Wahai Saudariku, Hendak Ke mana Kalian?

Segala puji hanya milik Allah. Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Rasulullah.

Wahai saudariku, banyak sekali untaian nasehat dilantunkan maka manakah orang yang mau mendengarnya?! Semua hakikat kebenaran telah ditampakkan maka manakah orang yang mau mengkajinya?! Jalan telah bersinar terang-benderang maka manakah orang yang mau menitinya?! Ke mana kamu akan melangkahkan kaki dan hendak ke mana kamu akan pergi? Akankah kamu melangkah, ke Surga atau ke Neraka? Bukankah kamu mengetahui bahwa setiap detak nafasmu tertulis dalam catatan amal, setiap untaian kata-katamu terekam dan seluruh niatmu diketahui serta seluruh gerak-gerikmu terhitung, sebagaimana firman Allah:

‏ أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (Al Qiyamah: 36).

Dan kematian telah mendekatimu begitu pula uban sudah mulai memberi tahu bahwa ajalmu akan segera tiba, di hadapanmu telah menunggu sebuah kampung hunian yang harus kamu kunjungi, maka bangunlah dari tidurmu dan sadarlah dari kelalaianmu.

Kampung tersebut tidak lain adalah kampung kematian yang disebut oleh Allah dengan istilah musibah sebagaimana dalam firman Allah:

إِنْ أَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَأَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةُالْمَوْتِ

“Jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian.” (Al Maidah: 106).

Sebagian alim ulama berkomentar tentang kematian, “Ketahuilah bahwa tidak ada yang bisa mengetahui sakitnya sakaratul maut secara persis kecuali orang yang telah merasakannya. Adapun yang belum pernah merasakan hanyalah tahu dari ibarat rasa sakit yang dirasakan saat ini. Rasa sakit pada saat nyawa dicabut sangatlah berat hingga menyebar ke seluruh tubuh, urat saraf, tulang sumsum dan seluruh persendian bahkan seluruh pangkal rambut hingga ujung kaki terasa sakit dan menahan kepedihan yang amat sangat. Jangan bertanya tentang kepedihan dan penderitaan pada saat sakaratul maut, hingga para alim ulama berkata bahwa sakitnya melebihi sakit yang disebabkan oleh sabetan pedang, lebih pedih daripada digergaji atau badan dicabik-cabik dengan alat pemotong. Sakitnya sabetan pedang, gergajian atau yang lainnya itu hanya menyentuh roh, oleh sebab itu bagaimana bila yang ditarik dan dicabut langsung rohnya.

Orang yang dipukul anggota tubuhnya masih bisa berteriak karena masih ada kekuatan dalam hati dan lisannya, tetapi orang yang sedang menghadapi sakaratul maut dia sudah tidak mampu lagi untuk bersuara apalagi berteriak, karena kekuatan sudah melemah dan kepedihan sudah sampai pada titik klimaks hingga menyayat-nyayat hati. Begitu pula seluruh jasad menahan perih dan pedih yang amat sangat yang membuat seluruh organ tubuh menjadi lunglai dan lemas terkulai, sehingga tidak mempunyai kekuatan untuk berteriak meminta bantuan.

Sementara pikiran kalut dan bingung menahan derita, lisan menjadi bisu dan seluruh persendian serta seluruh ruas jari lemah terkulai. Andaikata sang mayit mampu merintih dan berteriak untuk melupakan kepedihan maka akan dia lakukan. Tetapi hal itu sangatlah tidak mungkin, kalaupun masih tersisa kekuatan maka ia hanya sanggup mendengar suara roh dicabut dan menahan kepedihan saat nyawa ditarik dengan suara dengkuran dan suara sekarat yang terdengar di tenggorakan dan dada, semua warna kulit berubah dan rasa sakit amat sangat menyebar ke seluruh tubuh bagian luar maupun dalam, mata melotot, mulut terkunci rapat, ujung jari-jari menggenggam, urat nadi, seluruh otot dan jasad mulai membeku serta anggota tubuh mulai mati satu per satu yang diawali dari telapak kaki yang dingin lalu betis. Setiap anggota tubuh mengalami sekarat dan kepedihan hingga sampai tenggorokan maka mulai saat itulah sudah putus perhatian dan harapannya terhadap dunia dan keluarga serta tertutuplah pintu taubat. (Ihya ‘Ulumuddin 4/461).

Wahai Dzat Pengambil nyawa dari jiwa manusia pada saat kematian, wahai Dzat Pengampun dosa jauhkanlah kami dari Neraka.

Kampung hunian yang kedua adalah kuburan, bila Utsman bin Affan radhiallahu `anhu berdiri di depan kuburan, maka ia menangis hingga air matanya membasahi jenggotnya, dikatakan kepadanya, “Kamu diingatkan akan Surga dan Neraka kamu tidak menangis tetapi mengapa kamu menangis karena ini?” Maka beliau berkata, “Kuburan adalah awal kampung hunian alam akhirat. Barangsiapa sukses di alam ini maka setelah itu lebih mudah dan barangsiapa tidak selamat maka setelah itu lebih susah.” Kemudian beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,

مَا رَأَيْتُ مَنْظرًا قَطُ إلاَّ وَالقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ

“Tiada pemandangan yang pernah saya lihat melainkan kuburan adalah yang paling menyeramkan.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

فَارَقْتُ مَوْضِعَ مَرْقَدِي يَوْمًا فَفَارَقَنِي السُكُوْنُ
القَبْرُ أَوَّلُ لَــيْلَةٍ بِاللهِ قُلْ لِيْ مَــا يَكُوْنُ

Aku berpisah dengan tempat pembaringanku pada suatu hari maka aku akan berpisah dengan ketenangan.

Alam kubur adalah malam pertama, demi Allah, katakan kepadaku apa yang akan terjadi.

Dalam hadits Barra’ bin Azib radhiallahu `anhu yang panjang, bahwa tatkala Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam duduk di kuburan beliau bersabda, “Berlindunglah kepada Allah dari adzab kubur.” Ucapan itu diulang hingga dua atau tiga kali, … kemudian beliau bersabda setelahnya, “Maka rohnya dikembalikan ke dalam jasadnya lalu datang dua malaikat dan mendudukkannya, maka keduanya bertanya kepadanya, “Siapa Tuhanmu?” Maka ia menjawab, “Tuhanku adalah Allah.” Keduanya bertanya lagi, “Apa agamamu?” Maka ia menjawab, “Agamaku Islam?” Keduanya bertanya lagi, “Siapa orang yang diutus kepadamu menjadi nabi?” Ia menjawab, “Dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam.” Lalu keduanya bertanya kepadanya, “Bagaimana bisa tahu hal itu?” Ia menjawab, “Saya membaca Kitabullah lalu saya beriman dan membenarkannya.” Maka terdengar dari langit suara panggilan yang memanggil, “Jawaban hamba-Ku sudah benar maka siapkan surganya.” Lalu alam kuburnya diluaskan seluas pandangan matanya. Beliau bersabda, “Maka datanglah seorang laki-laki yang berwajah tampan, berpakaian bagus dan mengenakan wewangian lalu ia berkata, “Bergembiralah dengan sesuatu yang pernah dijanjikan kepadamu.” Maka si mayit bertanya kepadanya, “Siapa kamu? Wajahmu datang membawa kebaikan.” Maka ia menjawab, “Saya adalah amal shalihmu.” Maka ia berkata, “Ya Allah, bangkitkan hari Kiamat hingga aku bisa kembali kepada keluargaku dan hartaku…” Kemudian beliau menceritakan kematian orang kafir beliau bersabda, “Maka rohnya dikembalikan kepada jasadnya lalu datanglah dua malaikat dan mendudukkannya lalu keduanya bertanya kepadanya, “Siapa Tuhanmu?” Ia menjawab, “Ha… ha… saya tidak tahu.” Lalu keduanya bertanya lagi, “Apa agamamu?” Ia menjawab, “Ha… ha.. saya tidak tahu.” Keduanya bertanya lagi, “Siapa orang yang diutus kepadamu menjadi nabi?” Ia menjawab, “Ha.. ha.. saya tidak tahu.” Maka suara panggilan memanggil dari atas langit, “Dia berdusta. Siapkanlah tempat hunian di neraka dan bukalah untuknya pintu ke neraka.” Maka datanglah panasnya dan racunnya sehingga membuat kuburan menjadi sesak dan pengap hingga tulang rusuknya berantakan dan datanglah seorang laki-laki yang berwajah buruk, berpakaian kumal dan berbau busuk. Lalu ia berkata, Bergembiralah dengan nasib buruk ini yang telah dijanjikan kepadamu sebelumnya.” Si mayit bertanya, “Siapa kamu? Yang datang berwajah buruk.” Ia menjawab, “Saya adalah amal burukmu.” Maka ia berkata, “Ya Tuhanku janganlah Engkau bangkitkan hari Kiamat.” (HR. Abu Daud).

Begitulah wahai saudariku, kenikmatan surga bisa sampai kepada orang pada saat masih berada di alam kubur dan demikian pula siksaan sampai kepada orang pada waktu masih berada di alam kubur hingga Malaikat Israfil meniup sangkakala sebagai pertanda hari Kiamat tiba.

وَلَوْ أَناَّ إِذاَ مِتْنَا تُرِكْنَا لَكَانَ المَوْتُ غَايَةَ كُلِّ حَيٍّ
وَلَكِنَّا إِذا مِتْنَا بُعِثْنـَا و نُسْأَلُ بَعْدَهُ عَنْ كُلِّ شَيْءٍ

“Jika tatkala kita telah mati dibiarkan maka kematian menjadi keinginan setiap yang hidup.”

“Tetapi tatkala kita mati pasti dibangkitkan dan ditanya setelah itu tentang segala sesuatu.”

Dengarlah wahai saudariku, kepada Tuhan Yang Maha Perkasa yang telah berfirman:

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاء اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَام يَنْظُرُونَ

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusannya masing-masing.” (Az Zumar: 68).

Dan Allah mensifati kejadian itu dalam surat Yasiin sebagaimana Allah berfirman yang artinya:

“Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata, “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah rasul-rasul(Nya). Tidaklah adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami.” (Yasiin: 51-53)

Masing-masing manusia akan dibangkitkan dari alam kubur mereka sesuai dengan kondisi amal perbuatan mereka pada saat kematian, yang baik akan mendapat husnul khatimah dan yang buruk akan mendapat su’ul khatimah. Semoga kita terlindung darinya. Allah berfirman:

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al Baqarah: 275).

Dari Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:

تَخْرُجُ النَّائِحَةُ مِنْ قَبْرِهَا يَوْمَ القِيَامَةِ شَعْثَاءَ غَبْرَاءَ عَلَيْهَا جِلْبَابٌ مِنْ لَعْنَةِ اللهِ وَدِرْعٌ مِنْ نَارٍ وَيَدُهَا عَلَى رَأْسِهَا تَقُوْلُ يَا وَيْلاَه.

“Wanita yang meratapi kematian akan keluar dari 4alam kubur pada hari Kiamat berambut kusut dan tidak teratur, kepalanya mengenakan jilbab dari laknat Allah dan pakaian dari api dan tangannya berada di atas kepala lalu berkata: Aduh celakalah aku.”

Lafazh lain yang berbeda dengan hadits di atas seorang sahabat yang meninggal pada saat sedang ihram haji maka beliau bersabda:

اغْسِلُوْا بِمَاءٍ وَسِدْرٍ وكَفِّنُوهُ فِي ثَوْبِهِ ولاَ تَمَسُّوهُ بِطِيْبٍ ولاَ تُخَمِّرُوا رَأْسَهُ فَإِنَّه يُبْعَثُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلَبِّيًا.

“Mandikanlah dengan air dan daun bidara lalu kafanilah dengan pakaiannya dan jangan diberi minyak wangi dan jangan kalian tutup kepalanya dengan penutup karena nanti dibangkitkan pada hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah.” (HR. Muslim).

Bersambung