Beriman kepada Muhammad sebagai Rasulullah menuntut kita membela sunnah beliau di hadapan orang-orang yang berusaha mematikan, meminggirkan dan menyepelekannya dengan tangan, lisan dan minimal hati, sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Termasuk perkara penting dalam masalah ini adalah hendaknya seorang muslim tidak memperolok-olok sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam walaupun hanya sebatas bercanda atau bergurau, sebab perbuatan tersebut merupakan kekufuran.

Allah Ta’ala berfirman,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan rasulNya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (Qs.At-Taubah: 65-66).

Beberapa kalangan mufassirin seperti Ibnu Jarir, Ibnu Abu Hatim, Ibnu Katsir dan lainnya menyebutkan hadits dari Ibnu Umar, Muhammad bin Kaab dan Zaid bin Aslam yang intinya seperti ini.

Dalam perang Tabuk seorang laki-laki berkata, “Kami belum pernah melihat orang-orang seperti para pembaca al-Qur`an itu, mereka adalah orang-orang yang paling buncit perutnya, paling dusta perkataannya dan paling pengecut dalam peperangan.” Yang dia maksud adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat yang ahli al-Qur`an. Maka Auf bin Malik berkata kepada orang itu, “Dasar pembual, omong kosong. Justru kamu adalah orang munafik. Aku pasti melaporkan hal ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” Maka Auf berangkat untuk menyampaikan hal itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, namun sebelum ia sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wahyu al-Qur`an telah turun kepada beliau. Dan ketika orang yang berkata tersebut tiba di depan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau meninggalkannya dan menaiki kendaraannya. Orang itu berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ya Rasulullah, sungguh kami hanya bersendagurau dan berbicara layaknya orang-orang yang melakukan perjalan jauh untuk mengisi waktu dalam perjalanan.” Ibnu Umar berkata, “Aku melihatnya berpegang kepada tali pelana unta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan kedua kakinya terantuk batu dan dia terus mengulangi kata-katanya, “Sebenarnya kami hanya bersendagurau dan bermain-main.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan rasulNya kamu selalu berolok-olok?” Beliau hanya mengucapkan itu tidak lebih.” Wallahu a’lam.