II. TAUHID ILMI I’TIQADI

  • 1. Perhatikan Ibnu Taimiyah: Ar-Risalah At-Tadmuriyyah-hal 7-8

  • 2. Perhatikan Syarhut-Thahawiyah hal. 134-135, dan Syarhul Aqidah Al-Wasitiyyah-Ibnu-Taimiyah: Muhammad Khalil Harras Maktabah At-Turatsil Islami Kairo, hal. 26 yang menukil dari Syaikh Nu’man bin Hammad syaikhnya Imam Bukhari.

    Selanjutnya simak pula foot note tentang masalah tersebut.

  • 3. Hal itu telah disepakati oleh ulama salaf. Perhatikan misalnya Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah. Jld. III hal. 392-394.

  • 4. Iman kepada Malaikat adalah satu rukun iman.

    Di dalam Hadits Jibril yang masyhur (muttafaq ‘alaih), ketika Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menanyakan tentang Islam, Iman dan Ihsan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang IMAN:

    أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.

    “Agar kamu beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan agar kamu beriman kepada taqdir, baiknya dan buruknya”.

    Hadits ini dikeluarkan oleh Muslim dari Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, dan oleh Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. (Lihat takhrij haditsnya dalam: Al-Iman; Arkanuhu, haqiqatuhu, nawaqidluhu-Dr. Muhammad Na’im Yasin, cet. v- Maktabah al-Falah Kuwait. 1407 H. / 1987 M. hal. 9).

    Akan tetapi karena malikat merupakan makhluk ghaib, maka untuk memahami serta mengenal rincian nama-nama, sifat-sifat, serta tugas-tugas mereka harus didasarkan pada dalil yang shahih dan jelas (pent.), sebagaimana halnya ketika harus memahami Dzat, Asma’, Sifat dan Af’al (perbuatan) Allah serta perkara-perkara ghaib lainya.

  • 5. Perhatikan hadits Jibril pada no-4.

    Sebagai Kitab Allah ada yang disebut namanya seperti Taurat: QS. Al-Maidah 5: 44, Injil: QS. Al-Maidah 5: 46, Zabur untuk Dawud: QS. Al-Isra’ 17: 55, suhuf Ibrahim dan Musa; QS Al-‘Ala 87: 14-19, maka harus diimani sebagaimana adanya. Sedangkan Kitab-kitab Allah yang tidak disebutkan namanya, maka wajib diimani secara global, QS. Al-Baqarah 2: 213. (perhatikan al-Iman, Arkanuhu, haqiqatuhu, nawaqidluhu-Dr. Muhammad Na’im Yasin…hal. 83-93, di dalamnya dinyatakan bahwa selain Al-Qur’an telah banyak dipalsukan, dan hanya Al-Qur’an yang wajib diikuti.

  • 6. Simak Syarhut-Thahawiyah …hal.446. (juga Hadits Jibril pada no. 4) Simak pula Firman Allah: “Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang rosul sebelum kamu, di antara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan keapdamu”. (QS. 40:78).

    Muhammad adalah nabi dan makhluk terafdal. Para ulama Salaf menafsirkan ayat: “Dan Allah mengangkat sebagian mereka diatas sebagian yang lain” (QS. Al-Baqarah 2: 253), yang dimaksud derajatnya diangkat di atas sebagian yang lain ialah: Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

    Juga hadits Abu Hurairah: bahw Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

    “Saya adalah sayyidnya anak Adam pada hari Kiamat … al-Hadits”. (HR. Muslim)

    (Al-Iman, Arkanuhu, haqiqatuhu…. Dr. Muh. Na’im Yasin-hal. 71)

    Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi penutup dan diutus untuk semua manusia: “Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang diantara kamu, akan tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para nabi…”. (QS. Al-Ahzab 3: 40)

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    مَثَلِيْ وَمَثَلُ اْلأَنْبِيَاءِ كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بُنْيَانًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلاَّ مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهُ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوْفُوْنَ بِهِ وَيُعْجِبُوْنَ لَهُ وَيَقُوْلُوْنَ هَلاَّ وَضَعْتَ هَذِهِ اللَّبِنَةُ، قَالَ: فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ.

    “Perumpamanku dan perumpamaan para nabi ialah seperti seorang yang membangun sebuah bangunan, lalu ia memperbaiki dan mengelok-elokannya, kecuali (tinggal) satu tempat batu-bata di sebuah sudut diantara sudut-sudutnya. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan merasa heran, mereka berkata: Mengapa batu-bata ini tidak dipasang ? Rasulullah bersabda; (Akulah batu-bata itu dan akulah penutup para nabi)”. (muttafaq ‘alaih, dan lafadhnya lafadh Muslim). (Al-Iman; Arknahu, haqaiqastu, nawasqaidhu…hal. 72.-730)

    Selanjutnya simak Firman Allah Ta’ala: “Dan tidaklah kami utus engkau melainkan untuk manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti”. (QS. Saba’ 34: 28)

  • 7. Perhatikan hadits penutup para nabi yang muttafaq ‘alaih pada no. 6 dan juga hadits berikut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    وَإِنَّهُ سَيَكُوْنُ فِيْ أُمَّةِ ثَلاَثُوْنَ كَذَّبُوْنَ، كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ.

    “Dan sesungguhnya akan terjadi di tengah umatku tigapuluh orang pendusta, masing-masing mengaku nabi, dan akulah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku”. (HR. Muslim) (Al-Imaan; Arkanahu, haqiqatuhu, nawaqidluhu..hal. 73)

  • 8. Salah satu rukun iman yang lain ialah iman kepada hari akhir seperti disebut pada Hadits Jibril pada no. 4.

    Berita-berita di seputar hari kiamat:

    Tentang saat terjadinya kiamat; keadaan bumi, gunung-gunung dan langit-langit seperti dikisahkan dalam banyak surat Al-Qur’an misalnya: Surat Al-Qaria’ah, Al-Qiyamah, Ath-Thaammah, Ash-Shaakhah, Al-Ghasyiyah, Al-Haaqqah dan surat-surat atau ayat-ayat lainya. (Kitab: Al-Yaumul Akhir fi Dhilail Qur’an, Ahmad Faiz, cet. III th 1400H/1980M. tanpa nama penerbit, hal. 155-161).

    Tentang “PENIUPAN SANGKAKALA”, Firman Allah Ta’ala: “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan dibumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian dituip sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusan masing-masing). Dan terang-benderanglah bumi dengan cahaya Rabbnya; dan diberikanlah buku (perhitungan amal masing-masing) dan di datangkanlah para nabi dan saksi-saksi (malaikat) dan di beri keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan”. (QS. Az-Zumar 39: 68-69).

    Kecuali yang dikehedaki Allah (Dalam ayat diatas ); di antaranya adalah para syuhada dan para penjaga perbatasan dalam rangka fi Sabilillah (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al-Bani & HR. Ibnu Majah, disahihkan oleh Al-Mundziri)

    (Simak Kitab: Awalul Qiyamah-Abdul Malik ‘Ali al-Kulaib, Jam’iyyah Ihya’it-Turatsil Islami-Kuwait, hal. 33-34)

    Tentang manusia di hari kiamat dalam keadaan telanjang dan tidak beralas kaki:

    عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً. قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، النِّسَاءُ وَالرِّجَالُ جَمِيْعًا يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ؟ قَالَ: يَا عَائِشَةَ، اْلأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ.

    “Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: (Manusia dikumpulkan pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan dalam keadaan tidak khitan) aku bertanya: “Wahai Rasulullah, wanita dan laki-laki semuanya saling memandang satu sama lain?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: (Hai ‘Aisyah, persoalannya lebih berat daripada untuk saling memandang satu sama lain”). Muttafaq ‘alaih.

    Di antara, tentang Mahsyar, Hisab, Mizan, Ash-Shirath, Al-Haudhl dan lain-lain.

    Simak buku-buku antara lain: Syarhut-Thahawiyah pada bab-bab yang membicarakan masalah-masalah tersebut misalnya; Al-Haudl hal. 177, Al-Mizan, hal. 371-372, Ash-Shirath hal 369-370 dll. Tentang Mahsyar, perhatikan hadits ‘Asiyah di atas.

    Tentang tanda-tanda hari kiamat:

    Alamat kecil: Seperti diutusnya nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai hari terakhir merupakan pertanda hari kiamat semakin dekat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ. وَأَشَارَ بِالشَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى.

    “Diutusnya aku dengan hari kiamat seperti dua buah ini” beliau mengisyartkan jari telunjuk dan jari tengahnya.” (HR. Bukhari-Muslim)

    Tanda-tanda besar: misalnya: keluarnya Dajjal (benar-benar haqiqi), turunnya kembali nabi Isa ‘alaihis salam (bukan sebagai nabi, tetapi sebagai hakim adil), keluarnya binatang-binatang, keluarnya Ya’juj wa Ma’juj, terbitnya matahari dari arah barat dsb. (perhatikan: Al-Iman; Arkanahu, haqiqatahu, nawaqidluhu…hal. 118-132 dan Syarhut-Thahawiyah…hal. 453-454, juga Al-Yaumul Akhir fi Dhilail Qur’an…hal. 102-144).

  • 9. Lihat foot note LAUH MAHFUDH

  • 10.Lihat pula foot note setelahnya. Lihat pula ayat-ayat atau hadits-hadits tentang Surga dan Neraka.

    Tentang nikmat atau siksa kubur, terdapat banyak riwayat yang shahih diantaranya: Dalam Al-Bukhari dari Sa’id dari Qatadah dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِيْ قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ أَنَّهُ يَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ، فَيَأْتِيْهِ مَلَكَانِ فَيَقْعُدَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِيْ هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُوْلُ أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، فَيَقُوْلُ لَهُ: اُنْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ مَعْقَدًا مِنَ الْجَنَّةِ، فَيَرَاهُمَا جَمِيْعًا.

    Sesungguhnya seorang hamba apabila telah diletakan di kuburnya dan shahabat-sahabatnya (yang masih hidup-pent) telah pergi, sebenarnya ia benar-benar mendengar beradunya sandal mereka, lalu datanglah kepadanya dua malaikat, maka keduanya mendudukannya dan bertanya: “Apa katamu tentang orang ini-Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam-? Adapun orang yang beriman pasti menjawab: (Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba dan utusan Allah). Maka malaikat itu berkata kepadanya: “Lihatlah tampat dudukmu dari neraka, Allah telah menggantikanya buatmu tampat duduk di surga”. Maka iapun melihat keadua-duanya semuanya”.

    وَفِي الصَّحِيْحَيْنِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَبْرِئُ مِنَ الْبَوْلِ وَأَمَّا اْلآخَرُ فَكَانَ يَمْشِيْ بِالنَّمِيْمَةِ. فَدَعَا بِجَرِيْدَةِ رُطْبَةٍ فَشَقَّهَا نِصْفَيْنَ فَقَالَ: لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبِسَا.

    Dalam shahih bukhari dan shahih Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma. Sesunguhnya nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lewat di dua buah kuburan, maka beliau bersabda: (Sungguh keduanya sedang disiksa, dan keduanya disiksa bukan karena dosa besar. Adapun yang seorang diantaranya disebabkan tidak tuntas kencingnya. Sedangkan yang lain karena namimah (adu domba), maka beliau minta didatangkan pelepah korma, yang masih basah, lalu di belah menjadi dua. Beliau bersabda: (mudah-mudahan siksa keduanya bisa diringankan selagi (pelepah korma) itu belum kering). Dll. (Lihat Syrhut-Thahawiyah…hal. 353-354).

  • 11. Hadits-hadits tentang syafaat secara mutawatir telah disebut dalam kitab-kitab Hadits dengan kisah yang panjang-panjang. Dan sebagai petunjuk awal, bisa dilihat dalam Syarhut-Thohawiyah dari hal. 19-80-187. Di hal. 87 juga dinukilkan sebuah hadits shahih dari Abu Sa’id Al-Khurdiry, marfu’ kepada nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang yang beriman…

  • 12. Allah Ta’ala berfirman: “Pada hari itu wajah-wajah (orang-orang mukminin) berseri-seri, kepada Rabbnya mereka MELIHAT” (Al-Qiyamah 75: 22-23).

    Seluruh ulama ahlus-Sunnah dari mereka semenjak shahabat Tabi’in, Tabi’it-Tabi’in serta semua yang mengikuti mereka, semuanya telah sepakat bahwa kelak di surga kaum Mukminin akan melihat kepad Rabb-Nya, melihat wajah-Nya secara hakiki, tanpa takwil (tahrif) atau Takthil. (perhatikan Syarhut-Thahawiyah dan penafsiran tentang “melihat” dalam ayat tersebut diatas yang ma’tsur dari shahabat dan mufassirin Ahlus-Sunnah wal jamaah ma’alim inthilaqi (kubra), hal. 135-140).

    Hadits-hadits tentang ru’yah tersebut juga Mutawatir, antara lain yang dikeluarkan dalam shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Jabir Ibni Abdillah Al-Bajali, ia mengatakan:

    كُنَّا جُلُوْسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَظَرَ إِلَى الْقَمَرِ لَيْلَةَ أَرْبَعَ عَشْرَةَ فَقَالَ: إِنَّكُمْ سَتَرْوَنَ رَبَّكُمْ عِيَانًا كَمَا تَرَوْنَ هَذَا، لاَ تُضَارُّوْنَ فِيْ رُؤْيَتِهِ.

    “Kami duduk-duduk bersama nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau melihat-kearah bulan tanggal empat belas, maka beliau bersabda; (sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian dengan sejelas-jelasnya, sebagaiman kalian melihat ini. Kalian tidak mengalami bahaya ketika melihat-Nya”.

    (Dinukil dari Syarhut Thahawiyah hal. 140)

  • 13. Karomah bagi para wali (kekasih) Allah.

    Karomah (mukjizat) nabi shallallahu ‘alaihi wasallam misalnya:

    • Terbelahnya bulan (Bukhari Muslim)

    • Datangnya sebatang pohon kepada shallallahu ‘alaihi wasallam (Muslim dari Jabir)

    • Makanan sedikit tapi menjadikan seluruh peserta pasukan Khandaq kenyang (Bukhari-Muslim dari Jabir).

    • Dari makanan yang sedikit pula, nabi memenuhi tampat-tampat makanan pasukan pada perang Tabuk, tanpa mengurangi sedikitpun makanan yang sedikit tadi. (Shahih Muslim)

    • Dan lain-lain

    Keramahan para shahabat Tabi’in, misalnya:

    • Karamah Usaid bin Hudlair berupa bayang-bayang yang menaunginya serta lampu-lampu yang meneranginya. Ketika beliau membaca surat Al-Baqarah (Al-Bukhari)

    • Kisah Abu bakar AS-Shidiq radhiallahu ‘anhu ketika beliau membawa tiga orang kerumahnya, maka tidak ada sesuap santapanpun yang dimakan keculi tumbuh di bawahnya lebih banyak lagi di banding suapan–suapan tadi, akhirnya tamu-tamu itu kenyang semuanya, dan makanannya malah bertambah banyak. Maka Abu bakar melaporkan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian datanglah sejumlah banyak makanan itu hingga semuanya kenyang (Bukhari-Muslim)

    • Khabib bin ‘Adi ketika ditawan oleh kaum musyrikin di Makkah, tiba-tiba datang anggur kepadanya, padahal pada waktu itu di Makkah tidak ada Anggur (Al-Bukhari di dalam Al-Maghazi).

    • Ketika Uwais Al-Qarni (Tabi’in) wafat, tiba-tiba didapatkan kain kafan, padahal sebelumya mereka tidak mendapatkannya, disamping itu juga tiba-tiba telah tergali liang lahad baginya, maka kemudian beliau dikafani dan dikuburkkan di situ (Shahih Muslim).

    Dan masih banyak kisah karamah dari para wali-wali Allah baik dari kalangan shahabat Tabi’in maupaun orang-orang shalih yang lain.

    (Periksa Majmu’atut-Taihid-Maktabah As-Salafiyah-tanpa tahun, yang dikumpulkan dari kitab-kitabnya Muh. Bin Abdul Wahhab dan Ibnu Taimiyah, hal. 587-600, dari kitabnya Ibnu Taimiyah: Al-Furqan baina Auliya ‘ir Rahman wa Auliya’is Syaithan) (Demikianlah pula lihat Syarhut-Thahawiyah hal. 448-449).

  • 14. Allah Ta’ala berfirman: “Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran bagi mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati. (yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa…” (QS. Yunus 10: 62-63)

    “Allah adalah wali (pelindung) orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syetan yang mengeluarkan mereka dari nur (cahaya) kepada kegelapan (kekafiran). mereka adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2: 257)

    atau simak Majmu ‘atut-Tauhid, bagian: Al-Furqan baina Auliya ‘ir-Rahman wa Auliya’is –Syaithan, dimulai dari hal 479 dan seterusnya.