Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa seorang muslim tidak boleh memperdulikan perasaan sialnya sehingga mengurungkan dirinya dari keperluannya. Hendaknya dia meneruskannya sembari bertawakkal kepada Allah subhaanahu wata’ala dan membaca dzikir yang diajarkan (oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) tentang hal itu. Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang diurungkan dari keperluannya oleh perasaan sialnya, maka dia telah melakukan kesyirikan. Para sahabat bertanya, ’Apa kafarahnya?’ Beliau bersabda, “Hendaknya membaca,

اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.

“Ya Allah tidak ada kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, tidak ada kesialan kecuali kesialan dari Engkau dan tidak ada Sesembahan yang haq kecuali Engkau.” (HR. Ahmad, 2/220, Ibnu as-Sunni, no. 293 dan ath-Thabrani di al-Majma’, 5/105).

Di dalam hadits Urwah terdahulu disebutkan bahwa perasaan sial disebut di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, “Paling baik adalah fa’l, tidak boleh menggagalkan niat seorang muslim. Apabila salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang dia benci, maka hendaklah membaca,

اَللَّهُمَّ لاَ يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ يَدْفَعُ السَّيْئَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ.

“Ya Allah, tidak ada yang bisa mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang bisa menolak kejelekan kecuali Engkau. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan (pertolongan) Engkau.” (HR. Abu Daud di al-Thib, no. 3919. Urwah bukan seorang sahabat. Hadits ini dishahihkan oleh Imam an-Nawawi di dalam kitab Riyadush Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam Kitabut Tauhid)