Tidur merupakan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan hal ini dalam firman-Nya:

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا

“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS. An-Naba: 9).

Karena itu, kita harus mensyukurinya. Beradab sesuai petunjuk rasul-Nya dalam hal ini merupakan bentuk nyata dari kesyukuran kita atas nikmat ini. Maka, mengilmui dan mengamalkan adab-adab nabawi dalam hal ini merupakan hal yang sangat penting. Di antara adab-adab itu ialah:

 

1. Berwudhu Sebelum Tidur

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وَضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ

“Bila engkau hendak beranjak ke pembaringan (untuk tidur) hendaklah berwudhu seperti wudhu untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari no. 247).

Hal ini berlaku baik seorang dalam keadaan hadats kecil maupun hadats besar, seperti junub.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهُوَ جُنُبٌ غَسَلَ فَرْجَهُ وَتَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila ingin tidur sementara beliau dalam keadaan junub, beliau membersihkan kemaluannya dan berwudhu (sebagaimana wudhu) untuk shalat.” (HR. Bukhari no. 288).

 

2. Mengibaskan Sprei Sebelum Berbaring

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَنْفُضْ فِرَاشَهُ بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ

“Apabila seorang dari kalian akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengibaskan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu dengan ujung bajunya, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya.” (HR. Bukhari no. 6320).

 

3. Membaca beberapa ayat atau surat al-Qur’an.

 (a) Ayat Kursi (Surat al-Baqarah: 255).

Imam al-Bukhari rahimahullah di dalam Shahihnya menyebutkan kisah setan yang mencuri harta zakat lalu ditangkap oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu hingga 3 kali. Pada kali ketiga setan berkata kepada Abu Hurairah, “Lepaskan aku, aku akan mengajarimu beberapa kalimat yang dengannya niscaya Allah akan memberikan manfaat kepadamu!” aku pun menjawab, “Apa itu ?” orang tersebut lalu berkata, ‘Jika engkau beranjak ke pembaringanmu (untuk tidur), bacalah terlebih dahulu ayat Kursi ( اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ) hingga akhir ayat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa memberikan penjagaan kepadamu, setan pun tak akan mendekatimu (untuk mengganggumu) hingga pagi.” Di akhir hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ketahuilah bahwa ia telah berkata benar kepadamu sementara ia adalah pendusta. Tahukah engkau siapakah gerangan orang yang engkau ajak bicara sejak tiga malam yang lalu wahai Abu Hurairah?”Abu Hurairah menjawab, “Tidak tahu.” Lalu, beliau bersabda, “Ia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311).

 (b) Surat Al-Ikhlash, surat Al-Falaq dan surat An-Naas.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Biasanya beliau (Nabi) ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (surat Al-Ikhlash), قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (surat Al-Falaq) dan قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ  (surat An-Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangannya tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian itu sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017).

 (c) Surat as-Sajdah dan al-Mulk.

Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يَنَامُ حَتَّى يَقْرَأَ : الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةَ وَ تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah tidur sebelum membaca Alif Laam Miim Tanziil as-Sajdah dan Tabarakalladzi Biyadihil Mulku.” (HR. Ahmad no. 14659).

 (d) Surat al-Isra’ dan az-Zumar.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَنَامُ عَلَى فِرَاشِهِ حَتَّى يَقْرَأَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَالزُّمَرَ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah tidur di atas pembaringannya sebelum membaca Bani Isra’il dan az-Zumar.” (HR. at-Tirmidzi no. 2920).

 

4. Membaca Dzikir dan Doa.

(a) Subhanallahu 33x, Alhamdulillah 33x, dan Allahu akbar 34x.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَيُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ وَيَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَيُسَبِّحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَذَلِكَ مِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ فِي الْمِيزَانِ

“Dan bila (seorang muslim) bertakbir sebanyak 34 kali saat membaringkan tubuhnya (untuk tidur), ia juga bertahmid sebanyak 33 kali, dan bertasbih sebanyak 33 kali, maka kesemuanya berjumlah 100 yang diucapkan dengan lisan, dan 1.000 (pahala) dalam timbangan amal perbuatan.” (Shahihul Jami’, hadits no. 3230).

(b) “Dengan nama-Mu aku mati dan hidup” atau “Dengan nama-Mu aku hidup dan dengan nama-Mu pula aku mati”.

Khudzaifah radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila beranjak tidur, beliau mengucapkan:

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا

“Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup.” (HR. Bukhari di dalam aladab al-Mufrad, no. 1205).

Al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila telah berada di pembaringannya (untuk tidur), beliau mengucapkan:

اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَحْيَا وَبِاسْمِكَ أَمُوتُ

“Ya Allah, dengan namaMu aku hidup dan dengan namaMu pula aku mati.”

(HR. Muslim no. 7062).

(c) Memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila beranjak ke pembaringanya (untuk tidur), beliau mengucapkan:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا فَكَمْ مِمَّنْ لَا كَافِيَ لَهُ وَلَا مُؤْوِيَ

 “Segala puji bagi Allah yang memberi makan kami, memberi minum kami, mencukupi kami, dan memberi tempat berteduh kepada kami. Berapa banyak orang yang tidak mendapatkan siapa yang memberi kecukupan dan tempat berteduh.” (HR. Muslim no. 7069).

(d) Berlindung dari Azab Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila ingin tidur, beliau meletakkan tangannya di bawah pipinya sebelah kanan. Dan beliau mengucapkan:

اللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ

“Ya Allah! jauhkanlah aku dari siksaan-Mu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.” (HR. Bukhari di dalam al-Adab al-Mufrad, no. 1215).

 

5. Tidak Tidur Tengkurap

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seseorang tidur telungkup, lalu beliau bersabda:

إِنَّ هَذِهِ ضِجْعَةٌ لَا يُحِبُّهَا اللَّهُ

“Sesungguhnya tidur dengan posisi demikian itu tidak disukai Allah.” (HR. at Tirmidzi no. 768).

 

6. Berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bila saat tidur merasa kaget, gelisah atau ketakutan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian terasa terkejut saat tidur, hendaklah ia mengucapkan:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ

“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, dari gangguan setan dan kehadiran mereka kepadaku” (HR. at-Tirmidzi, no. 3528).

 

7. Memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala Saat Bangun Tidur.

Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila beranjak ke pembaringannya (untuk tidur) beliau mengucapkan, ‘Dengan nama-Mu aku mati dan hidup.” Dan bila telah bangun, beliau mengucapkan:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

 “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami dimatikan-Nya, dan kepada-Nya-lah kami dikembalikan.” (HR. Bukhari, no. 6312).

Demikianlah beberapa adab nabawi yang dapat penulis sebutkan. Semoga Allah q memberikan taufik kepada kita untuk dapat mengamalkannya. Aamiin. (Abu Umair bin Syakir).

 

Referensi:

  1. Aadaabu al-Muslim Fii al-Yaumi wa Allailati, Dep. Ilmiah Darul Wathan

  2. Hisnu al-Muslim, Sa’id bin Wahf al-Qahthani, dll.