Segala puji bagi Allah Dzat yang memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, mengajarkan adab-adabnya dan menjanjikan kebaikan bagi pelakunya berupa pengijabahan atas apa yang diminta.

Pembaca yang budiman, sungguh doa yang dipanjatkan seorang hamba kepada Rabbnya menunjukkan kefakirannya. Ia sangat butuh kepada-Nya. Betapa tidak?! Sementara Dia adalah Mahakaya, seluruh bumi dan langit beserta seluruh yang ada di dalamnya adalah milik-Nya.

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

 “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Hajj: 64).

Pembaca yang budiman, satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan dipraktikkan dalam berdoa –disamping banyak melakukannya- adalah melakukannya dengan adab yang sebaik-baiknya. Adapun sebaik-baik adab dalam berdoa adalah apa yang telah diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kitab-Nya dan dituntunkan serta diteladankan oleh Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam sunnahnya. Di antaranya, yaitu:

 

  1. Yakin kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Yakni yakin akan janji-Nya bahwa Dia akan memperkenankan doa yang dipanjatkan oleh hambaNya.

 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.’” (QS. Al-Mukmin: 60).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ

“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi no. 3479).

 

  1. Memulai dengan Memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Bershalawat kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ

 “Apabila salah seorang di antara kalian berdoa, mulailah dengan memuji dan mengagungkan rabbnya Dzat yang Maha agung lagi Maha Perkasa, kemudian bershalawatlah kepada Nabi. Setelah itu berdoalah sesuai yang diinginkannya.” (HR. Abu Daud no.1483).

 

  1. Tidak Terburu-buru

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

 “’Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan selama tidak berdoa yang berisi dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru.’” Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru?’ Beliau bersabda, ‘Ia (orang yang berdoa ini) berkata, ‘Saya telah berdoa, saya telah berdoa, dan belum saja dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.’” (HR. Muslim no. 7112).

 

  1. Mengangkat Tangan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ

 “Sesungguhnya Allah itu sangat pemalu dan Maha Pemurah. Dia malu jika seorang lelaki mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada-Nya, lalu Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan hampa.” (HR. Abu Dawud no. 1488 dan At-Tirmidzi no. 3556).

 

  1. Menghadap Kiblat

Dalam kisah haji yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam -ketika wukuf di Arafah- Jabir (perawi hadits) menyebutkan:

وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتْ الشَّمْسُ

“Beliau (Rasulullah) menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam.” (HR. Muslim no.3009).

 

  1. Menggunakan Nama-nama dan Sifatsifat Allah Subhanahu wa Ta’ala

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 “Hanya milik Allah asmaa-ul husna (namanama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.” (QS. Al-A’raf: 180).

Ini berlaku untuk doa ibadah dan doa permohonan; maka nama-nama atau sifat-sifat Allah tersebut disebutkan dalam setiap permintaan sesuai dengan permintaan yang dimaksudkan, misalnya seorang meminta kepada Allah agar diampuni dan dirahmati Allah, maka ia mengatakan, “Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku, sesunguhnya Engkau Dzat yang Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (Tafsir as-Sa’di, 1/309).

 

  1. Suara Lirih dan Tidak Dikeraskan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ

 “Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian, Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Mahaberkah nama-Nya, dan Mahatinggi kekayaan dan kemuliaan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2830).

 

  1. Rendah Hati dan Suara yang Lembut, Serta Tidak Melampaui Batas

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

 “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55).

 Yakni berdoalah kepada Tuhan kalian -wahai orang-orang yang beriman- dengan merendahkan diri, dengan lembut dan suara yang pelan agar doa itu khusyu’ dan jauh dari riya. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang melanggar batas-batas syariat-Nya. Pelanggaran yang besar adalah menyekutukan-Nya dengan selain-Nya, seperti berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik itu kepada orang mati atau kepada berhala-berhala dan sebagainya. (lihat At-Tafsir Al-Muyassar, 3/16).

 

  1. Bersungguh-sungguh

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا دَعَوْتُمْ اللَّهَ فَاعْزِمُوا فِي الدُّعَاءِ وَلَا يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِي فَإِنَّ اللَّهَ لَا مُسْتَكْرِهَ لَهُ

 “Apabila kalian berdoa kepada Allah, maka bersungguh-sunguhlah di dalam berdoa, dan jangan ada yang mengatakan jika Engkau menghendaki maka berilah aku karena sesungguhnya Allah itu tidak ada yang dapat memaksanya.” (HR. Bukhari no. 7464).

 

  1. Menggunakan Kalimat yang Singkat dan Padat Namun Maknanya Luas

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

يَسْتَحِبُّ الْجَوَامِعَ مِنْ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَى ذَلِكَ

 “Rasulullah sangat menyukai berdoa dengan doa-doa yang singkat dan padat namun maknanya luas dan tidak berdo’a dengan yang selain itu.” (HR. Abu Dawud no. 1484).

Inilah beberapa adab terkait dengan berdoa. Semoga bermanfaat. Aamiin. (Abu Umair bin Syakir).

 

Referensi: 

  1. Adab Islamiyah, Abdul Hamid bin Abdirrahman As-Suhaibani.
  2. Adab Al-Muslim Fii Al-Yaum wa Allailah, Dept.Ilmiah Darul Wathan.
  3. At-Tafsir Al-Muyassar, Dr. Hikmat Basyir et.al.
  4. Taisir Al-Karim Ar-Rahman fii Tafsir Kalam Al-Manan, Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di.