ga,barDepok  — Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan sejumlah pesan penting bagi penerima beasiswa S2-S3 angkatan ke-33 yang akan melanjutkan studinya di dalam dan di luar negeri yang difasilitasi oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan. Pesan tersebut disampaikan Menag saat acara Persiapan Keberangkatan (PK) penerima bea siswa di Wisma Hijau-Depok, Selasa (14/4).

Dalam uraiannya, Menag menyampaikan pentingnya nilai spiritualitas ketika memasuki era global dengan kompetisi yang semakin ketat. Menurutnya, di era global, setiap orang  tidak lagi hanya bersaing dengan sesama di wilayahnya  yang bersifat lokal dan nasional, tapi juga masyarakat internasional.

“Karena saya menyakini, bahwa setiap kita adalah umat beragama. Apapun agama yang kita peluk, esensi agama itu adalah spiritualitas atau religiusitas, ini yang ingin saya titipkan kepada saudara-saudara,” tandas Menag.

Diuraikan menag, memasuki masyarakat global, para mahasiswa akan disibukkan persoalan yang luar biasa. Selain kompetisi yang semakin ketat dan tugas-tugas kuliah, ada juga persoalan hidup di Negara orang yang tidak sederhana. Kepada para penerima beasiswa, Menag meminta  semuanya dapat dimaknai secara positif. “Sebesar apapun masalah yang dihadapi dan seberat apapun kendala yang kita hadapi, yakinlah tentu adalah sesuatu yang positif karena begitulah Tuhan membuat kita dan mendidik lebih baik,” jelasnya.

“Prinsip dasarnya itu, sehingga Tuhan memberikan masalah itu adalah masalah yang bisa kita atasi sejauh kita punya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan persoalan itu. Karena mutiara dan intan itu tidak akan pernah jadi mutiara atau intan bila tidak pernah digosok, dipoles dan tidak pernah berbenturan dengan benda keras lain,” tuturnya.

“Jadi sinar-sinar yang akan memancar dari saudara-saudara sekalian adalah sinar-sinar tempaan karena situasi dan kondisi yang menempa kita. Saya ingin mengajak pemaknaan secara positif. Bahkan pada sesuatu yang negatif yang kita hadapi, selalulah berfikir positif,” tambahnya.

Hal kedua yang dipesankan Menag terkait dengan nilai-nilai yang harus melekat pada setiap diri mahasiswa sebagai warga bangsa Indonesia. Menag mencontohkan bahwa Kementerian Agama memiliki lima nilai yang melandasi budaya kerja, yaitu: Integritas, profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab dan Keteladanan. Integritas itu luas maknanya, tapi intinya adalah kejujuran. Sebuah karakter dan kepribadian di mana manusia memiliki nilai-nilai kejujuran.

Profesionalitas adalah menguasai bidang di mana seseorang berada di dalamnya. Menurut Menag,  di era globalisasi, sikap professional memiliki relevansinya kuat, karena kompetisi semakin ketat. “Apapun profesi yang didalami, jadilah profesional di bidangnya,” kata Menag.

Terkait inovasi, Menag mengatakan bahwa bidang studi yang akan didalami tentu bukan sesuatu yang baru karena sudah banyak pendahulu yang sudah mendalami bidang studi itu. Menag meminta para mahasiswa untuk inovatif dan melahirkan karya-karya yang baru yang tidak hanya mengulang apa yang pernah dilakukan pendahulu kita. Ditegaskannya, implikasi dari profesional atau menguasai bidang adalah mewujudnya karya-karya inovatif atau sesuatu yang baru. Mengapa baru, karena dunia terus berubah, tidak statis.

“Poin saya adalah, karena masyarakat yang kita hadapi atau di mana kita tinggal dinamikanya sangat tinggi sekali, makanya kita harus berubah dan melahirkan kreasi-kreasi dan inovasi positif,” imbuh Menag.

Tentang nilai tanggung jawab, Menag mengingatkan bahwa  penerima beasiswa pendidikan Indonesia adalah orang-orang pilihan. “Ada puluhan juta orang-orang yang tidak punya kesempatan dan peluang seperti yang didapatkan saudara sekarang,” katanya.

Karena itu, Menag mengajak para mahasiswa bahwa peluang yang sangat berharga ini betul-betul dijaga, dipelihara dan dirawat dengan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab menjadi penting untuk ditanamkan sebagai pengingat agar terhindar dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai aturan atau selalu on the track. Tanggung Jawab tidak hanya pada sesama, almamater atau LPDP sebagai institusi yang memfasiltasi memperoleh beasiswa, tetapi juga kepada pemerintah dan Negara yang mengelola uang milik rakyat. Termasuk juga tanggung jawab pada Tuhan. “Saya ingin tekankan nilai tanggung jawab ini,” terang Menag.

Soal nilai keteladanan, Menag berpesan agar sepulangnya ke Tanah Air, para mahasiswa penerima beasiswa LPDP harus dapat  menjadi roll model atau contoh. Mereka akan dilihat orang dan juga dunia, karena sudah jadi warga dunia. Untuk itu, lanjut Menag, penting untuk menanamkan pada setiap diri masing-masing keharusan menjadi  teladan, contoh. “Saya ingin menitipkan, bahwa saudara akan menjadi teladan di lingkungan masing-masing. Sehingga dengan nilai-nilai seperti itu, saya berharap mudah-mudahan fasilitas yang kita terima ini betul-betul bisa kita syukuri dengan tanggung jawab,” harap Menag.

Diakhir pesannya, Menag menyampaikan dua pesan. Pertama, tetaplah jadi Indonesia, karena anda akan bergaul dengan banyak orang. Karena menurut Menag, tidak sedikit yang studi di luar negeri, sebagian tidak Indonesia lagi, dari sikap, cara bicara, serta tindak tanduk lainnya yang sudah tidak lagi mencerminkan Indonesia.

Kedua, tetaplah cintai Tanah Air. “Kita hidup dari semua tumbuh-tumbuhan yang dihasilkan dari Tanah Air. Kita minun dari air yang mengalir dari mata air Tanah Air. Kita menghirup dari udara yang ada di Tanah Air. Jadi sesungguhnya tidak alasan untuk tidak mencintai Tanah Air ini,” tandas Menag.

 

Sumber: kemenag