hisabAllah menetapkan balasan bagi amal perbuatan para hamba sebagai tuntutan dari hikmahNya, dan Allah tidak membalas amalan para hamba kecuali sesudah menghisabnya secara cermat dan cepat sebagai konsekuensi keadilanNya. Seandainya Allah mengazab seluruh makhlukNya niscaya Dia tidak berbuat zhalim, karena mereka adalah maklukNya dan pencipta makhluk berhak bertindak terhadap makhluknya sesuai dengan kehendakNya. Akan tetapi Allah tidak melakukan itu, Dia tetap menghisab hamba-hambaNya dengan adil, keadilan sempurna yang tidak pernah disaksikan oleh seluruh manusia.

Allah telah menjelaskan di dalam banyak ayat dari kitabNya tentang dasar-dasar hisabNya atas para hamba, di antaranya:

Keadilan sempurna

Pada Hari Kiamat Allah Ta’ala memberikan balasan amal perbuatan manusia secara sempurna, tanpa ada pengurangan dan penyunatan, tidak ada jiwa yang dizhalimi walaupun seberat semut hitam atau sekulit ari.

Firman Allah,

[sc:BUKA ] ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ [البقرة/281[sc:TUTUP ]

“Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (Al-Baqarah: 281).

Firman Allah melalui wasiat Luqman kepada anaknya,

[sc:BUKA ]يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ [لقمان/16[sc:TUTUP ]

“Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (Luqman: 16).

Dan masih banyak ayat al-Qur`an yang menetapkan bahwa Allah tidak menzhalimi manusia, masing-masing diberi balasan sesuai dengan perbuatannya tanpa dikurangi sedikit pun.

Seseorang tidak memikul dosa orang lain

Allah membalas perbuatan manusia, yang baik mendapatkan balasan baik, yang selain itu mendapatkan balasan sesuai dengannya, Allah tidak memikulkan dosa seseorang kepada orang lain.

Firman Allah,

[sc:BUKA ]وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ [الأنعام/164[sc:TUTUP ]

“Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakanNya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.” (Al-An’am: 164).

Inilah keadilan tertinggi, orang yang mendapatkan petunjuk memetik buah petunjuk dan orang yang tersesat memanen buah kesesatannya,

[sc:BUKA ]مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا [الإسراء/15[sc:TUTUP ]

“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Al-Isra`: 15).

Kaidah besar ini termasuk perkara yang disepakati oleh risalah samawi, Allah berfirman,

[sc:BUKA ]أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَى (36) وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى (37) أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى (38) وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى (39) وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى (40) ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى (41) [النجم/36-42[sc:TUTUP ]

“Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (An-Najm: 36-41).

Allah Ta’ala membeber amal perbuatan di depan pelakunya

Di antara keadilan Allah adalah bahwa Dia membeber amal perbuatan manusia yang baik dan yang buruk, sehingga mereka bisa menjadi pengadil bagi diri mereka sendiri, setelah itu tidak ada alasan bagi siapa pun.

Pembeberan ini dengan diberikannya buku catatan amal manusia dan mereka membacanya, seperti kita ketahui bahwa Allah menugaskan dua malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia, jika yang bersangkutan mati maka buku tersebut ditutup, dan pada Hari Kiamat buku tersebut diberikan kepada pemiliknya.

Firman Allah,

[sc:BUKA ]وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا [الإسراء/13][sc:TUTUP ]

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya, dan Kami keluarkan baginya pada Hari Kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.” (Al-Isra`: 13).

Buku catatan ini mencatat segalanya, besar maupun kecil, tidak membiarkan apa pun kecuali ia merekamnya,

[sc:BUKA ]وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا [الكهف/49[sc:TUTUP ]

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya, dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis), dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun.” (Al-Kahfi: 49).

Dari al-Qiyamah al-Kubra, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar dan Rihlah ila ad-Dar al-Akhirah, Syaikh Mahmud al-Mishri.