Khutbah Pertama

Amma ba’du :

Ayyuhal muslimun ! Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan takwa yang sesungguhnya. Dan bersyukurlah kepadaNya yang telah menunjukkan anda kepada Islam dan menjadikan anda sebagai umat yang diberi banyak keistimewaan dan ditunjukkan kepada syari’at yang terbaik dan agama yang paling lurus. Alhamdulillah. Mudah-mudahan kita bisa menjadi orang yang pandai bersyukur.

Ibadallah ! Allah telah menganugerahi kita semua satu hari yang agung dan musim yang mulia. Allah memberinya keistimewaan sebagai hari berkumpul bagi umat Islam. Allah menunjukkan umat ini kepada hari itu secara khusus dan menyesatkan umat lainnya. Karena di dalam Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Allah menyesatkan umat sebelum kita dari hari Jum’at. Orang Yahudi memiliki Hari Sabtu dan orang Nasrani memiliki Hari Ahad. Kemudian Allah mendatangkan kita lalu menunjukkan kita kepada Hari Jum’at.” (HR.Muslim, 856 )

Oh betapa agungnya hari itu. Ia memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki hari yang lain. Pada hari itu umat Islam berkumpul untuk melakukan kebaikan, berdzikir dan melaksanakan shalat di dunia, agar kelak di Akhirat menjadi hari kemuliaan, penambahan, dan keluhuran. Imam Muslim di dalam Shahihnya meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah bersabda :

“Sebaik-baik hari di mana ada matahari terbit adalah Hari Jum’at pada hari itu Adam diciptakan. Pada hari itu ia dimasukkan ke dalam Surga dan pada hari itu ia dikeluarkan darinya.” (HR.Muslim, 854 )

Ayyuhal ikhwah al muslimun ! Salah satu keistimewaan Hari Jum’at ialah Allah Subhanahu wata’ala mensyari’atkan kepada kita agar mengadakan pertemuan agung untuk menunaikan shalat Jum’at. Menghadiri shalat Jum’at adalah fardlu ‘ain (kewajiban personal) bagi setiap muslim yang memenuhi syarat dan tidak memiliki halangan. Oh betapa indahnya pertemuan yang diadakan pada hari yang penuh berkah ini karena pertemuan itu menunjukkan penyembahan kepada Allah semata. Dan pertemuan itu memiliki pengaruh positif di dalam kehidupan umat Islam dan masyarakat Islami secara umum.

Dalam pertemuan ini umat Islam saling berkenalan, ikatan akidah menjadi kuat, perbedaan materi, strata sosial, dan egoisme etnis melebur ke dalam satu cetakan. Generasi tua berbaris bersama generasi muda, orang kaya berhimpitan pundak dengan orang miskin.

Ini adalah peristiwa yang sangat indah dan pemandangan yang sangat agung. Di situ terlihat jelas potret persatuan, kebersamaan, kekuatan kasih, persaudaraan dan keterikatan umat Islam satu sama lain. Mereka bertemu di rumah Allah, di atas hamparan karpet ketaatan kepada Allah. Mereka merasakan permasalahan mereka dan memikirkan penderitaan mereka. Iman mereka menguat, hati mereka mengkilap, ketaatan mereka meningkat, dan perasaan mereka terhadap Islam bergerak cepat. Hati mereka menjadi lembut karena mereka mendengarkan peringatan, ilmu pengetahuan, dan nasihat melalui pelajaran per pekan yang penting di dalam Khutbah Jum’at. Maka mereka pun menjadi bersungguh-sungguh dalam memperbaiki kondisi dan merubah keadaan mereka ke arah yang lebih baik. Sebab, mereka mendengarkan sesuatu yang dapat mendekatkan mereka kepada Allah. Seperti peringatan tentang kewajiban dalam bidang akidah, ibadah, akhlak, pendidikan dan sebagainya. Atau peringatan tentang kemungkaran yang ada dalam bidang-bidang terebut. Atau kajian tentang isu-isu atau masalah-masalah sosial dan sebagainya. Atau mendengarkan sesuatu yang bisa mendekatkan mereka kepada Akhirat dan mendorong mereka berbuat untuk Akhirat. Efek dari pelajaran itu akan bertahan di dalam jiwa seorang muslim selama satu pekan dan buahnya terlihat jelas di dalam realitas hidupnya dan interaksi dengan masyarakat. Karena pelajaran-pelajaran itu menjadi titik tolak terbesar untuk melakukan aktifitas yang konstruktif dan perbaikan yang serius.

Ma’asyiral muslimun ! Menunaikan shalat Jum’at ini memiliki keutamaan yang besar dan pahala yang banyak. Apalagi bagi orang yang mau melaksanakan adab-adabnya, seperti mandi, bersuci, memakai parfum, menjaga kebersihan, berpakaian bagus, berpenampilan pantas, lalu mendengarkan khutbah dengan seksama. Imam Muslim di dalam kitab Shahihnya meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu bahwasanya Rasulullah bersabda :

“Barangsiapa yang melaksanakan wudlu dengan baik, kemudian mendatangi (tempat shalat) Jum’at, lalu mendengarkan dan menyimak (khutbah) dengan seksama, niscaya dosanya antara hari itu dan hari Jum’at (sebelumnya) akan diampuni, dan ditambah tiga hari.” (HR.Muslim, 857)

Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa yang terjadi di antaranya apabila dosa-dosa besar dihindari.” (HR. Muslim,233)

Sebaliknya, orang yang meremehkan dan mengabaikan kewajiban yang agung ini diancam dengan ancaman dan peringatan yang keras. Di dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda di atas mimbarnya.

“Hendaknya orang-orang itu benar-benar menghentikan kebiasaan mereka meninggalkan shalat Jum’at atau Allah benar-benar akan menyegel hati mereka kemudian mereka benar-benar akan termasuk orang-orang yang lalai.” (HR.Muslim,865)

Dalam Hadits lain disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Barangsiapa yang meninggalkan tiga shalat Jum’at karena meremehkan, Allah akan menyegel hatinya.” (HR.Ahmad, 3/424-425, Tirmidzi, 500, Abu Daud,1052, An-Nasa’i, 3/88, dan Ibnu Majah, 1125)

Dalam riwayat lain disebutkan: “Ia adalah munafik.” (HR.Ibnu Khuzaimah, 1857 dan Ibnu Hibban, 258)

Ikhwatal Islam ! Salah satu petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ialah menghormati Hari Jum’at dan melaksanakan ibadah-ibadah dan amal-amal mulia secara khusus.

Antara lain beliau menganjurkan agar kita memperbanyak membaca shalawat Nabi pada hari Jum’at. Aus bin Aus Radiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Sesungguhnya salah satu hari terbaik kamu ialah hari Jum’at. Maka perbanyaklah membaca shalawat untukku, karena shalawat kamu akan ditunjukkan kepadaku.” (HR.Ahmad, 4/8, Abu Daud, 1047,1531, dan An-Nasa’i, 3/91)

Petunjuk lainnya ialah memperbanyak ibadah, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan berdo’a dengan harapan menemui waktu mustajab. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menyebut Hari Jum’at, lalu beliau bersabda :

“Pada hari (Jum’at) itu ada satu waktu yang tidaklah seorang muslim menepatinya dalam keadaan mengerjakan shalat seraya meminta sesuatu kepada Allah, melainkan dia akan memberikannya kepadanya.” (HR.Muttafaq ‘Alaih, Al-Bukhari, 935, Muslim,852)

Imam Muslim di dalam Shahihnya menyebutkan bahwa waktu mustajab itu ialah :
“Antara imam duduk sampai shalat berakhir.” (HR.Muslim, 853)

Sementara menurut banyak ulama’, waktu mustajab itu ialah saat-saat terakhir pada Hari Jum’at.

Petunjuk lainnya ialah bersegera dan berangkat lebih awal menuju masjid pada Hari Jum’at. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Barangsiapa yang berangkat ke masjid pada jam pertama seolah-olah ia berkurban seekor unta. Barangsiapa yang berangkat pada jam kedua seolah-olah ia berkorban seekor sapi. Sampai beliau menyebut orang yang berangkat pada jam kelima seolah-olah berkurban sebutir telur. Lihatlah betapa jauhnya perbedaan antara pahala yang diterima oleh orang –orang yang berangkat lebih awal dan orang-orang yang berangkat belakangan.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian serius pada hari Jum’at yang agung ini ialah menjaga kebersihan lahir dan batin, dan memperhatikan kesucian fisik dan mental.

Hal lain lagi yang juga harus diperhatikan ialah menjaga etika dengan para jama’ah. Yaitu dengan tidak memisahkan mereka, mengganggu mereka, dan melangkahi bahu-bahu mereka. Karena ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melihat seseorang yang melangkahi bahu-bahu orang banyak, beliau langsung menegurnya dan bersabda :

“Duduklah, engkau sudah menyakiti (orang banyak) dan datang terlambat.” (HR.Ahmad,4/188,190, Abu Daud, 1118 dan An-Nasa’i, 3/103 )

Di samping itu anda juga wajib menyimak apa yang dikatakan oleh imam. Bahkan haram hukumnya berbicara saat khutbah sedang berlangsung. Dan juga haram melakukan sesuatu yang mengalihkan perhatian dari khutbah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Jika kamu berkata kepada temanmu pada Hari Jum’at : ‘Dengarkan ! sementara imam sedang berkhutbah, maka sungguh kamu telah sia-sia.” (HR.Al-Bukhari, 934 dan Muslim, 851 )

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

“Barangsiapa yang menyentuh kerikil, ia telah sia-sia.” (HR.Muslim, 857)

Dalam hadits lain disebutkan :

“Dan barangsiapa yang berbicara (pada saat khutbah berlangsung), tidak ada Jum’at baginya.” (HR.Ahmad, 1/93, dan Abu Daud, 1051)

Wahai umat Islam ! Itulah beberapa keistimewaan dan keutamaan hari yang penuh berkah ini, serta apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap muslim. Dan dengan mencermati kehidupan kita dan memperhatikan realitas mayoritas muslimin orang Islam terhadap hari yang penuh berkah ini, kita mendapat gambaran yang sangat jelas tentang kemalasan sebagian orang untuk melaksanakan kebajikan yang dikehendaki Allah untuk mereka. Juga tentang kelalaian mereka terhadap pahala akhirat, dan keasyikan mereka dengan kemegahan dunia. Hal ini memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap kerasnya hati dan merosotnya akhlak. Sebagian orang bahkan telah sampai pada tahap sombong dan menentang Syaria’at Allah. Karena mereka mendengar seruan yang mengajak shalat Jum’at atau shalat lainnya, tapi mereka tidak menghiraukannya. Mereka sedang menghadapi ancaman bahaya yang sangat besar dan berada di area yang sangat gawat.

Sebagian orang tergoda oleh setan sehingga suka terlambat ketika hendak shalat Jum’at. Mereka datang ketika khutbah dimulai, atau ditengah-tengah khutbah, atau pada waktu iqamat. Bahkan terkadang mereka melakukan sesuatu yang mengganggu hamba-hamba Allah dan melangkahi pundak-pundak mereka. Mereka itu telah menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan kebaikan yang banyak dan keuntungan yang besar, serta menghalangi diri mereka sendiri dari pahala Allah, dan melakukan sesuatu yang mengganggu hamba-hamba Allah.

Sebagian orang ketika masuk ke dalam masjid, ia merasa jenuh, berat, bosan dan malas terhadap kebaikan, keuntungan dan ilmu, ingin segera lepas dari khutbah dan shalat, dan lupa bahwa dirinya sedang berada di dalam kebaikan dan di atas kebaikan.

Sebagian orang suka membuat dirinya merugi dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebaikan, dan tidak peduli terhadap adab-adab Jum’at, dan mengabaikan kehormatan rumah Allah. Mereka suka berbisik sendiri, tidak mau mendengarkan khutbah, bermain-main dan sibuk dengan dirinya sendiri, anak-anaknya atau orang-orang yang ada di dekatnya.

Sebagian orang menjadikan masjid sebagai tempat rekreasi. Mereka asyik ngobrol dengan orang-orang yang mereka sukai, bahkan terkadang ketika imam sedang menyampaikan khutbah.

Sebagian orang tidak peduli terhadap kebersihan dan bau badannya atau pakaiannya. Sehingga mengganggu para Malaikat dan para Jama’ah yang berada di masjid. Dan boleh jadi mereka keluar dari masjid tanpa manfaat dan pengaruh apa pun. Sebagian orang bahkan tidak melaksanakan shalat selain shalat Jum’at dan tidak peduli terhadap shalat jama’ah. Terkadang ada yang beranggapan bahwa kehadirannya dalam shalat Jum’at dapat menghapus dosa-dosanya diantara dua Jum’at. Padahal janji ini hanya berlaku ketika tidak ada dosa besar yang dikerjakan. Dan dosa apa setelah syirk yang lebih besar dari dosa meninggalkan shalat. ?

Sebagian wanita mengikuti shalat Jum’at dengan pakaian yang cantik dan molek, dalam kondisi bersolek dan tidak menutup aurat, memakai perhiasan dan wewangian. Ini tidak boleh. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengizinkan kaum wanita datang ke masjid dengan catatan.

“hendaklah mereka (kaum wanita) keluar ke masjid tanpa memakai wewangian.” (HR.Ahmad, 2/438 Abu Daud, 565 dan Ibnu Hibban, 2214 )

Sebagian jamaah membiarkan anak-anaknya bermain-main di dalam masjid dan menggannggu orang lain. Di samping itu para pedagang masih terus berdagang dan tetap menjajakan dagangannya. Mereka merelakan dirinya kehilangan kesempatan untuk berdagang dengan Allah. Dan sebagian orang mengisi sebagian hari Jum’at ini dengan bersenda gurau, bermain-main, berlalai-lalai, larut dalam kesenangan dan tenggelam dalam kegiatan-kegiatan yang sia-sia. Atau mereka menjadikan hari Jum’at sebagai hari berdagang, ngobrol dan bersantai dengan hal-hal yang haram.

Ibadallah ! Bertakwalah kepada Allah, hormatilah kedudukan hari yang agung ini, dan isilah hari Jum’at dan hari-hari lainnya dengan amal shalih, maka anda akan beruntung.

بارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

Amma ba’du :

Ibadallah ! Bertkawalah kepada Allah Subhanahu wata’ala, dan bersyukurlah kepadaNya yang telah mengarahkan dan menunjukkan anda kepada hari yang agung ini. Dan salah satu wujud syukur dalam konteks ini ialah memanfaatkan waktu-waktu dan saat-saat yang ada pada hari ini untuk melaksanakan amal shalih yang dianjurkan oleh syari’at. Seperti shalat, dzikir, istigfar, doa, membaca Al-Qur’an, dan memperbanyak bacaan shalawat untuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Serta menjauhi segala macam kemaksiatan dan keburukan.

Sebab, dengan mengerjakan amal shalih tersebut, kita telah mengambil keuntungan dari musim yang penuh berkah ini. Dan memanfaatkan musim ibadah semacam ini dapat membuat kita enggan menerima hasil rekayasa akal manusia dan tipu daya hawa nafsu mereka yang rendah. Karena hal-hal semacam itu dapat merusak kemurnian kita dalam mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang pada hari itu banyak memberikan peringatan dan wasiat yang harus dimengerti oleh umat Islam sekarang ini. Karena Sunnah beliau merupakan garis yang harus diikuti oleh setiap muslim di dalam hidupnya, agar ia dapat beribadah kepada Allah berdasarkan ilmu yang jelas. Karena dalam suatu khutbah Jum’at beliau bersabda :

أَمَّا بَعْدُ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab :56)

( Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi pertama, ElBA Al-Fitrah, Surabaya .Diposting oleh Yusuf Al-Lomboky )