Hari-hari terakhir ini saat dunia sibuk dengan hingar bingar kegiatan olahraga bertaraf internasional ‘Olimpiade’ di BEIJING, tiba-tiba dikejutkan pula tak jauh dari sana dengan meletusnya perang antara GEORGIA dan RUSIA karena mempersengketakan upaya propinsi OSSETIA SELATAN untuk memisahkan diri dari negara yang disebut pertama (GEORGIA)!

Tentu masih ingat dalam memori kita peristiwa yang terjadi beberapa tahun lalu, di mana di negara pecahan UNI SOVIET ini juga pernah terjadi perang, tepatnya di propinsi yang ingin memisahkan diri dari negeri itu, yaitu ABKHAZIA yang ternyata mayoritas penduduknya beragama ISLAM.! Nah, apa ada hubungannya dengan OSSETIA SELATAN? Bagaimana kondisi umat ISLAM di sana?

Sejumlah laporan media di OSSETIA SELATAN mengungkap, para prajurit Georgia dan Rusia menjadikan umat ISLAM di kawasan tersebut sebagai tumbal dalam perang yang terjadi sekarang di antara kedua negara terebut pasca dikeluarkannya maklumat perang oleh presiden Georgia Mikhail Saakashvili dan klaim negaranya tengah menghadapi serangan dahsyat dari pasukan Rusia.!

Laporan-laporan itu menceritakan tentang semakin meningkatnya tekanan-tekanan yang dilakukan pemerintah GEORGIA terhadap umat Islam di propinsi OSSETIA dan ABKHAZIA yang memisahkan diri dari GEORGIA secara sepihak pada awal tahun 90-an lalu. Hal ini ditambah lagi dengan propaganda internasional Amerika tentang perang terhadap terorisme yang dibarengi dengan sikap diam seribu kata dan keterlibatan terselubung dunia internasional.

Republik OSSETIA SELATAN terletak di sebelah utara GEORGIA yang menjorok ke tepi laut hitam. Sementara mengenai jumlah umat Islam di sana, tertanya malah mencapai 65% dari total penduduk propinsi itu, yang beribukota Tskhinval.

Penduduk OSSETIA SELATAN berusaha memisahkan diri dari GEORGIA dan ingin bersatu dengan umat Islam sebelah utara.

Propaganda penindasan yang terus menerus dilancarkan terhadap OSSETIA menyebabkan semakin memburuknya kondisi umat Islam yang tinggal di sana dalam kondisi miskin dan termarjinalkan. Terlebih lagi, kurangnya kesadaran beragama mereka akibat tidak memiliki lembaga-lembaga keagamaan dan tidak mampu membangun masjid-masjid dan pusat-pusat keislaman.

Berdasarkan laporan-laporan tersebut, presiden Georgia saat ini, Mikhail Saakashvili dinilai sebagai orang yang sangat anti terhadap Islam dan umat Islam di negeri itu. Ia menyatakan perang terhadap presiden republik Islam, Ajaria, Aslan Abashdze sebagai upaya menyingkirkannya karena berusaha mendukung umat Islam di kawasan itu dan menyokong ide kemerdekaan.

Sekalipun Islam sudah lama eksis di GEORGIA di mana hubungan antara GEORGIA dan negara-negara Islam mengalami perkembangan yang pesat pada fase-fase pertengahan, terutama dengan daulah Saljuk Romawi (1077-1299 M), dan setelahnya Daulah Othmani (1299-1923 M), namun runtuhnya kekaisaran RUSIA dengan kemunculan revolusi komunis dan setelah itu berdirinya UNI SOVIET (1922-1991 M) menimbulkan malapetaka bagi umat Islam, seperti terjadinya ekstradisi paksa terhadap mereka dari dalam dan pelosok negeri atau pembuangan ke tanah gurun di SIBERIA. Belum lagi dihancurkannya masjid-masjid, pembakaran mushaf al-Qur`an dan tidak diperkenankannya pencetakannya serta penjeblosan siapa saja yang kedapatan memiliki seperangkat mushaf di rumahnya ke dalam penjara. Hal itulah yang akhirnya mendorong banyak umat Islam kawasan itu berimigrasi ke Turki, Iran dan semenanjung jazirah Arab. (almkhtsr/ismo/AH)