teks al-qur'anHifdzul Qur`an di zaman sahabat Nabi terlihat pada dua peristiwa besar.

Pertama: Di Masa Khilafah Abu Bakar ash-Shiddiq

Saat para sahabat harus terjun ke medan perang yang mengakibatkan tak sedikit dari mereka yang gugur, maka para sahabat kuatir al-Qur`an akan hilang dengan gugurnya para penghafalnya, maka mereka sepakat untuk mengumpulkannya pada satu tempat.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit berkata, Abu Bakar ash-Shiddiq mengundangku pasca perang Yamamah, aku datang dan Umar bin al-Khatthab sudah ada di sisinya, Abu Bakar berkata, “Umar datang kepadaku, dia berkata, ‘Banyak hafizh al-Qur`an yang gugur di perang Yamamah, aku kuatir bila hal ini terus terjadi di medan-medan perang, maka al-Qur`an akan hilang, menurutku engkau harus memerintahkan pengumpulan al-Qur`an.’ Aku menjawab, ‘Bagaimana kita melakukan sesuatu yang tak Rasulullah lakukan?’ Umar menjawab, ‘Demi Allah, ini adalah kebaikan.’ Umar terus mengusulkan pendapatnya hingga Allah melapangkan dadaku kepada usulannya, maka aku menyetujui pendapatnya dalam masalah ini.’

Zaid berkata, Abu Bakar berkata kepadaku, “Engkau adalah anak muda yang cerdas, kami percaya kepadamu, dulu kamu menulis wahyu untuk Rasulullah, maka telusurilah al-Qur`an dan kumpulkanlah.” Zaid berkata, “Demi Allah, seandainya mereka membebaniku memindahkan sebuah gunung niscaya ia lebih ringan daripada mengumpulkan al-Qur`an yang dibebankan kepadaku.” Aku berkata, “Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah?” Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, ini adalah kebaikan.” Zaid berkata, “Abu Bakar terus meyakinkanku hingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana Allah melapangkan dada Abu Bakar dan Umar, maka aku menelusuri al-Qur`an, aku mengumpulkannya dari pelepah kurma, marmer dan hafalan orang-orang, hingga aku menemukan akhir surat at-Taubah, ‘Sungguh telah datang dari kalangan dirimu sendiri seorang Rasul, berat atasnya penderitaanmu.’ hingga akhir surat, maka suhuf di pegang oleh Abu Bakar hingga wafat kemudian Umar hingga wafat kemudian Hafshah binti Umar.”

Kedua: Di Masa Khilafah Utsman bin Affan

Hal ini manakala bibit perselisihan di antara sebagian kaum muslimin disebabkan oleh perbedaan bacaan al-Qur`an di mana mereka membaca dengannya, maka para sahabat sepakat untuk mengumpulkan al-Qur`an dalam satu mushaf dan membakar mushaf-mushaf lainnya dalam rangka menyatukan kalimat kaum muslimin.

Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari Anas bin Malik bahwa Hudzaefah bin al-Yaman datang kepada Utsman sesudah ikut bersama orang-orang Syam dalam membuka Armenia dan Azaerbaijan, Hudzaefah terkejut dengan perbedaan kaum muslimin dalam membaca al-Qur`an, maka dia berkata kepada Utsman, “Amirul Mukminin, selamatkanlah umat ini sebelum mereka berselisih dalam al-Qur`an seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani.” Maka Utsman mengirim pesan kepada Hafshah, “Kirimkanlah mushaf kepada kami, kami akan menasakhnya dalam beberapa naskah kemudian kami mengembalikannya kepadamu.” Maka Hafshah mengirimkannya kepada Utsman, maka Utsman memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin az-Zubair, Said bin al-Ash dan Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam agar menasakhnya dalam beberapa naskah, Utsman berkata kepada tiga orang Quraisy, “Bila kalian dan Zaid berbeda pendapat pada sesuatu maka tulislah dengan lisan Quraisy, karena al-Qur`an turun dengan bahasa mereka.” Mereka melakukan, hingga ketika mereka menasakh mushaf pada beberapa naskah, Utsman mengembalikan mushaf kepada Hafshah, lalu mengirimkan setiap mushaf ke negeri-negeri kaum muslimin dan memerintahkan agar al-Qur`an selainnya yang tertulis di lembaran atau mushaf dibakar.”

Demikian Allah menjaga al-Qur`an melalui tangan dua sahabat mulia, Abu Bakar dan Utsman, hal ini tercatat sebagai keutamaan mereka berdua. Wallahu a’lam.

Manhajul Istidlal ala Masa`il al-I’tiqad inda Ahlus Sunnah wal Jamaah, Utsman bin Ali Hasan.