PraharaPadangMahsyarImam al-Harits al-Muhasibi berkata, “…Sehingga ketika jumlah orang mati telah sempurna, bumi dan langit telah sepi dari penghuninya, suasananya senyap mencekam setelah sebelumnya riuh rendah oleh gerakan mereka, tidak ada suara yang didengar, tidak ada orang yang dilihat, hanya Allah Yang Mahatinggi. Kemudian rohmu dikagetkan oleh suara penyeru kepada seluruh makhluk bersamamu untuk bangkit menghadap Allah dengan penuh kehinaan dan kerendahan darimu.”

Bayangkan bagaimana suara itu menyusup ke dalam pendengaran dan akalmu. Kamu menyadari dengan akalmu bahwa kamu dipanggil untuk menghadap kepada Allah Penguasa tertinggi, maka hatimu pun akan terbang, rambutmu akan beruban karena panggilan itu, karena hanyalah satu teriakan untuk menghadap kepada Allah. Tatkala kamu masih terhenyak karena panggilan itu tiba-tiba kamu mendengar terbelahnya bumi dari kepalamu, kamu bangkit, ubun-ubun sampai kakimu berdebu oleh debu kuburmu, kamu tegak di atas kedua kakimu, mengarahkan matamu ke arah suara panggilan. Sementara seluruh makhluk telah bangkit serentak bersamamu dan mereka juga berdebu oleh debu bumi di mana ujian panjang telah mereka lewati di dalamnya.

Bayangkan bagaimana kamu bangkit dengan ketegangan dan ketakutan. Bayangkan dirimu dalam keadaan telanjang dan terhina dengan kesendirianmu, rasa takutmu dan rasa sedihmu, kegelisahan dan kekhawatiranmu di tengah keramaian makhluk-makhluk, semuanya telanjang tanpa alas kaki dan belum dikhitan. Semuanya diam dengan kehinaan, kerendahan, ketakutan dan kekhawatiran. Kamu tidak mendengar kecuali gerakan kaki. Suara itu memanggil dan semua makhluk mendatanginya. Kamu pun mendatangi suara itu bersama mereka, berjalan dengan khusu’ dan rendah diri, sehingga ketika kamu telah tiba di padang Mahsyar, ia telah dipenuhi oleh seluruh umat dari kalangan manusia dan jin dalam keadaan telanjang dan tanpa beralas kaki. Raja-raja dunia tidak lagi bermahkota, mereka berubah menjadi rendah dan terhina. Mereka adalah hadirin paling hina, makhluk paling rendah martabatnya setelah sebelumnya mereka menyombongkan diri dan berbuat semena-mena kepada hamba-hamba Allah di bumi.

Manakala penghuni langit dan penghuni bumi telah memenuhi padang Mahsyar, matahari diberi kadar panas selama 10 tahun, ia didekatkan ke kepala para makhluk berjarak satu mil, tidak ada atap (perlindungan) bagi siapa pun kecuali perlindungan Arasy Rabbil Alamin, ada yang berteduh di bawah Arasy, ada yang terjemur oleh panasnya matahari, sehingga membuatnya meleleh. Kesulitan, dan kecemasannya meningkat karena sengatan panasnya. Kemudian umat manusia saling berdesak-desakan dan saling dorong-mendorong, sebagian mendorong sebagian yang lain. Kaki-kaki berjejal dan berhimpitan, leher-leher manusia serasa terputus karena kehausan. Panas matahari, desahan nafas manusia dan jasad mereka yang saling berdesakan berkumpul menjadi satu. Keringat pun mengalir dan menetes dari tubuh mereka sehingga ia membanjiri bumi. Ada yang berbahagia, adapula yang sengsara sesuai dengan martabat dan tempat mereka di sisi Allah. Sebagian ada yang keringatnya mencapai kedua mata kakinya, sebagian keringat mencapai pinggangnya, sebagian keringat mencapai daun telinganya dan ada pula yang hampir terbenam oleh keringatnya serta ada juga yang selain dari itu.

Bayangkan dirimu dengan kesulitanmu sementara keringat mengitarimu, kecemasan menguasai dirimu, dadamu menjadi sempit karena beratnya keringat, rasa cemas dan takut. Manusia menunggu keputusan bersamamu, apakah akan berakhir di rumah kebahagiaan ataukah di rumah kesengsaraan.

Ketika kesulitan yang menimpamu dan para makhluk telah mencapai puncaknya, mereka telah berdiri lama tanpa ada pembicaraan dan perkara mereka belum juga diputuskan. Masing-masing dengan sendirinya berucap, ‘diriku, diriku’. Kamu tidak mendengar ucapan kecuali, ‘diriku, diriku’. Betapa mencekamnya hari itu, sementara kamu pun memanggil sama seperti mereka, sibuk dengan dirimu sendiri, memikirkan bagaimana bisa selamat dari azab dan hukuman Tuhanmu.

Bagaimana kamu membayangkan suatu hari di mana Nabiyullah Adam, Ibrahim al-Khalil, Musa al-Kalim, Isa ruh dan kalimatullah, dengan kemuliaan mereka di sisi Allah dan kedudukan mereka yang agung di sisiNya, walaupun begitu mereka semua berseru, ‘diriku, diriku’, karena takut akan murka Allah. Di mana dirimu dibandingkan dengan mereka dalam ketakutanmu terhadap hari itu, kesibukanmu, kesedihanmu dan kecemasanmu.

Manakala seluruh makhluk tidak memperoleh syafaat mereka, mereka mendatangi Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, mereka meminta kepadanya syafaat di sisi Allah, beliau mengabulkan, kemudian beliau bangkit berdiri menuju Allah. Beliau meminta izin dan diizinkan, kemudian beliau bersujud kepadaNya, lalu memanjatkan segala pujian kepadaNya sesuai dengan keagungan dan kebesaranNya. Semua itu kamu dengar, makhluk-makhluk juga mendengar dan Allah mengabulkan permintaannya shallallohu ‘alaihi wasallam untuk segera melihat dan memutuskan perkara mereka.

Tatkala dirimu bersama makhluk yang lain di kegelapan hari Kiamat berada dalam kesulitan yang berat. Kamu menunggu kata putus ke Surga atau Neraka, tiba-tiba bersinarlah cahaya Arasy dan bumi pun bercahaya dengan nur Ilahi. Dia datang dan kamu menghadap kepadaNya seolah-olah tidak ada yang menghadap kepadaNya kecuali dirimu dan Dia tidak melihat kecuali perkaramu.

Kemudian Dia berseru, “Wahai Jibril, bawalah neraka kemari.” Jibril tiba, dia berkata, “Wahai Jahannam, jawablah (panggilan Tuhanmu).” Bayangkan gejolaknya, jilatan lidah apinya. Allah menciptakan makhluk dan mengazabnya dengannya. Bayangkan, ketika Jahannam itu mendidih, bergolak dan menyala-nyala. Ia melihat kepada makhluk dari kejauhan, ia menjulur dan mengeluarkan lidahnya kepada mereka, ia ingin melompat menarik makhluk-makhluk karena marah, mengikuti kemarahan Tuhannya kepada orang-orang yang menyelisihi perintahNya. Bayangkan suaranya yang bergejolak yang memenuhi pendengaranmu. Hatimu pun terbang karena kecemasan dan ketakutan. Seluruh makhluk berlari karena takut jilatannya mengenai wajahnya.

Bayangkan tangisan seluruh makhluk secara serempak ketika ia bergejolak dan bergemuruh. Orang-orang zhalim meneriakkan penyesalan dan kesedihan. Orang terpilih, orang jujur, orang yang mati syahid dan seluruh manusia berkata, ‘diriku, diriku’. Bayangkan suara para makhluk, para nabi dan orang-orang di bawah mereka, masing-masing berkata, ‘diriku, diriku’. Kamu pun mengatakannya.

Bayangkan dirimu dalam keadaan ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, kebingungan dan keterasingan. Di mana anakmu, bapakmu, saudaramu, temanmu dan keluargamu berlepas diri darimu dan kamu pun juga berlari dari mereka semua. Bagaimana kamu tidak menolong mereka dan mereka tidak menolongmu. Kalau bukan karena kengerian yang besar pada hari itu niscaya bukan perbuatan mulia dan terpuji jika kamu berlari dari ibumu, bapakmu, istrimu, anak-anakmu dan saudaramu. Akan tetapi karena ketakutan dan kekhawatiran yang besar dan berat. Maka kamu tidak disalahkan karena berlari dari mereka. Begitu pula mereka.

Ketika kamu dalam kondisi seperti itu tiba-tiba leher api terangkat, ia berbicara dengan lisan yang fasih menyebut orang-orang yang harus diambil tanpa dihisab, mereka adalah semua orang yang mengangkat tuhan lain selain Allah. Semua orang yang sombong lagi menentang kebenaran, dan orang-orang yang membuat rupaka-rupaka. Kemudian leher itu menjulur menyambar mereka seperti burung menyambar biji-bijian. Lalu ia menggulung mereka, menceburkannya ke dalam neraka. Neraka menelan mereka dan membenamkan mereka di Jahannam. Begitulah yang dilakukan kepada mereka.

Kemudian seorang penyeru berseru untuk memberitahukan penghuni Mahsyar siapa yang berhak memperoleh kemuliaan, “Agar berdiri orang-orang yang selalu memuji Allah dalam keadaan apa pun.” Lalu mereka maju masuk ke surga. Kemudian hal itu dilakukan kepada orang-orang yang selalu ber-qiyamul lail. Kemudian kepada orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dunia dari berdzikir kepada Tuhannya.

Diringkas dari Shahih Asyrat as-Sa’ah, Mushtafa as-Syalabi.