Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ . نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ . نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.’

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (Surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.

“Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Fushshilat: 30-32).

**

Firman Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah.’”

Mereka mengucapkannya dengan lisan mereka dan hati mereka. Tidaklah cukup hanya sekedar ucapan lisan; karena ucapan dengan lisan itu terjadi pada diri orang munafik dan juga pada diri orang yang ikhlas. Tetapi, yang dimaksud adalah perkataan dengan lisan dan hati.

Mereka berkata, ”Tuhan kami adalah Allah”. Perkataan ini, yang mereka katakan tidak sekedar perkataan dengan lisan atau keyakinan yang terdapat di dalam hati, tepi hal tersebut mengharuskannya untuk menaati Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Oleh karena itu, Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

ثُمَّ اسْتَقَامُوا

“Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqomah).”

Yakni, mereka beristiqomah di atas ketaatan kepada Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dalam keimanan di dalam hati dan istiqomah pada anggota badan. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tidak mencukupkan sanjungan kepada mereka dan balasan bagi mereka atas keimanan yang ada di dalam hati mereka. Tetapi, untuk mendapatkan sanjungan dan balasan itu harus ‘istiqomah’.

Kemudian, renungkanlah firman-Nya,

ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ

“Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqomah).”

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menggunakan kata, ‘ثُمَّ’ (kemudian), yang menunjukkan tartib, yakni, bahwa keimanan mereka tersebut bukan keimanan yang sementara, beriman kemudian hilang keimanannya. Tetapi, keimanan mereka tersebut benar-benar kokoh terhujam di dalam hati mereka, karena mereka beristiqomah di atas agama Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-.

Firman-Nya,

تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ

“Maka malaikat akan turun kepada mereka.”

Kata, ”تَتَنَزَّلُ“, apa yang ditunjukkan kata ini berbeda dengan apa yang ditunjukkan oleh kata, ”تَنَزَّلُ“. Karena, kata تَتَنَزَّلُ terdapat tambahan huruf “تَ “.Tambahan ini memberikan dua makna; Makna pertama, bahwa turunnya mereka (para malaikat itu) setahap demi setahap. Tidak turun satu kali sekaligus. Makna kedua, bahwa turunnya mereka (para malaikat itu) berulang kali. Yakni, ketika keadaan mereka (orang-orang yang istiqomah itu) membutuhkan kepada turunnya malaikat kepada mereka niscaya para malaikat akan turun kepada mereka.

Firman-Nya,

تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ

“Maka malaikat akan turun kepada mereka.”

Jadi, yang tampak bahwa para malaikat itu akan turun kepada mereka setiap kali keadaan membutuhkan kepada turunnya para malaikat kepada mereka; ketika akan meninggal dunia, ketika mereka merasa takut, ketika di medan perang, dan dalam segala kondisi yang mengharuskan turunnya para malaikat kepada mereka. Karena Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memutlakkan firman-Nya,تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ  (akan turun kepada mereka). Hal ini diperkuat oleh firman-Nya -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا

“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.’” (al-Anfal: 12).

Firman-Nya,

أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا

“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati”

Yakni, janganlah kamu merasa takut masa depanmu dan janganlah kamu bersedih hati atas masa lalumu. Karena, manusia itu, ketika takut, ia takut masa depannya, atau bersedih hati atas apa yang telah dilaluinya, seraya mengatakan, ‘andaikata aku melakukan demikian dan demikian niscaya akan demikian…dst, tidak akan terjadi pada diriku rasa takut ini, misalnya.’

Maka, malaikat akan turun kepada mereka seraya mengatakan, “janganlah kamu takut masa depan, dan janganlah kamu bersedih hati atas masa lalu yang telah engkau lewati.”

Kalaulah kita ambil contoh kondisi di mana dibutuhkan turunnya malaikat adalah ketika menghadapi kematian, maka keadaannya tersebut mengharuskan untuk menambah kekuatan dan kesemangatan pada keimanan dan ketauhidan. Maka, para malaikat akan turun kepada mereka juga, dan memberikan kabar gembira kepada mereka,

أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

 “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) Surga yang telah dijanjikan kepadamu.”

Surga adalah sebuah tempat yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- persiapkan bagi para walinya. Di dalam Surga, sebagaimana di dalam al-Qur’an disebutkan,

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (As-Sajdah: 17).

Dan di dalamnya pula, seperti yang disebutkan di dalam hadis qudsi,

مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

“Sesuatu yang mata belum pernah melihat(nya), telinga belum pernah mendengar(nya) dan belum pernah terbetik dalam hati manusia.” (HR. Al-Bukhari, no. 3244 dan Muslim, no. 2824).

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjanjikan Surga untuk mereka, seraya berfirman,

وَعَدَ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di Surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung.” (at-Taubah: 72).

Firman-Nya,

نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat.”

Yakni, bahwa para malaikat itu akan melindungi mereka orang-orang yang beriman, memotivasi mereka untuk melakukan kebaikan, dan mewanti-wanti mereka dari keburukan. Nabi -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- telah bersabda,

إِنَّ لِلشَّيْطَانِ ‌لَمَّةً بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ ‌لَمَّةً فَأَمَّا ‌لَمَّةُ الشَّيْطَانِ فَإِيْعَادٌ بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالحَقِّ، وَأَمَّا ‌لَمَّةُ المَلَكِ فَإِيْعَادٌ بِالخَيْرِ وَتَصْدِيْقٌ بِالحَقِّ

“Sesungguhnya setan (Iblis atau sebagian tentaranya) memiliki bisikan pada anak Adam (manusia) dan Malaikat pun juga memilikinya. Adapun bisikan setan, maka ia menjanjikan keburukan dan mendustakan kebenaran. Sedangkan bisikan Malaikat adalah menjanjikan kebaikan dan membenarkan kebenaran.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2988).

Bila ada yang bertanya, ‘Apakah kedua bisikan ini (bisikan setan dan bisikan Malaikat) bisa muncul dalam satu waktu?’

Jawabnya, ‘Iya, kedua bisikan tersebut bisa jadi muncul dalam satu waktu.’ Ketika seseorang berhasrat untuk melakukan kebaikan, misalnya. Ternyata setan menghalanginya. Boleh jadi, belum terlintas dalam pikiran seseorang untuk melakukan kebaikan, sementara setan membisikan keburukan kepadanya. Kita berlindung kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dari kejahatan bisikan setan seperti ini. Semoga Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyelamatkan kita darinya.

Firman-Nya,

فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

Dalam kehidupan dunia”

Yakni, kami akan menjaga kalian dalam kehidupan kalian di dunia. Hal demikian itu, bahwa seseorang bila mana para malaikat bersamanya, niscaya para malaikat itu menunjukkannya kepada kebaikan dan memotivasinya untuk melakukannya.

وَفِي الْآخِرَةِ

“Dan (dalam kehidupan) akhirat.”

Mereka (para malaikat) juga melindungi mereka, orang-orang yang beriman kemudian istiqomah di dalam kehidupan akhirat. Di mana  para malaikat itu menyambut mereka (dengan ucapan),

هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu.” (al-Anbiya: 103).

Dan, di dalam Surga, para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, sambil mengucapkan selamat kepada mereka, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ . سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

“(Yaitu) Surga-surga ‘Adn,  mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya, dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan), ‘Selamat sejahtera atasmu karena kesabaran mu.’ Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu.” (Ar-Ra’d: 23-24).

Maka, mereka, para malaikat adalah para wali orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Semoga Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadikan kita, saya dan Anda sekalian bagian dari golongan mereka, hamba-hamba-Nya yang dimuliakan-Nya dengan dimasukkan ke dalam Surga-Nya. Amin

Firman-Nya,

وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ

“Di dalamnya (Surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.”

Setiap yang diinginkan seseorang (penghuni Surga) meskipun ia tidak memintanya niscaya ia memperolehnya berada di hadapannya. Dan, begitu pula halnya segala sesuatu yang dimintanya, niscaya hal tersebut bakal hadir di hadapannya.

Adapun di dunia, maka tidak demikian, sampai pun misalnya seseorang menginginkan sesuatu dan memintanya berulang kali, boleh jadi hal yang diinginkannya atau hal yang dimintanya tersebut tidak didapatkannya.

Akan tetapi, di akhirat, di Surga, hanya sekedar keinginan yang terbesit dalam hati seseorang, ia menginginkan anu misalnya, niscaya hal tersebut bakal hadir di hadapannya. Begitu pula apa yang dimintanya, niscaya bakal hadir juga di hadapannya. Dan, akan datang juga kepada mereka apa yang terlintas dalam pikiran mereka, sebagaimana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ

“Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada Kami ada tambahannya.” (Qaaf: 35) .

Firman-Nya,

نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ

“Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyebutkan, ‘ampunan’ dan ‘rahmat’, karena mereka (orang-orang yang istiqomah di dunia) sampai kepada hal ini (dimasukkan ke dalam Surga dan menikmati segala kenikmatan yang ada di dalamnya) adalah karena ampunan dan rahmat-Nya. Karena dengan ampunan-Nya terhadap dosa-dosa (yang mereka lakukan ketika di dunia), mereka pun bersih darinya. Dan dengan rahmat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mereka menjadi orang yang layak masuk ke dalam Surga.

Faedah:

Di antara faedah yang dapat diambil dari ayat yang mulia ini adalah :

1. Bahwa sekedar keyakinan dalam hati tidaklah mencukupi sedikit pun hingga amal menyertainya. Berdasarkan firman Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka.”

 Apa yang dikatakan oleh banyak orang ‘Kita di atas akidah (keyakinan)’, ini benar dan tidak diragukan, dan mereka dipuji karenanya. Akan tetapi, haruslah dikatakan, ‘Kami berada di atas akidah (keyakinan) ini dan amal saleh. Karena, amal merupakan keharusan.

2. Dorongan untuk beristiqomah; istiqomah di atas agama Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى -, yaitu, tetap dan tegak berada di atasnya, tidak berubah.

3. Ayat ini, juga menetapkan adanya para malaikat. Berdasarkan firman-Nya,

تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ

“Maka malaikat akan turun kepada mereka.

4. Bahwa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengatur dan menundukkan para malaikat untuk bani Adam (manusia) di banyak tempat, seperti di dalam ayat ini, dan seperti dalam firman-Nya,

وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ . سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ

“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan), ‘Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.”  (Ar-Ra’d: 23-24).

Seperti juga Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengatur mereka duduk di pintu-pintu masjid pada hari Jumat mencatat orang-orang yang hadir pertama dan seterusnya. Dan di tempat-tempat lainnya, sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

5. Bahwa para malaikat yang turun kepada mereka (orang-orang yang beriman kemudian istiqomah) memberikan kabar gembira kepada mereka tiga hal; (1) bahwa tidak ada ketakutan pada mereka, (2) bahwa mereka tidak bersedih hati, dan (3) bahwa Surga itu adalah tempat tinggal mereka.

6. Bahwa kabar gembira tersebut benar-benar akan terwujud karena adanya penegasan terhadap hal tersebut. Hal ini diambil dari firman-Nya,

الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Yang telah dijanjikan kepadamu.

 Hal demikian itu karena mereka tahu bahwa janji Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- itu tidak akan dipungkiri. Sebagaimana ditegaskan-Nya di dalam firman-Nya,

وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ الْمِيعَادَ

“(Itulah) janji Allah. Allah tidak akan memungkiri janji(Nya).” (Az-Zumar: 20).

7. Bahwa para malaikat adalah wali (pelindung dan penjaga) bagi orang yang beriman dan istiqomah di kehidupan dunia dan di kehidupan akhirat.

Adapun di kehidupan dunia, mereka menjaga orang yang beriman kemudian istiqomah dari berbagai bentuk kemaksiatan dan ketergelinciran. Mendorong mereka untuk beramal saleh, membantu mereka untuk itu, dan mengokohkan mereka di atas hal tersebut.

Adapun di kehidupan akhirat, para malaikat menyambut mereka, begitu juga para malaikat masuk kepada mereka dari setiap pintu di dalam Surga. Dan, hal-hal lainnya yang Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- sebutkan.

8. Bahwa orang-orang beriman kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- kemudian istiqomah, meneguhkan pendirian mereka, mereka memperoleh apa yang diinginkan  dan apa yang diminta di dalam Surga. Dan, di dalam ayat lain, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-berfirman,

وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ

“Dan di dalam Surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata.” (Az-Zukhruf: 71).

9. Bahwa segala sesuatu yang seseorang pinta ada di dalam Surga. Berdasarkan firman-Nya,

وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ

“Dan memperoleh apa yang kamu minta.

Maka, segala sesuatu yang mereka (penduduk Surga) pinta ada di dalam Surga. Kita mohon kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- semoga menjadikan saya dan Anda sekalian termasuk penduduk Surga. Amin

10. Bahwa mereka (penduduk Surga) diberikan karunia ini di dalam Surga, hal tersebut merupakan bentuk penghormatan bagi mereka dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Berdasarkan firman-Nya,

نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ

“Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

11. Bahwa mereka (penduduk Surga) sampai kepada hal tersebut hanyalah karena ampunan dan rahmat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Kalaulah bukan karena itu, niscaya mereka tidak akan sampai kepada apa yang mereka telah sampai kepadanya. Oleh karena ini, Nabi -صَلَّى اللَّه ُعَلَيْهِ وَسَلَّم- mengabarkan dalam sabdanya,

فَإِنَّهُ لا يُدْخِلُ أَحَدًا الْجَنَّةَ عَمَلُهُ, قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: وَلا أَنَا، ‌إِلَّا ‌أَنْ ‌يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ

Sesungguhnya seseorang tidak akan masuk Surga karena amalannya. Para sahabat bertanya, ‘Begitu juga dengan Anda wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Begitu juga dengan aku, kecuali bila Allah melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadak.’” (HR. Al-Bukhari, no. 6467).

12. Ayat ini juga menetapkan dua nama di antara nama-nama Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, yaitu, اَلْغَفُوْرُ (Yang Maha Pengampun) dan اَلرَّحِيْمُ. (Maha Penyayang). Wallahu ‘Alam. (Redaksi)

Sumber:

Tafsir al-Qur’an al-Karim, Surat Fushshilat, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin-رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى, hal. 166-174. Dengan ringkasan.