SOLUSI TERBAIK

Wahai hamba-hamba Allah! Tidak ada lagi solusi terbaik yang dapat menyelamatkan orang-orang awam dan lemah akal tersebut, selain dengan melakukan hal-hal berikut:

  • Memberikan porsi perhatian kepada penekanan jiwa agar satu-satunya ketergantungan hanya kepada Allah . (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda): “Jika kamu meminta, maka pintalah kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepadaNya”.

  • Keyakinan yang sempurna, pasti dan tulus bahwasanya Allah Subhaanahu Wata’aala adalah satu-satunya Yang dapat memberikan manfaat, memberi kemudharatan dan pentadbiran/pengurusan. Sekaligus pula, Dia lah Yang berhak untuk dijadikan Rabb dan Ilah diatas seluruh makhlukNya. Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:

    وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُون

    Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: ‘cukuplah Allah bagiku’. KepadaNyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”. (Az-Zumar: 38).

  • Menjelaskan manifestasi tauhid dan pengaruhnya terhadap jiwa dan kehidupan. Pemaparan hal itu dilakukan melalui penjelasan mengenai metode para nabi, orang-orang Shalih dan kaum mushlihin (reformis) yang telah merealisasikan tauhid (mencapai hakikatnya) dan menyeru kepadanya dan hal itulah yang merupakan cita-cita pertama dan bentuk kepedulian paling besar mereka. Allah berfirman:

    وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُون

    “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘bahwasanya tidak ada Tuhan (Yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (al-Anbiya’: 25).

  • Berpegang kepada nash-nash syara’; Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam serta memiliki keinginan kuat untuk melepaskan diri dari keterkaitan dengan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun oleh para nenek moyang dan tradisi-tradisi yang menyimpang dari Dien yang haq ini, meskipun sebagian orang yang mengaku sebagai Ahli ilmu (ulama) berpendapat demikian (yang bertentangan dengan agama). Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Hampir saja bebatuan dari langit menimpuki kalian; sebab, manakala aku katakan: ’Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (begini)’, kalian justru berkata:’Abu Bakar dan ‘Umar berkata (begini)’ “.

    Abu Az-Zinad berkata: “Sesungguhnya hadits-hadits Rasul tidak boleh dijadikan arena perdebatan dan tidak pantas untuk diinterpretasi dengan pendapat berdasarkan logika semata sebab bila orang-orang melakukan hal itu, niscaya belum berlalu satu hari penuh melainkan mereka sudah berpindah dari satu agama ke agama yang lain. Akan tetapi sepatutnya hadits-hadits Rasul tersebut dilakoni secara konsekuen, berpegang teguh kepadanya baik hal itu bersesuaian dengan pendapat logika atau pun berseberangan”.

  • Jalan menuju Allah adalah dengan mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam; perkataan, perbuatan, ‘azam, ‘akad serta niat. Allah shallallahu ‘alaihi wasallam berfirman:

    وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا

    “..dan jika kamu ta’at kepadanya niscaya kamu mendapat petunjuk..”. (Q.S. An-Nur: 54).

  • Pentingnya memberikan penjelasan kepada manusia bahwa semua bid’ah dan hal-hal yang mengada-ada dalam agama memang membuat jiwa bersemangat untuk mengikutinya sementara sikap konsekuen terhadap sunnah-sunnah Rasul amat berat dan susah. Oleh karena itu, para ulama dan da’i harus mengetahui dan menyadari hal itu dan mengajak manusia berpegang teguh kepada sunnah-sunnah dan mencintainya. Imam Abul Wafa’ bin Ibnu ‘Aqil memperingatkan hal itu dan berkata: “Manakala orang-orang yang awam dan lugu merasa beban-beban syara’ amat sulit mereka lakukan, maka mereka berpindah dari melaksanakan aturan-aturan syara’ kepada pengagungan aturan-aturan yang mereka buat sendiri yang dapat mempermudah mereka lantaran tidak melibatkan orang lain dan tunduk terhadap perintahnya, seperti misalnya mengagungkan kuburan dan menghormatinya dengan sesuatu yang dilarang oleh syara’, menciuminya, menyalakan api, berbincang dengan orang-orang mati (seakan mereka hidup) melalui papan/batu tulis dan menulis sesuatu didalamnya (seraya berkata); ya maulaya (wahai tuanku!) kerjakanlah buatku begini dan begitu… dan seterusnya.

  • Memberikan porsi perhatian terhadap penyebaran ilmu yang bermanfaat, menyucikan hati dan jiwa (tazkiyatun nufus) agar dalam berinteraksi dengan wejangan dan hukum-hukum al-Qur’an lebih efektif.

  • Mengingatkan manusia akan bahaya ‘aqidah yang rusak, pengakuan-pengakuan yang bathil serta adat-adat yang tanpa norma yang merusak citra agama dan memutarbalikkan fakta-fakta yang berkaitan dengan agama dan ‘aqidah-‘aqidah Ahlul haq, yaitu manhaj yang murni yang menafikan keisengan orang-orang yang suka berbuat iseng dan penyimpangan yang dilakukan oleh Ahli bid’ah serta kebathilan yang dipromosikan oleh kaum Atheis.

Wahai kaum Muslimin! Islam datang dengan ‘aqidah tauhid yang murni dan bersih sehingga dapat mengangkat jiwa kaum Muslimin dan menanamkan di hati mereka ‘izzah (rasa bangga) terhadap Islam, kehormatan, percaya diri dan sikap ksatria. Membebaskan mereka dari belenggu perbudakan ‘ibadah kepada selain Allah sehingga kaum muda mereka tidak lagi menghina kaum tua dan kaum lemah tidak lagi takut kepada kaum yang kuat dan berkuasa, begitu juga orang yang pantas berkuasa atas mereka hanyalah penguasa yang membawa kebenaran, keadilan dan norma-norma agama.