Sesungguhnya termasuk kisah yang menakjubkan yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- ulang kembali di dalam al-Qur’an dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- pun menyanjungnya adalah kisah Musa bersama Fir’aun. Hal demikian itu karena keadaan kisah tersebut terkandung beberapa hikmah yang agung dan pelajaran yang mendalam, serta nasehat-nasehat yang sangat membekas. Dan, di dalam kisah itu pula terdapat berita Dzat yang Maha Suci tentang orang-orang yang beriman dan orang-orang yang Zalim, di mana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memuliakan dan menolong orang-orang yang beriman dan menghinakan dan merendahkan orang-orang kafir.

تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ . نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ . إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

Ini ayat-ayat Kitab (al-Qur’an) yang jelas (dari Allah). Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman. Sungguh, Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dan menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir’aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan.” (al-Qashash: 2-4)

Dan ketika Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- ingin menyelamatkan golongan mereka ini dari kezaliman, penindasan, kesombongan, kesewenang-wenangan Fir’aun ini, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjalankan beberapa sebab yang agung yang tidak dapat dirasakan oleh Fir’aun, tidak pula oleh para pendukung dan pembantu-pembantunya, di mana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- perintahkan kepada Ibunda Musa untuk meletakkan anaknya si bayi Musa di dalam sebuah peti yang tertutup, kemudian menghanyutkannya ke sungai. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjanjikan bahwa Musa akan terjaga, dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- pun memberikan kabar gembira kepadanya bahwa Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan mengembalikan Musa kepadanya dan bahwa Musa akan tubuh dewasa dan selamat dari makar mereka, serta bahwa Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan menjadikan Musa termasuk golongan para utusan-Nya.

 وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ

“Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.” (al-Qashash: 7)

Maka, segera saja Ibunda Musa melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Dan, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjalankan peti itu dan apa yang ada di dalamnya, yaitu, Musa. Gelombang air pun menggerak-gerakannya sampai akhirnya sampai ke tempat yang dekat  dari Fir’aun dan keluarganya.

   فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا

“Maka dia dipungut oleh kelurga Fir’aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.” (al-Qashash: 8)

Dan dalam hal ini bahwa sikap kewaspadaan (dari perkara yang ditakuti oleh Fir’aun) tidak memberikan faedah (kepadanya) terhindar dari apa yang telah ditakdirkan.

Karena yang ditakutkan oleh Fir’aun dan untuk hal tersebut ia melakukan pembunuhan terhadap anak-anak laki-laki bani Israel, ternyata Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tetapkan (orang yang akan menjadi sebab kebinasaan  dirinya) justru tumbuh berkembang di rumah Fir’aun dan terdidik di bawah tangannya dan di atas pandangan matanya serta di dalam pemeliharaannya.

Dan termasuk kelembutan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- terhadap Musa dan ibunya adalah bahwa Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mencegah Musa menerima penyusuan dirinya dari payudara wanita mana pun. Sehingga ia dibawa keluar ke pasar barangkali mereka mendapati orang yang dapat menyusuinya dengan upah. Dalam kondisi demikian itu, datanglah saudarinya,

 فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ

“Lalu berkatalah dia (saudarinya Musa), “Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?” (al-Qashash: 12)

Ucapan saudarinya Musa ini berisikan motivasi terhadap keluarga ini dan penjelasan kepada mereka apa yang bakal mereka dapatkan berupa penjagaan yang sempurna dan perlakuan yang baik terhadap Musa.

فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.” (al-Qashash: 13)

Dan ketika Musa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- telah cukup dewasa, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan kepadanya ketentuan-ketentuan hukum dan ilmu; dengan ketentuan-ketentuan hukum itu ia mengetahui hukum-hukum syariat dan menyelesaikan masalah yang terjadi di antara manusia. Dan, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberikan kepadanya ilmu yang banyak.

Kemudian, terjadilah beberapa peristiwa, di antaranya, Musa membunuh seorang lelaki berasal dari suku qibti. Bermusyawarahlah salah satu mentri Fir’aun dengan Fir’aun. Tercapailah kemufakatan untuk menghabisi nyawa Musa. Sampailah berita tersebut kepada Musa. Musa pun kemudian keluar dari Mesir “خَائِفًا يَتَرَقَّبُ“ (dengan rasa takut, waspada (kalau ada yang menyusul atau menangkapnya) dan dia pun berdoa kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

قَالَ رَبِّ نَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu (al-Qashash: 21)

Dan dalam perjalanannya itu, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memuliakan Musa dengan menikahkannya dengan seorang wanita salehah. Kemudian Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memuliakannya lagi dengan karomah yang paling agung dan mengaruniakan kepadanya kenikmatan teragung, yaitu, Dia    -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى – menjadikannya termasuk golongan para Rasul.

قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالَاتِي وَبِكَلَامِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ

“(Allah) berfirman, ‘Wahai Musa! Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) engkau dari manusia yang lain (pada masamu) untuk membawa risalah-Ku dan firman-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur.’” (al-A’raf: 144)

Dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- pun menguatkannya dengan hujah-hujah yang mempesona dan bukti-bukti yang tampak,

اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِنْ رَبِّكَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ

“Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, dia akan keluar putih (bercahaya) tanpa cacat, dan dekapkanlah kedua tanganmu ke dadamu apabila ketakutan. Itulah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan engkau pertunjukkan) kepada Fir’aun dan para pembesarnya. Sungguh, mereka adalah orang-orang fasik.” (al-Qashash: 32)

Dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memerintahkan Musa untuk pergi menemui Fir’aun untuk medakwahinya, dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- perintahkan dirinya untuk berbicara kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. Musa pun meminta kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- agar membantunya dalam mengemban misinya ini dan agar Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membimbing dirinya dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada dirinya.

قَالَ رَبِّ إِنِّي قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ  .وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ

“Dia (Musa) berkata, ‘Ya Tuhanku, sungguh aku telah membunuh seorang dari golongan mereka, sehingga aku takut mereka akan membunuhku. Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sungguh aku takut mereka akan mendustakanku.” (al-Qashash: 33-34)

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- pun mengabulkan apa yang dipintanya,

قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا بِآيَاتِنَا أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ

Dia (Allah) berfirman, “Kami akan menguatkan engkau (membantumu) dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak akan dapat mencapaimu : (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamu yang akan menang.” (al-Qashash: 35)

Dan datanglah perintah ilahi kepada Musa dan saudaranya untuk melaksanakan tugas nan agung ini.

اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي (42) اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (43) فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44) قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى (45) قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى (46) فَأْتِيَاهُ فَقُولَا إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى (47) إِنَّا قَدْ أُوحِيَ إِلَيْنَا أَنَّ الْعَذَابَ عَلَى مَنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّى (48)

“Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa tanda-tanda (kebesaran)-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai mengingat-Ku. Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, muda-mudahan dia sadar atau takut. Keduanya berkata, ‘Ya Tuhan kami, sungguh, kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas, Dia (Allah) berfirman, ‘Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.’

“Maka pergilah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan katakanlah, “Sungguh, kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka. Sungguh, kami datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sungguh, telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) pada siapa pun yang mendustakan (ajaran agama yang kami bawa) dan berpaling (tidak memperdulikannya).” (Thaha: 42-48)

Pergilah Musa dan saudaranya Harun dengan penuh keberanian, kekuatan, dan kekokohan untuk menyampaikan risalah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan melaksanakan perintah-Nya.

Sungguh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah mengutus Musa kepada Fir’aun -yang telah bersikap sombong terhadap makhluk-Nya dan mengatakan,’Akulah Tuhan kalian yang tinggi’-dengan membawa tanda-tanda (kebesaran)-Nya dan bukti yang jelas. Musa mendatangi Fir’aun dengan membawa tanda-tanda (kebesaran)-Nya yang nyata, dan menyerunya kepada meng-esa-kan Rabb (Tuhan) bumi dan langit, namun Far’aun mengingkari seraya bertanya,

وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Siapa Tuhan seluruh alam itu?” (asy-Syu’ara: 23)

Fir’aun mengingkari (adanya) Rabb yang Maha Agung yang dengan perintah-Nya tegaklah bumi dan langit, dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memiliki ayat (tanda kekuasaan) pada setiap sesuatu dari makhluk-makhluk ciptaan-Nya.

Masa pun menjawab pertanyaan Fir’aun tersebut,

قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ

Dia (Musa) berkata, “(Dia) Tuhan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu mempercayai-Nya.” (asy-Syu’ara : 24)

Karena apa yang ada di langit dan di bumi serta apa yang ada di antara keduanya berupa tanda-tanda kekuasaan-Nya mengharuskan untuk mempercayai-Nya bagi orang-orang yang mempercayai-Nya.

Lalu, Fir’aun mengatakan kepada orang-orang di sekelilingnya seraya menghinakan dan mengolok-olok Musa,

أَلَا تَسْتَمِعُونَ

“Apakah kalian tidak mendengar (apa yang dikatakannya)?” (asy-Syu’ara: 25)

Lalu, Musa mengingatkan Fir’aun tentang asal dirinya dan bahwa dirinya sejatinya adalah makhluk, sesuatu yang tercipta dari ketiadaan dan akan menjadi tidak ada kembali seperti halnya ditiadakannya nenek moyangnya terdahulu. Maka, ketika itu, bingunglah Fir’aun, lantas ia pun mendakwa dengan dakwaan orang yang menyombongkan diri lagi tertipu, seraya mengatakan,

إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ

“Sungguh, Rasul kalian yang diutus kepada kalian benar-benar orang gila” (asy-Syu’ara: 27)

Ia mencerca Rasul dan orang-orang yang mengikutinya. Maka, Musa membantah hal itu dan dia menjelaskan kepada Fir’aun bahwa gila itu adalah mengingkari sang pencipta yang Maha Agung.

قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ

Dia (Musa) berkata, “(Dialah) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya; jika kamu mengerti.” (asy-Syu’ara: 28)

Lalu, ketika Fir’aun tidak berdaya untuk membantah kebenaran (yang disampaikan Musa kepadanya), ia bergegas mengambil langkah memberikan ultimatum dan ancaman terhadap Musa bahwa dia akan memenjarakannya, seraya mengatakan,

لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ

Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukan engkau ke dalam penjara.” (asy-Syu’ara: 29)

Terus saja Musa mendatangkan tanda-tanda kebesaran Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- seperti Matahari, dan Fir’aun pun terus berupaya dengan mengerahkan segenap daya dan kekuatannya untuk mengalahkan ayat-ayat itu, sampai ia mengatakan kepada kaumnya,

يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ (51) أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ وَلَا يَكَادُ يُبِينُ (52) فَلَوْلَا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسْوِرَةٌ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ جَاءَ مَعَهُ الْمَلَائِكَةُ مُقْتَرِنِينَ (53) فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ (54) فَلَمَّا آسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ (55) فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِلْآخِرِينَ (56)

“Wahai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; apakah kamu tidak melihat? Bukankah aku lebih baik dari orang (Musa) yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? Maka mengapa dia (Musa) tidak dipakaikan gelang dari emas, atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?” Maka (Fir’aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik. Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut), maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu, dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian. (Az-Zukhruf : 51-56)

Dan termasuk bagian dari rangkaian kisah ditenggelamkannya mereka itu adalah bahwa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mewahyukan kepada Musa agar ia membawa pergi kaumnya  meninggalkan Mesir pada malam hari. Maka, kepergian mereka tersebut menyita perhatian Fir’aun sangat besar. Fir’aun pun kemudian mengirimkan utusan ke segenap penjuru daerah Mesir untuk mengumpulkan orang-orang, untuk sampai kepadanya sebuah perkara yang dikehendaki oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Lalu, Fir’aun mengumpulkan kaumnya dan kemudian mereka keluar mengejar Musa menuju ke arah laut merah.

فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ

“Maka ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, “Kita benar-benar akan tersusul.” (asy-Syu’ara: 61)

Laut, berada di hadapan kita. Jika kita terus menerjangnya niscaya kita akan tenggelam. Sedangkan Fir’aun dan kaumnya berada di belakang kita. Jika kita berhenti, tidak melanjutkan perjalanan kita, niscaya ia akan dapat menyusul kita.

Maka, ketika itu, Musa mengatakan kepada kaumnya,

قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

Dia (Musa) menjawab, “Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (asy-Syu’ara: 62)

Maka, ketika telah sampai di laut itu, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memerintahkan kepada Musa agar ia memukul laut itu dengan tongkatnya. Lantas, Musa pun kemudian memukul laut itu. Seketika laut itu pun terbelah menjadi 12 jalan, dan air yang mengalir di antara jalan-jalan ini seperti gunung-gunung yang besar. Mereka pun berjalan menyusuri jalan-jalan itu. Sementara Fir’aun dan kaumnya pun terus mengejar. Sampai ketika Musa dan kaumnya telah keluar dari jalannya masing-masing, dan sedangkan Fir’aun dan kaumnya telah sempurna masuk ke dalam jalan yang diapit oleh air seperti gunung yang besar itu, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- kemudian perintahkan kepada laut agar kembali ke keadaannya semula. Maka, air itu pun menutup mereka. Sehingga mereka menjadi golongan orang-orang yang ditenggelamkan.

Maka, lihatlah dan perhatikanlah oleh kalian-semoga Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- merahmati kalian-apa yang ada dalam kisah ini berupa beberapa ibrah (pelajaran) dan tanda-tanda kekuasaan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- ; mulai dari bagaimana Fir’aun membunuh anak-anak laki-laki Bani Israil karena takut dari Musa, lalu Musa tumbuh dan berkembang serta terdidik di dalam rumahnya, di bawah asuhan istrinya !!

Dan, bagaimana pula Musa menghadapi makhluk yang angkuh dan penentang ini dengan terang-terangan dan dengan tegas dalam menyampaikan kebenaran kepadanya, “Ketahuilah bahwa Tuhanmu adalah Tuhan semesta alam” lalu Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyelamatkannya dari Fir’aun!!

Dan bagaimana pula air yang mengalir itu menjadi sesuatu yang beku seperti gunung dengan kuasa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Sementara jalan yang dilewati itu kering tidak tidak ada lumpur di dalamnya, tidak pula licin ketika terinjak!!

Dan bagaimana pula Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membinasakan orang yang sangat angkuh dan sangat menentang ini dengan semisal sesuatu yang pernah disombongkannya, ia pernah sebelumnya menyombongkan diri dengan menyebutkan sungai-sungai itu mengalir dari bawah kekuasaan dirinya, lalu Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- binasakan dirinya dengan air!!

Tidak diragukan bahwa tampaknya tanda-tanda kekuasaan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- pada makhluk-makhluk ciptaan-Nya merupakan sebuah kenikmatan yang sangat besar yang karenanya Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berhak dipuji dan disyukuri. Terlebih bila mana hal tersebut terkait dengan pertolongan terhadap wali-wali Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan golongan-Nya dan pembinasaan dan penghinaan terhadap wali-wali setan dan pengikutnya.

Oleh karena itu, ketika Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- datang ke Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari kesepuluh dari bulan ini-bulan Muharram- dan mereka mengatakan bahwa hari itu adalah hari di mana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyelamatkan Musa dan kaumnya dan membinasakan Fir’aun dan kaumnya, maka Musa berpuasa hari itu sebagai bentuk kesyukuran, Nabi -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- mengatakan,(نَحْنُ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ)  “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.”  Lalu, beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- berpuasa pada hari itu (hari Asyura) dan beliau juga memerintahkan kepada orang-orang untuk berpuasa hari itu (hari Asyura) [1]. Dan, Nabi-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-pernah ditanya tentang puasa hari itu (Asyura), lalu beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- mengatakan,

 أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Aku berharap kepada Allah akan menghapuskan (dosa) setahun sebelumnya.’ [2]

Maka dari itulah hendaknya seorang muslim berpuasa hari Asyura (hari kesepuluh dari bulan Muharram) dan juga hari kesembilannya agar ia mendapatkan keutamaan puasanya dan menyelisihi orang-orang Yahudi sebagaimana Rasulullah-صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-perintahkan.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

Sumber:

Qishshatu Musa Ma’a Fir’auna, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-‘Abbad-حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى-.

Catatan:

[1] Diriwayatkan oleh al-Bukhari (2004), dan Muslim (1130) dari Ibnu Abbas-رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا-.

[2] Diriwayatkan oleh Muslim (1162) dari hadis Abu Qatadah-رَضِيَ اللهُ عَنْهُ-