berupa wanita, anak-anak, harta kekayaan yang berlimpah dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (Surga).” (Ali Imran: 14).

Janganlah kita terpedaya oleh hal-hal tersebut di atas, namun upayakanlah agar keberadaan mereka tidak melalaikan kita dari mengingat Allah bahkan sebagai pendorong untuk lebih meningkatkan prestasi ibadah yang kita lakukan.

Marilah kita raih predikat orang-orang yang telah Allah sebutkan dalam firmanNya:

“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari berdzikir kepada Allah, mengerjakan shalat dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (pada hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (An-Nur: 37).

Orang yang bijak adalah orang yang mampu mengekang dan menundukkan hawa nafsunya dan beramal shalih sebanyak-banyaknya untuk menghadapi hari pertemuan dengan Allah. Ia sadar bahwa hidup di dunia ini adalah sementara, sedangkan kehidupan yang kekal adalah kehidupan di akhirat kelak. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ اْلأَمَانِي. (رواه الترمذي).

“Orang yang bijak adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya, mengintrospeksi dirinya dan beramal untuk menjadi bekal setelah matinya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsunya lalu berangan-angan agar Allah (mengampuni dosa-dosanya).” (HR.Ahmad At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, Shahih).

Kaum Muslimin rahimakumullah
Demikianlah uraian tentang bahaya fitnah syubhat dan syahwat. Dan sebelum khutbah ini saya akhiri, ketahuilah bahwa Allah telah memberitahukan kepada kita jalan keluar agar kita bisa terbebas dari kedua fitnah ini.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَقُوْلُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ.

Hadirin jamaah Shalat Jum’at Yang dimuliakan Allah

Kemudian untuk melewati rintangan-rintangan syahwat maupun fitnah syubhat yang kita dengarkan bersama tadi, marilah kita kembali kepada firman Allah Ta’ala dan sabda Rasul-Nya.

Untuk memberantas fitnah syubhat tak ada jalan lain kecuali dengan bashirah (ilmu) dan yaqin atau iman seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Sementara untuk menundukkan fitnah syahwat adalah dengan sifat sabar. Hal ini dijelaskan Allah dalam firmanNya.

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan selalu meyakini ayat-ayat Kami.” (As-Sajdah: 24).

Dengan ilmu dan keyakinan serta aqidah yang kokoh seseorang dapat menepis pemikiran-pemikiran sesat dan menyimpang yang mengaburkan akan pemahaman ajaran Islam yang benar, baik dalam bidang aqidah, ibadah, akhlak maupun dalam bidang-bidang lainnya.

Sedangkan dengan sabar seseorang dapat mengekang dan menundukkan hawa nafsunya agar tidak menyimpang dari ajaran yang benar.

Oleh sebab itu, marilah kita budayakan sikap “saling menasehati dalam al-haq’ untuk membasmi dan memusnahkan fitnah syubhat dan mari kita juga membudayakan sikap “saling menasehati dalam kesabaran” untuk melawan dan menundukkan fitnah syahwat.

Mudah-mudahan dengan melaksanakan dua perkara di atas kita dapat terbebas dari kedua fitnah yang membahayakan tersebut. Dan mudah-mudahan Allah menempatkan kita ke dalam golongan hamba-hambanNya yang muttaqin, mukhlashin dan shalihin.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِمِ الصَّلاَةَ.

Bacaan Khutbah pertama :

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَأَحْسَنَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. أَمَّا بَعْدُ؛

Oleh: Deden Wibawa