WA NUFIKHA FISH SHURSangkakala adalah tanduk yang ditiup, itulah penafsiran Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam dalam hadits Abdullah bin Amru yang diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi dan Abu Dawud seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, peniupnya adalah Israfil alihis salam. Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari (11/368) berkata, “Sudah kesohor bahwa peniup sangkakala adalah Israfil alaihis salam, al-Hulaimi menukil ijma’ tentangnya, hal ini disebutkan secara jelas dalam hadits Wahab bin Munabbih, dalam hadits Abu Said di al-Baihaqi, dalam hadits Abu Hurairah di Ibnu Mardawaih, begitu pula dalam hadits sangkakala yang panjang.”

Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa peniup sangkakala selalu siap siaga sejak Allah menciptakannya, dalam Mustadrak al-Hakim dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sejak peniup sangkakala diberi tugas meniup, matanya selalu siap, mata itu melihat ke Arasy, dia khawatir diperintahkan meniup sebelum matanya memandangnya, seolah-olah kedua matanya adalah dua bintang yang bersinar.” al-Hakim berkata, “Sanadnya shahih.” Dan disetujui oleh adz-Dzahabi. (Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah nomor 1078).

Di zaman ini di mana kiamat semakin dekat, Israfil lebih siap dan siaga untuk meniup, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan al-Hakim meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri berkata, Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bagaimana aku bersenang-senang sementara peniup sangkakala telah menelan sangkakala, menundukkan keningnya dan menyiapkan pendengarannya, dia menunggu diperintah meniup maka dia akan meniup.”Para sahabat bertanya, “Apa yang kami ucapkan ya Rasulullah?” Beliau bersabda,

قُولُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ تَوَكَّلْنَا عَلَى اللَّهِ رَبِّنَا

Ucapkan, ‘cukuplah Allah bagi kami dan Dia adalah sebaik-baik penolong, kami bertawakal kepada Allah Tuhan kami.” At-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan.” (Silsilah al-Ahadits ash- shahihah nomor 1079).

Berapa kali sangkakala ditiup?

Yang nampak dari dalil-dalil adalah bahwa sangkakala ditiup dua kali, pertama adalahnafkhah shaiq dan yang kedua adalah nafkhah Ba’ats, Allah Ta’ala berfirman, “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).”(Az-Zumar: 68).

Al-Qur`an menamakan tiupan yang pertama dengan rajifah dan yang kedua denganradifah, firman Allah, “(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.”(An-Nazi’at: 6-7).

Di tempat lain al-Qur`an menyatakan tiupan pertama dengan shaihah dan yang kedua dengan nafkh fi ash-shur, firman Allah Ta’ala, ” “Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya. Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.”(Yasin: 49-51).

Hadits shahih hadir menetapkan dua tiupan, dalam shahih al-Bukhari dan Muslim Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jarak antara dua tiupan adalah 40.” Abu Hurairah ditanya, “40 hari?” Abu Hurairah menjawab, “Saya menolak.” Mereka bertanya, “40 bulan?” Abu Hurairah menjawab, “Saya menolak.” Mereka bertanya, “40 tahun?” Abu Hurairah menjawab, “Saya menolak.” Kemudian Allah menurunkan hujan dari langit maka mereka bermunculan seperti tumbuhnya sayuran dan tidak ada bagian manusia yang tidak hancur kecuali satu tulang yaituajbu-dzanab darinya makhluk disusun kembali pada Hari Kiamat.

Ayat-ayat dan hadits shahih di atas menetapkan bahwa tiupan sangkakala adalah dua kali, yang pertama adalah tiupan kematian dan yang kedua adalah tiupan kebangkitan, ini adalah pendapat beberapa ahli ilmu seperti Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari dan al-Qurthubi dalam at-Tadzkirah.

Sementara itu Ibnu al-Arabi, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Katsir berpendapat bahwa tiupan sangkakala terjadi tiga kali: tiupan faza’(kekagetan), tiupan kematian dan tiupan kebangkitan.

Pendapat ini berkata bahwa Allah menyinggung tiupan faza’ dalam firmanNya, “Dan (ingatlah) hari ketika ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.”(An-Naml: 87).

Sebagaimana pendapat ini berdalil kepada sebagian hadits yang menyatakan bahwa tiupan terjadi tiga kali, di antaranya adalah hadits panjang tentang sangkakala yang diriwayatkan oleh ath-Thabari, “Kemudian sangkakala ditiup tiga kali: tiupan kekagetan, tiupan kematian dan tiupan kebangkitan kepada Rabb alam semesta.”

Faidah

Firman Allah, “Dan (ingatlah) hari ketika ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.”(An-Naml: 87).

Firman Allah, “Kecuali siapa yang dikehendaki Allah.” Pertanyaannya, siapa mereka? Para ulama berselisih tentangnya, penulis berpendapat bahwa pendapat terbaik dalam hal ini adalah pendapat Imam Ibnu Taimiyah, dalam Majmu’ al-Fatawa, (4/261) beliau berkata, “Adapun pengecualian ini maka ia mencakup bidadari yang ada di surga, karena di dalam surga tidak ada kematian dan ia mencakup selain mereka, dan tidak mungkin memastikan semua yang dikecualikan oleh Allah, karena Allah dalam kitabNya menyebutkannya secara mutlak…Dan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam sendiri tidak memastikan apakah Musa termasuk yang mati atau termasuk yang dikecualikan oleh Allah, jika beliau tidak mengabarkan semua yang dikecualikan oleh Allah, maka kita tidak mungkin memastikan hal itu, ia seperti ilmu tentang waktu Kiamat, nama-nama para nabi dan yang sepertinya di mana Allah tidak mengabarkannya, padahal ilmu ini hanya berpijak kepada berita (dari Allah dan rasulNya). Wallahu a’lam.” Selesai.