Pemerintah Meuritania kembali bertindak refresif dengan melarang diadakannya pengajian-pengajian dan ceramah-ceramah di masjid selain khutbah Jum’at. Tindakan ini sebagai buntut dari demo yang digelar mahasiswa dan beberapa kelompok Islam beberapa pekan lalu.

Beberapa waktu lalu, aparat keamanan Meuritania melakukan operasi penggeledahan dan pemeriksaan di setiap tempat, termasuk masjid-masjid pasca ditangkapnya pimpinan kelompok Islam dan beberapa pentolan gerakan Salafy di sana. Demikian seperti yang dilansir stasiun televisi al-Jazeera, Qatar.

Gerakan Islam (GI) di Meuritania pada awal bulan ini mengumumkan ditangkapnya sekitar 30 orang anggota mereka sejak tanggal 25 april lalu sekali pun mereka selama ini dinilai sebagai kelompok ‘moderat.’

GI menolak klaim sepihak sumber-sumber di pemerintahan yang menyebutkan adanya hubungan para tahanan tersebut dengan ‘kelompok teroris’ yang memiliki akses terhadap beberapa organisasi asing, di antaranya Jama’ah Salafiyyah Wa ad-Dakwah Wa al-Qital (Kelompok Salafiyyah Untuk Dakwah Dan Perang), di al-Jazair.

Sebelumnya, beberapa sumber pengadilan Meuritania telah melontarkan tuduhan mendirikan kelompok teroris kepada tujuh orang aktifis Islam Meuritania yang telah ditangkap di Nuakchott pada bulan april lalu. Mereka dituduh memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok jihad, Salafy yang terkait dengan jaringan al-Qaeda.

Pengadilan Meuritania mengeluarkan memo penangkapan internasional terhadap dua orang anggota kelompok ini yang melarikan diri dengan tuduhan telah ikut mengadakan latihan militer bersama ketujuh orang yang ditangkap tersebut selama 18 bulan di kamp jihad, al-Jazair dan Mali guna ikut berperang di Iraq. Demikian seperti yang diklaim pihak pengadilan setempat. (istod/AH)