Mungkin banyak yang bertanya, bagaimana nasib kelompok bersenjata Somalia yang akrab disebut Mahakim Islamiah.? Apakah kelompok ini sudah habis dengan masuknya pasukan penjajahan Ethiopia yang dibeking pemerintah AS dan pemerintahan boneka Somalia.? Jawabannya, Belum.! Ternyata mereka masih eksis dan hanya melakukan taktik perang gerilya untuk menghindari tumpahnya darah rakyat sipil yang tak berdosa.

Sekarang, setelah pasukan Ethiopia yang membantu pemerintahan boneka Somalia masuk ke ibukota Mogadishu, kelompok perlawanan itu mulai unjuk gigi. Dari hari ke hari kekuatan mereka semakin besar dan padu sehingga membuat gentar pasukan pendudukan Ethiopia tersebut. Makin lama, korban dari pihak pasukan Ethiopia semakin banyak yang jatuh.!

Mengenai fenomena bangkitnya kembali pasukan Mahakim Islamiah (MI), Ketua Dewan Tanfidziah-nya, Syaikh Syarif Syaikh Ahmad mengungkapkan rasa optimismenya yang tinggi dengan menyatakan, “Dalam beberapa bulan ke depan, negeri kami akan terbebas dari pendudukan Ethiopia.!” Optimisme ini tidak lain karena semakin solid dan tegarnya kelompok perlawanan dalam menghadapi penjajah. Syaikh Syarif juga menyebutkan, bahwa pemerintahan sementara Somalia telah kehilangan kendali atas situasi di dalam negeri.

Pernyataan yang dipublikasikan langsung oleh Syaikh Ahmad melalui situs islamonline.net itu disampaikan di saat tengah berkecamuknya peperangan antara pasukan kelompok perlawanan dan pasukan Ethiopia yang memasuki hari kelima secara berturut-turut. Sementara korban tewas sudah mencapai hampir 200 jiwa.!?

Dalam kontak telepon dengannya, Syaikh Syarif yang kini berada di Eriteria mengatakan, Somalia dalam beberapa bulan ke depan akan terbebas dari pendudukan Ethiopia seiring dengan terus solid dan kokohnya barisan kelompok perlawanan yang menaungi kekuatan-kekuatan nasionalis dan Islam (Elemen suku-suku Hawea dan MI).

Ia menyiratkan, “Pasukan perlawanan-lah sekarang yang mengendalikan situasi dan mampu membendung langkah maju pasukan Ethiopia menuju bagian selatan ibukota (basis perlawanan Somalia) dan upaya menguasainya.!”

Syaikh Syarif berpendapat, dari aspek praktis, sebenarnya apa yang disebut pemerintahan sementara Somalia sudah habis dan kehilangan kendalinya atas situasi. Sementara komando pasukan Ethiopia hanya mampu menguasai kantong-kantong kecil di Mogadishu, termasuk istana kepresidenan. Pada hari Sabtu lalu, akibat gencarnya serangan kelompok perlawanan, pasukan Ethiopia terpaksa angkat kaki dari vila Bedawa (bekas kantor pusat MI di Mogadishu).

Mengenai santernya pemberitaan mengenai telah dibentuknya front besar yang menghimpun seluruh kekuatan oposisi anti pendudukan Ethiopia dan pemerintahan sementara, Syaikh Syarif mengatakan, “Komando MI, para anggota parlemen independen yang menentang kehadiran pendudukan Ethiopia, para menteri yang memiliki rasa nasionalisme tinggi dan kaum intelektual Somalia dalam waktu dekat akan membentuk sebuah front besar yang akan memerangi dan menentang pendudukan Ethiopia di negeri ini. Mereka juga sudah mencapai persetujuan mengenai masa depan pemerintahan.”

Sementara itu, Syaikh Syarif membantah pemberitaan akhir-akhir ini yang menyebutkan akan diadakannya pertemuan dalam waktu dekat yang menghimpun seluruh kelompok-kelompok yang bersengketa untuk duduk bersama di meja perundingan di bawah naungan pemerintah kerajaan Arab Saudi.

Atas pemberitaan itu, Syaikh Syarif hanya berkomentar, “Kami menyambut baik terobosan yang dilakukan Khadim Al Haramain, raja Abdullah bin Abdul Aziz. Namun hingga kini belum sampai kepada kami undangan untuk hal tersebut dalam waktu dekat.”

Dalam waktu yang bersamaan, Syaikh Syarif mengimbau kepada Khadim AL Haramain dan seluruh kepala-kepala negara Arab dan Islam untuk membantu rakyat Somalia membebaskan negerinya dan mengutuk agresi pasukan Ethiopia. “Tidak seorang pun yang tidak menyadari bahwa apa yang terjadi di Somalia itu adalah bencana kemanusiaan semata.!” (iol/AS)