Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى berfirman,

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau yang ingin bersyukur.” (al-Furqan: 62)”

Mujahid رَحِمَهُ اللهُ berkata, “Tidaklah satu hari datang kepada manusia kecuali hari tersebut akan berkata, ‘Wahai anak Adam, aku telah mendatangimu pada hari ini dan aku tidak akan kembali kepadamu besok, maka lihatlah apa yang akan engkau kerjakan terhadapku.

Apabila hari tersebut sudah selesai, maka muncullah hari yang baru, kemudian ia mengakhiri hari tersebut dan tidaklah dibuka amal perbuatannya pada hari tersebut sampai hari Kiamat nanti yang mana Allah yang akan memutuskan kepadanya.

Sebagian dari mereka berkata,

إِنَّمَا الدُّنْيَا إِلَى الْجَنَّةِ وَالنَّارِ طَرِيْقٌ وَاللَّيْلُ مَتْجَرُ اْلإِنْسَانِ وَاْلأَيَّامُ سُوْقٌ

‘Sesungguhnya dunia merupakan jalan menuju Surga dan Neraka.
Sedangkan malam adalah waktu berjualan manusia, dan hari-hari dimana ia hidup adalah pasarnya'”.

(Dr. Ahmad Farid, “al-Bahru ar-Raa-iq Fii az-Zuhdi Wa ar-Raqaa-iq”, hal. 322)