Penulis : Izzudin Karimi

Setelah menjawab pertanyaan Jibril tentang Islam, iman dan ihsan, Nabi bersabda, “Ini Jibril, dia datang kepada kalian mengajarkan agama kalian kepada kalian.” Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Umar bin al-Khatthab. Nabi menetapkan bahwa agama adalah Islam, iman dan ihsan, beliau menjelaskan bahwa agama kita mencakup ketiganya, pemeluknya dengan tiga derajat: Muslim, Mukmin dan Muhsin. Yang dimaksud dengan iman adalah apa yang beliau sebutkan bersama Islam, bukan iman yang bersih dari Islam, sebagaimana yang dimaksud dengan ihsan adalah apa yang beliau sebutkan bersama iman dan Islam, bukan ihsan tanpa keduanya. Inilah makna hadits di atas.

Antara Iman dan Islam

Nabi menafsirkan Iman dengan enam dasar iman dan menafsirkan Islam dengan lima dasar amal perbuatan lahir, hal ini berarti bila kita menggabungkan dua kata iman dan Islam maka kita tidak boleh menafsirkan dengan selain makna yang menjadi jawaban Nabi terhadap pertanyaan Jibril, tetapi bila Islam disendirikan maka ia mencakup iman dan sebaliknya. Jadi disandingkannya iman dan Islam berbeda dengan dipisahkannya salah satu dari yang lainnya.

Sama dengan hal ini kata kufur dan nifaq. Firman Allah, ”Barangsiapa kafir kepada iman maka batallah amalnya dan diakhirat termasuk orang-orang merugi.” Al-Maidah: 5. Kufur di sini mencakup nifaq, orang-orang munafik termasuk ke dalam ayat. Namun bila keduanya disandingkan maka kafir adalah orang yang menampakkan kekufurannya dan munafik adalah orang yang menyembunyikannya sedangkan lisannya berkata iman.

Ayat ini, “Orang-orang Arab pedalaman berkata, ‘Kami beriman.’ Katakanlah, ‘Kalian belum beriman.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Kami telah Islam’.” Al-Hujurat: 14, menunjukkan pembedaan antara Iman dengan Islam, Allah mengizinkan mereka untuk berkata aslamna dan tidak amanna, kalau keduanya sama lalu mengapa yang pertama diizinkan dan yang kedua tidak?

Senada dengannya hadits Rasulullah, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan la ilaha illallah…” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar. Seandainya seseorang mengucapkannya namun dia mengingkari kerasulan Muhammad, maka dia tidak terjaga, karena di samping dia harus mengucapkannya, dia juga harus menunaikan haknya dan itu adalah membenarkan risalah Muhammad, demikian juga sebaliknya, siapa yang mengakui risalah Muhammad namun tidak mengakui la ilaha illallah. Namun bila keduanya disebut, maka La Ilaha Illallah menetapkan tauhid dan Muhammad Rasulullah menetapkan risalah.

Sebagian kalangan menyamakan Islam dengan iman dengan dalil firman Allah, “Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri itu dan Kami tidak mendapati padanya kecuali sebuah rumah dari kaum muslimin.” Adz-Dzariyat: 35-36, padahal ayat ini tidak menunjukkan demikian, karena rumah yang dikeluarkan memiliki dua sifat sekaligus, yaitu Islam dan iman, dan hal itu tidak membuktikan bahwa kedua sama.

Tafsir Islam dengan Lima Dasar

Amal perbuatan lahir yang wajib lebih banyak daripada lima dasar, lalu mengapa Nabi dalam menjawab pertanyaan Jibril tentang Islam hanya menjawab dengan lima perkara dasar?

Nabi menyebutkan agama yang merupakan sikap berserah diri dari hamba kepada Tuhannya secara mutlak, di mana ia merupakan ibadah murni kepada Allah atas setiap muslim yang mampu mengerjakannya, dengannya dia menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan hanya kepadaNya, dan hal ini terwujud dengan lima dasar. Adapun selain itu maka ia wajib dengan memperhatikan kemaslahatan, kewajibannya tidak mencakup semua orang. Wallahu a’lam.