Kepercayaan terhadap mitos identik dengan kepercayaan orang-orang dahulu atau nenek moyang, mereka meyakini adanya pantangan-pantangan yang harus ditaati (pamali) untuk menghindari bala atau musibah. Pada zaman sekarang mitos biasanya masih melekat dan diyakini oleh orang tua atau sesepuh di pedesaan atau tempat yang masih kental dengan budayanya.

Mitos sendiri merupakan keyakinan yang kurang jelas dan kurang rasional. Jika kita tinjau kembali tentang kepercayaan mitos ini, maka akan kita jumpai beberapa pantangan-pantangan yang dapat diterima akal sehat (rasional) namun terdapat pula pantangan-pantangan yang tidak masuk akal (irasional). Sehingga sebagian masyarakat mengklaim bahwa mitos adalah takhayul. Adapun diantara contoh pamali (pantangan) yang berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan seorang wanita ialah:

1. Pantangan dalam Menikah

Diantara pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar ialah:

a. Pantangan jilu (siji telu) yang artinya satu dan tiga.

Pantangan jilu memiliki makna bahwa baik calon perempuan maupun laki-laki tidak boleh lahir pada urutan satu dan tiga dalam keluarganya.

b. Pantangan yang berkaitan dengan lokasi rumah.

Tidak dianjurkan melangsungkan acara pernikahan, bila calon mempelai perempuan memiliki rumah (bertempat tinggal) disebelah barat dari calon mempelai pria.

c. Pantangan saat melamar dan memboyong wanita tidak boleh melewati Gunung Pegat.

Kata ‘Pegat’ sendiri memiliki arti ‘Putus’, jika dilanggar, maka diyakini pernikahan kedua mempelai kelak akan berakhir dengan perceraian.

d. Memindahkan cincin tunangan.

Masyarakat Jawa meyakini bahwa cincin pertunangan yang diberikan oleh mempelai laki-laki kelak akan membawa keberuntungan jika mempelai wanita tidak memindahkannya dari jari manis ke jari lainnya sebelum hari H pernikahan.

e. Kado pernikahan.

Menurut Mitos Jawa, hendaklah kado pertama yang dibuka adalah sesuatu yang dipakai pertama kali ketika akan mulai menapaki kehidupan berkeluarga. Bila hal tersebut dilakukan, maka diyakini keluarga baru tersebut akan mendapatkan keberuntungan.

f. Menikah di tanggal lahir.

Orang Jawa meyakini bahwa jika acara pernikahan dilaksanakan pada tanggal kelahiran mempelai pria, maka pernikahan tersebut akan membawa keberuntungan bagi kedua mempelai dan juga terhindar dari malapetaka.

2. Pantangan dalam Kehamilan

Di antara pantangan-pantangan bagi wanita hamil adalah sebagai berikut:

a. Aja nggeguyu (ngenyek) wong cacat, amarga cacate wong kuwi bisa numusi neng anake. (Jangan mentertawakan (melecehkan) orang cacat, karena cacatnya orang itu bisa menurun pada anaknya).

b. Aja mangan utawa adus ing wayah wengi, mundhak anake gampang kena sawan. (Jangan makan atau mandi di waktu malam, karena dapat menyebabkan si anak kelak bakal mudah terkena sawan).

c. Aja asring susah lan nangis, mundhak anake dadi gembeng. (Jangan sering bersedih dan menangis, karena akan menyebabkan anaknya jadi cengeng).

d. Aja mangan iwak lele, mundhak anake gedhe lan angel laire. (Jangan makan ikan lele, karena menyebabkan si anak yang berukuran besar akan susah lahirnya).

e. Aja mangan kweni lan duren, amarga bisa keguguran. (Jangan makan buah kweni dan durian, karena bisa keguguran).

f. Aja mateni kewan. (Jangan membunuh hewan) jika dilanggar diyakini janinnya nanti lahir dalam kondisi meninggal.

g. Aja nutupi bolongan atawa leng. (Jangan menyumbat lubang atau liang). Jika dilanggar, diyakini kelak ketika melahirkan akan mengalami kesulitan dalam proses kelahiran janinnya.

3. Pantangan Melahirkan

Berikut pantangan-pantangan setelah melahirkan:

a. Aja saresmi salawase patang puluh dina. (Jangan berhubungan badan dengan suami selama empat puluh hari). Artinya, seorang wanita dianjurkan agar tidak melakukan hubungan seks selama 40 hari setelah melahirkan karena hal itu akan mengganggu kesehatannya. Hal ini juga dilarang dalam syariat Islam.

b. Aja turu rikala wayah surub, mundhak bayine lara. (Jangan tidur pada waktu senja (maghrib), karena bayinya bisa sakit). Tidur di waktu senja memang tidak baik bagi kesehatan bayi dan ibu itu sendiri. Dari sinilah, maka seorang ibu jangan membawa bayinya di ranjang untuk tidur di saat senja hari. Ajaklah si kecil tidur jauh sesudah lewat waktu senja. Menurut Islam, ketika terbenamnya matahari adalah waktu dimana setan-setan mulai bertebaran. Maka dari itu Islam mengajarkan kepada umatnya jika tiba waktu senja segeralah tutup pintu dan jendela, dan jangan biarkan anak atau hewan ternak kita yang masih berada diluar rumah atau pekarangan. Segera laksanakan shalat magrib kemudian berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar selalu diberikan perlindungan.

c. Aja mangan iwak loh utawa laut, sartane daging pitik. (Jangan makan ikan air tawar atau laut, dan daging ayam). Sewaktu luka bekas melahirkan belum sembuh di masa nifas, seorang wanita dilarang menyantap ikan air tawar dan laut, serta daging ayam. Karena diyakini makanan tersebut justru akan memperparah luka.

Hukum Mempercayai Mitos

Mitos tetaplah mitos walaupun sebagian orang menyebutnya ada nilai filosofisnya. Ketika semua itu dikaitkan dengan takdir atau diyakini menjadi penyebab kesialan, maka hukumnya masuk dalam kesyirikan. Karena masuk kategori thiyarah, yaitu meyakini sesuatu sebagai sebab kesialan bagi kehidupan manusia, padahal tidak ada hubungannya.

Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ  ثَلَاثًا

“Thiyarah itu syirik, Thiyarah itu syirik, (diulang 3 kali)” (HR. Ahmad 3759, Abu Daud 3912, dan yang lainnya. Sanad hadits ini shahih menurut Syuaib Al-Arnauth).

Untuk melawan ancaman-ancaman kualat itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala ajarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin untuk menjadi hamba yang tawakkal dan pasrah kepada-Nya. Sebagaimana yang diterapkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Dan tidak ada satupun di antara kami yang bersih dari perasaan thiyarah. Namun Allah menghilangkannya dengan tawakkal.” (HR. Ahmad 3759, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. at-Thalaq: 3).

Dan di dalam hadits riwayat Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang mengurungkan pekerjaannya karena thiyarah maka dia telah berbuat kesyirikan”, maka para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apa penebus dosa itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya dia berdoa,

اللَّهُمَّ لَا خَيْرَ إِلَّا خَيْرُكَ ، وَلَا طَيْرَ إِلَّا طَيْرُكَ ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

“Ya Allah tiada kebaikan kecuali kebaikan dari-Mu, dan tiada keburukan kecuali keburukan dari-Mu, dan tiada Tuhan yang berhak disembah dari selain-Mu.” (HR. Ahmad no. 7045, Hadits Hasan).

Dan akhirnya marilah kita tinggalkan dan buang jauh-jauh segala bentuk mitos, mari kita cukupkan dengan Islam, karena ketika keyakinan terhadap mitos ini dituruti, perasaan takut itu akan semakin besar dan tidak terbendung yang akhirnya akan menggerogoti keimanan kita. (Sudarto, Lc.,M.HI.)

Referensi

1. Warisan Budaya Tak Benda masalahnya kini di Indonesia (disunting), Edi Sedyawati.

2. Pamali & Mitos Jawa Ilmu Kuno antara Bejo dan Kesialan, Sri Wintala A.

3. Parasit Aqidah Selintas Perkembangan dan Sisa-sisa Agama Kultur, El Marzdedeq. 4. al-Qaul al-Mufied ‘ala Kitab at-Tauhid, Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin.