Sesungguhnya pujian hanya milik Allah Subhanahu wata’ala. Kami memujiNya, memohon pertolongan kepada-Nya dan meminta ampun dariNya. Kami berlindung kepada Allah Subhanahu wata’ala dari kejahatan diri kami dan kejelekan perbuatan kami. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wata’ala, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan, maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah Subhanahu wata’ala semata dan tidak ada sekutu bagiNya. Dan saya bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Semoga shalawat Allah Subhanahu wata’ala dan salamNya yang banyak dicurahkan kepada beliau, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du:

Spontanitas (kecepatan memahami sesuatu tanpa pikir panjang), menghadirkan jawaban, ketajaman analisa dan kecemerlangan pikiran termasuk sifat paling penting yang membedakan al-Baqillani (dengan yang lainnya) dan yang membuatnya terkenal. Berbagai kitab thabaqat (biografi) menulis beliau dengan sifat tersebut. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya perdebatan, diskusi, fatwa dan karyanya.

Seyogyanya orang yang memiliki karakteristik seperti ini untuk menempati posisi terdepan dalam setiap perdebatan yang dilakukan dengan berbagai kelompok. Khususnya perdebatan yang terjadi antara beliau dengan Asya’irah (pengikut Asy’ariyah) -beliau termasuk salah seorang pembela madzhab Asy’ariyah yang paling senior- dan dengan Mu’tazilah. Mayoritas perdebatan dengan mereka beliau selalu keluar sebagai pemenangnya.

Informasi tentang beliau sampai kepada ‘Adhudud Daulah al-Buwaihi. Beliau ingin dekat dengan al-Baqillani dan sangat gembira dengannya. Setelah melihat kelebihan yang ada padanya, beliau mencalonkannya untuk menjadi diplomat ke raja Romawi berkaitan dengan politik luar negeri negara Islam. Ia membutuhkan seorang yang terkumpul padanya keluasan pengetahuan dan ketajaman intelektual. Akan disebutkan kisah selengkapnya.

Al-Baqillani menerima tugas ini dan berangkat menemui raja Romawi. Terjadilah beberapa perdebatan dan perbincangan di berbagai kesempatan antara beliau dengan raja Romawi dan Allah Subhanahu wata’ala memenangkan beliau darinya. Allah Subhanahu wata’ala menampakkan kesalahan yang ada pada orang-orang Romawi, kekeliruan, kerusakan dan kontradiksi (agama) mereka. Beliau berhasil menjawab segala syubhat mereka, membuka kedok mereka, menjelaskan kepada mereka yang sebenarnya setelah menerangkan kepada mereka argumentasinya. Perkara ini sampai kepada para pendeta mereka, dan mereka sangat ketakutan seandainya al-Baqillani terus berada di tengah-tengah mereka, tidak akan ada lagi orang yang akan memeluk agama Nasrani karena keagungan apa yang mereka dapatkan dan mereka hadapi dari al-Baqillani.

Telah tersebar di tengah orang-orang, cerita tentang perdebatan yang agung ini. Dengannya Allah Subhanahu wata’ala memenangkan agamaNya di atas semua agama yang lainnya. Sebagian dari peristiwa itu telah tertulis, tetapi sepengetahuan saya hal itu belum dibukukan secara sempurna. Sebagian diriwayatkan oleh penulis biografi al-Baqillani, sebagian kecil dari para Ahli Sejarah dan sebagian lagi oleh para penulis tentang perdebatan. Mereka meriwayatkan penggalan-penggalan dari perdebatan tersebut. Setiap orang menyebutkan bagiannya dan menulis sebatas yang mereka ketahui saja.

Saya pernah membaca penggalan-penggalan cerita yang berserakan tersebut dan sangat mengagumkan. saya terpukau dengan kecerdasan dan kejeniusan yang dimilikinya. Saya juga sangat tertarik dengan sikap ulama besar ini terhadap lawannya, yang berhias dengan kemuliaan, dimuliakan dengan ilmu, dirias dengan hikmah dan kebijaksanaan, dengan kecepatan daya tangkap dan nalar. Saya tidak tega kalau semua itu dibiarkan berserakan, tidak diketahui oleh banyak orang. Saya berharap semoga bisa mendapatkan semua cerita itu bukan sebagiannya. Saya mulai mencarinya di dalam kitab-kitab thabaqat dan munazharat (kitab yang memuat tentang perdebatan), namun belum mendapatkannya. Sekalipun telah melakukannya dalam waktu yang cukup lama, namun saya belum mendapatkan semuanya. Yang saya dapatkan hanyalah penggalan-penggalan cerita yang berserakan tersebut.

Berikutnya, saya mendapatkan orang yang paling banyak bercerita tentangnya adalah al-Qadhi Iyadh dalam kitabnya Tartibul Madarik wa Taqribul Masalik li Ma’rifati A’lam Madzhab Malik. Setelah itu disusul oleh Imam asy-Syaukani dalam kitabnya ‘Uyunul Munazharat. Adapun selain keduanya hanya menyebutkan satu atau dua peristiwa dan sedikit sekali di antara mereka yang sampai bisa menyebut tiga cerita seperti Ibnul Atsir dalam al-Kamil, Ibnu Asakir dalam Tabyin Kidzbil Muftari, Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad, Ibnul Jauzi dalam al-Muntazam fi Tarikhil Muluk wal Umam, adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala` dan Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah.

Saya berusaha mengumpulkan semua yang mereka sebutkan. Apa yang disebutkan oleh dua orang atau lebih di antara mereka, maka saya tetapkan dan saya perbaiki dan sempurnakan. Jika terjadi perbedaan di antara mereka, maka saya menulisnya di footnote. Adapun yang disebutkan hanya oleh seorang di antara mereka, maka saya tulis apa adanya. Dengan demikian saya telah mengumpulkan berbagai hal yang berserakan yang awalnya tidak tersusun rapi dan tidak berurutan. Saya mulai menyusun penggalan-penggalan tersebut dengan berusaha bersikap teliti dan tepat dengan semampunya. Di ujung setiap penggalan saya menyebutkan orang-orang yang meriwayatkannya. Saya memberikan komentar hal-hal yang perlu dikomentari dan memberinya judul dengan “Al-Munazharah Al-‘Ajibah” (Edisi Bahasa Indonesia, “Debat Menakjubkan”).

Dengan demikian, maka cerita tentang beliau akan jelas dan fajar beliau menjadi terang, tulisannya menjadi jelas dan embunnya menetes deras. Saya melihat perlunya dicetak untuk bisa diambil manfaatnya, mengambil pelajaran dari berbagai peristiwanya. Dengan memohon kepada semua saudara saya yang mendapatkan kesalahan atau kekurangan di dalamnya agar memberitahukannya kepada saya. Semoga Allah Subhanahu wata’ala memberinya nikmat dan kemuliaan-Nya.

Kepada Allah Subhanahu wata’ala saya memohon semoga amal saya ini dijadikan sebagai amal yang ikhlas semata mencari ridha-Nya dan bermanfaat kepada para hambaNya yang beriman. Sesungguhnya Dia adalah pemilik semua itu dan yang mampu untuk melakukannya.

Semoga shalawat dan salam Allah Subhanahu wata’ala kepada hamba dan RasulNya Muhammad, keluarga dan sahabat beliau.

Dr. Muhammad bin Abdul Aziz al-Khudairi
Po. Box 398 Riyad 11313