Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga tercurah atas baginda Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- penutup para Nabi dan imam para rasul dan atas keluarganya serta para sahabatnya secara menyeluruh.

Saudara, saudariku

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Wa ba’du.

Di hadapan saya sekarang ayat kedua belas dan setelahnya dari surat al-Maidah, agar kita mengerti lembaran-lembaran Bani Israil dalam al-Qur’an al-Majid.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَلَقَدْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيبًا

“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara mereka dua belas orang pemimpin.” (al-Maidah: 12)

Setiap kelompok diambil seorang yang berbicara atas nama kelompoknya.

وَقَالَ اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْ

Dan Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku beserta kalian.” (al-Maidah: 12)

Kebersamaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- adalah kemuliaan yang tidak ada lagi yang lebih mulia darinya, keutamaan yang tidak ada bandingannya dan kekuatan yang tidak terkalahkan. Akan tetapi kebersamaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- ini ada syarat-syaratnya.

Bagi kita, dalam agama yang dibawa Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-,

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (an-Nahl: 128)

Setiap orang yang bertakwa mendapat kesenangan dengan kebersamaan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, setiap orang yang berbuat baik mendapat kesenangan dengan kebersamaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Dan barang siapa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- bersamanya, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menganugerahkan kepadanya,

إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Jika Allah menolong kalian, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kalian; dan jika Allah membiarkan kalian (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kalian (selain) dari Allah sesudah itu.” (Ali Imran: 160)

Demikian pula Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman kepada Bani Israil,

إِنِّي مَعَكُمْ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ وَآتَيْتُمُ الزَّكَاةَ وَآمَنْتُمْ بِرُسُلِي وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ

“Sesungguhnya Aku beserta kalian, sesungguhnya jika kalian mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kalian bantu mereka dan kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosa kalian. Dan sesungguhnya kalian akan Kumasukkan ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Maka barang siapa yang kafir di antara kalian sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (al-Maidah: 12)

Kebersamaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengan mereka tergantung kepada lima syarat –dengan berbaik sangka- Yahudi adalah manusia yang paling memusuhi kita, bahwa mereka tidak sampai pada derajat mampu menepati janji terhadap Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ

“Sesungguhnya jika kalian mendirikan shalat” (al-Maidah: 12)

Ternyata mereka merobohkan Masjid al-Aqsha.

وَآتَيْتُمُ الزَّكَاةَ

“Dan menunaikan zakat” (al-Maidah : 12)

Mereka adalah contoh terbaik dalam masalah kebakhilan

وَآمَنْتُمْ بِرُسُلِي

“Serta beriman kepada rasul-rasul-Ku.” (al-Maidah: 12)

Mereka mengingkari Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-dan selain keduanya, mengingkari Injil, al-Qur’an dan selain keduanya.

وَعَزَّرْتُمُوهُمْ

”Dan kalian bantu mereka.” (al-Maidah: 12)

Maksudnya mendahulukan mereka dan memuliakan mereka. Justru mereka berkata terhadap al-Masih sebagaimana yang mereka katakan, membunuh para Nabi tanpa hak dan membunuh orang-orang yang mengajak mereka kepada keadilan.

وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا

“Dan kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik.” (al-Maidah: 12)

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- melaknat Yahudi yang mengira Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- miskin, minta pinjaman. Mereka salah. Sebenarnya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengajak untuk  berinfak dengan cara yang paling tepat, seakan-akan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berkata, “Sesungguhnya sedekah kalian yang sampai ke tangan orang fakir, sampai ke tangan Rabb kalian terlebih dahulu sebelum sampai ke tangan orang fakir.”

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memaklumkan bahwa Dia-lah yang bertanggung jawab atas pemberian balasan dan pahala, dan mengajak bersedekah dengan ungkapan yang paling dalam, diucapkan oleh Dzat Yang Mahakaya dan Maha Terpuji, dengan ungkapan,

وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا

“Dan kalian pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik.” (al-Maidah: 12)

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjanjikan  mereka kebersamaan-Nya, menjanjikan menghapus kesalahan-kesalahan mereka, menjanjikan mereka masuk Surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai. Adakah yang lebih nikmat dari janji-janji ini? Akan tetapi dasar mereka adalah pengikut hawa nafsu dan budak kemauan dan tawanan syahwat.

Bagaimana mereka terangkat ke perjanjian dengan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-? Bagaimana mereka menjaga perjanjian antara mereka dengan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-? Sesungguhnya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengancam mereka dengan siksaan, setelah memberi janji kepada mereka.

فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ

Maka barang siapa yang kafir di antara kalian sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (al-Maidah: 12)

Meski demikian, mereka tetap saja ingkar.

Lalu bagaimana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memperlakukan mereka? Kita lihat dalam surat al-Maidah, di mana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya. Kami laknat mereka.” (al-Maidah: 13)

Maksud laknat di sini adalah terusir dari rahmat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً

Dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.” (al-Maidah: 13)

Karena yang bisa melunakkan hati bukanlah berkubang dalam keinginan, syahwat dan nafsu, akan tetapi yang bisa melunakkan hati adalah menjaga hubungan dengan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, menepati janji dengan penuh kegembiraan dan menerima ancaman siksaan dengan rasa takut. Akan tetapi mereka sama sekali tidak begitu. Ketika mendengar janji kenikmatan atau ancaman siksaan dari Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, mereka menganggap kalam Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tidak ada artinya. Mereka suka merubah perkataan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dari tempat-tempatnya.

وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ

Dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya.” (al-Maidah: 13)

Penggunaan kalimat حَظًّا (sebagian) di sini memberi arti banyak, bukan sedikit. Memang penggunaan nakirah bisa berarti sedikit, bisa berarti banyak, bisa berarti pengagungan, bisa berarti penistaan. Runutan kalimat dan embel-embelah yang bisa memastikan makna nakirah. Yang kita bahas sekarang, sebuah kalimat yang runutannya tidak memberi makna lain selain bahwa lafazh حَظًّا di sini menunjukkan banyaknya apa yang telah mereka lupakan dari kalam Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ

“Dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya.” (al-Maidah: 13)

Kalau tidak demikian, maka tiada artinya ancaman ilahi yang menanti mereka yang berupa tempat kembali yang buruk.

Kemudian Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengabarkan kepada rasul-Nya bahwa mereka adalah ahli khianat, karena orang yang berani berkhianat kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan mengingkari janji-Nya, tidak bisa diharapkan akan menepati janji mereka terhadap makhluk.

وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ

Dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka.” (al-Maidah: 13)

Meski demikian, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tetap berbuat adil terhadap orang-orang yang menepati janji di antara mereka,

إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Kecuali sedikit di antara  mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (al-Maidah: 13)

Kemudian surat al-Maidah menggabungkan antara Yahudi dengan orang-orang Nasrani dalam suatu kalimat yang mereka ucapkan, tanpa disertai dalil dan merupakan salah satu dosa besar.

وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, “Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasihNya.” (al-Maidah: 18)

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tidak beranak dan tidak pula diperanakan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tidak menyukai orang-orang yang mengingkari janji, munafik, suka bertikai, penindas dan suka berbuat jahat. Sesungguhnya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- suka dengan orang-orang yang berbuat baik, orang-orang yang sabar, yang bertakwa dan beriman. Sementara orang-orang Yahudi sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat ini, sedikit maupun banyak. Tidak pula dekat ataupun jauh darinya. Karena itulah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjawab mereka,

قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ

Katakanlah, ‘Maka mengapa Allah menyiksa kalian karena dosa-dosa kalian?” (al-Maidah: 18)

Jika kalian adalah anak-Nya, jika kalian adalah kesayangan-Nya, lalu kenapa Dia-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyiksa kalian karena dosa-dosa kalian?

بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ

“Tetapi kalian adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakanNya.” (al-Maidah: 18)

Kemudian Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengalihkan perhatian mereka kepada kenikmatan yang agung untuk mereka dan untuk semesta alam, yaitu seorang rasul, Muhammad-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. Firman-Nya,

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ

Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepada kalian ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul.” (al-Maidah: 19)

Supaya tidak ada seseorang yang mengaku tidak mengetahui sama sekali tentang kedatangan pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, agar jiwanya tidak terus dalam kesesatan, kerusakan dan kejahatan. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Sesungguhnya telah datang kepada kalian pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (al-Maidah: 19)

Wahai saudara dan saudariku,

Saya ingin lebih memperjelas untuk memiliki akidah Islam, kalimat dalam Kitabullah, dalam surat al-Maidah ayat 20 dan seterusnya,

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَآتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kalian ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antara kalian, dan dijadikan-Nya kalian orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepada kalian apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain.” (al-Maidah: 20)

Akan tetapi mereka tidak ingat nikmat-nikmat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- kepada mereka, tidak ingat kenabian para nabi-nabi, tidak menyucikan risalah para utusan serta tidak mensyukuri nikmat keteguhan dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-  menyeru mereka agar masuk tanah suci yang telah dijanjikan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- untuk mereka. Tanah suci ini dijanjikan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- untuk mereka saat mereka dijanjikannya apabila mereka menepati janji-janji dengan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Akan tetapi mereka adalah ahli ingkar janji, tidak pernah menepati janjinya kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-..

Apakah mereka masih mendapatkan janji ini, padahal mereka sendiri yang telah menjatuhkan diri dari tingkatan penepatan janji terhadap Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.menuju kehancuran yang mempertuhankan hawa nafsu dan rela bersama setan ? Musa-عَلَيْهِ السَّلَامُ-berkata,

يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ

“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagi kalian, dan janganlah kalian lari ke belakang (karena kalian takut kepada musuh), maka kalian menjadi orang-orang yang merugi.” (al-Maidah: 21)

Akan tetapi mereka adalah kaum penakut,

 قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا حَتَّى يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ . قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Mereka berkata, “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.” Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya, “Serbulah  mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu. Maka bila kalian memasukinya niscaya kalian akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (al-Maidah: 22-23).

Akan tetapi rasa takut telah menyelimuti dan mengikat diri mereka,

قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ

Mereka berkata, “Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (al-Maidah: 24)

Karena itulah Musa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- mengadu kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

قَالَ رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي

Berkata Musa, “Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.” (al-Maidah: 25)

Kemudian dia minta agar dipisahkan dengan mereka,

فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

“Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.” (al-Maidah: 25)

Maka Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengabulkan permintaannya,

قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ سَنَةً يَتِيهُونَ فِي الْأَرْضِ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

Allah berfirman, “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” (al-Maidah: 26)

Wahai saudaraku,

Inilah musuh kalian di bumi yang diberkahi, yang diduduki dengan cara zalim dan menindas. Dan inilah sejarah kelam mereka. Dan akibat yang baik hanya untuk orang-orang yang bertakwa, maka isilah hati dengan makna ini dan isilah dada dengan al-Qur’an serta kembalilah ke jalan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang lurus.

Sesungguhnya pertolongan tergantung kepada kejujuran untuk kembali kepada kitab Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, Wallahu Waliyyut taufik.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

(Redaksi)

Sumber:

Al-Yahud Fi al-Qur’an al-Karim, hal. 167-177