Dunia ini diliputi oleh banyak perkara, di antaranya adalah apa yang diberitakan oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- di dalam kitabNya,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (al-Balad : 4).

Karena itu, maka kehidupan manusia tak lengang dari beragam kesusahan, kepayahan, dan perkara yang tidak disenanginya, yang mana dengan hal ini mereka menjadi ingat bahwa kehidupan dan keberadaan mereka di dunia tidaklah abadi dan bukanlah untuk menetap selama-lamanya.

Namun, dunia adalah ladang ujian dan cobaan. Di dalamnya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menguji dan memberikan cobaan kepada manusia yang berjalan di atas ketetapan dan takdir-takdirNya, berupa perkara-perkara yang disukai manusia dan perkara yang tidak disukai mereka. Kemudian setelah itu mereka diberikan balasan atas perbuatan-perbuatannya. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman di dalam kitabNya,

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan”. (al-Anbiya: 35).

Dan, sungguh seorang yang beriman itu dadanya akan terasa sempit karena sesuatu yang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- ujikan kepada mereka berupa takdir-tadir yang menyakitkan. Tak seorang pun yang akan bebas darinya. Semua orang akan mendapatkannya. Termasuk Nabi kita Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, imam orang-orang yang bertakwa, manusia yang paling agung kedudukannya di sisi Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman tentang keadaan beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- di dalam kitab-Nya,

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ

“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan.” (al-Hijr: 97).

Sungguh Kami mengetahui kesempitan dadamu, wahai Rasul, disebabkan apa yang diucapkan oleh orang-orang musyrik terhadapmu dan terhadap dakwahmu (at-Tafsir al-Muyassar, 4/372), apa yang mereka ucapkan kepadamu berupa pendustaan, olok-olokan, cemoohan dan ejekan (terhadapmu dan terhadap dakwahmu). (Tafsir as-Sa’diy, 1/435).

Maka, seseorang betapapun tinggi ketakwaannya, betapapun kuat imannya dan betapapun dekatnya ia dengan Dzat yang Maha penyayang, Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, boleh jadi dalam kehidupannya tertimpa oleh sesuatu yang diperjalankan oleh Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berupa ketetapan dan takdir-Nya yang bisa jadi menyebabkan sempit dadanya, namun bila kemudian ia menyikapinya dengan menjalankan ketaatan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan menghadapinya dengan apa yang Allah–سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- perintahkan, niscaya dengan itu ia akan keluar dari kesempitan menuju kepada kelapangan, keluar dari kesusahan menuju kepada kemudahan, keluar dari perkara yang dibenci menuju kepada perkara yang disukai.

Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah berfirman memberikan bimbingan kepada Nabi-Nya -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- terkait dengan kesempitan dadanya yang disebabkan karena apa yang ditemuinya dari para penentang dan orang-orang yang mendustakan ajakannya, orang-orang yang berusaha menggagalkan dakwahnya dan menolak apa yang dibawanya berupa kebenaran, petunjuk dan aturan Allah Rabb semesta alam. Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ . فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ . وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud, dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini.” (al-Hijr : 97-99).

Ini merupakan bimbingan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Dengannya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengarahkan seluruh manusia setiap kali terjadi peristiwa dalam kehidupannya yang menjadikan dadanya sempit, baik hal tersebut karena perkara agama, atau karena perkara yang bersifat duniawi agar mengambil ayat ini sebagai satu resep obat sempit dadanya.

Allah –سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membimbing NabiNya kepada sesuatu yang akan mengeluarkannya dari kesempitan dada kepada kelapangannya, mengeluarkannya dari kesedihan hati kepada kegembiraannya. Dan, oleh karenanya beliau -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- bergegas menuju kepada Rabbnya dalam setiap kali menghadapi peristiwa yang diujikan kepadanya atau dalam setiap perkara yang disaksikannya berupa peristiwa yang tidak disukai oleh tabiat jiwanya.

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ . فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ

“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu.”

Yakni, sibukkanlah dirimu dengan berdzikir mengingat Allah -عَزَّوَجَلَّ. Makna bertasbih di sini adalah mengingat-Nya, mengingat Allah -عَزَّوَجَلَّ- secara global, dan begitu pula maknanya adalah berdiri di hadapan Allah -عَزَّوَجَلَّ- untuk mengingat-Nya di dalam shalat.

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ

Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud,

Disebutkannya ungkapan sujud dalam shalat secara khusus karena kondisi tersebut merupakan kondisi seorang hamba yang paling dekat dengan Rabbnya. Sebagaimana sabda Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ

“Keadaan terdekat seorang hamba dari Rabbnya adalah saat ia tengah sujud, maka dari itu perbanyaklah oleh kalian doa.” (HR. Muslim).

Karena itu, keluarkanlah keluh kesahmu dan munajatmu serta hajatmu kepada Rabbmu di dalam shalatmu dan di dalam sujudmu, karena sesungguhnya ketika itu besar peluangnya apa yang kamu sampaikan itu diijabah oleh Allah -عَزَّ وَجَلَّ-, besar peluangnya doa yang kamu panjatkan kepadaNya kala itu akan diijabah oleh-Nya.

Kemudian, setelah itu janganlah keadaan yang boleh jadi menyempitkan dadamu itu menjadi sebab engkau enggan untuk bersemangat mentaati Allah -عَزَّ وَجَلَّ- dan menyibukkan diri dalam perkara yang dicintai dan diridhaiNya. Maka dari itu, wajib atas seorang hamba ketika banyak perkara menyempitkan dada dan tidak disukai menghampiri dirinya, hendaknya ia bersegera kembali kepada Allah -عَزَّ وَجَلَّ- dengan melakukan ibadah kepadaNya.

Allah Dzat yang Maha Agung dalam ketinggian-Nya berfirman,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini.”

Yakni, sembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu al-yaqin (yang diyakini). Al-Yaqin (yang diyakni) adalah al-maut (kematian). Kematian merupakan perkara yang diyakini yang pasti bakal terjadi, hal itu pastilah akan menghampiri setiap orang.

Dan, inilah perintah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- di dalam firman-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102).

 

Wahai hamba-hamba Allah! Bertakwalah kepada Allah!

Sesungguhnya bertakwa kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- merupakan sebab kemudahan. Dengannya seseorang bakal mendapatkan apa yang diharapkan dalam kehidupan di dunia dan di kehidupan akhirat, dalam urusan agamanya dan dalam urusan dunianya. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (ath-Thalaq : 4).

Karena itu, barangsiapa menginginkan kemudahan maka hendaknya ia melazimi takwa kepada Rabb semesta alam, Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Melazimi takwa kepada Allah dalam setiap keadaannya; dalam keadaan yang disukainya dan dalam keadaan yang tidak disukainya. Dalam keadaan sulit dan dalam keadaan mudah, serta dalam segala keadaan dan kondisi.

Maka, apabila seorang hamba mewujudkan hal itu niscaya ia memperoleh keuntungan berupa keluarnya dirinya dari perkara-perkara yang tidak disukainya dan ia pun mendapatkan hal yang dicintainya. Dan, di atas semua itu niscaya ia memperoleh pahala dan ganjaran dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (Neraka dan tidak pula) mereka berduka cita.” (Qs. Az-Zumar : 61).

 

Wahai hamba-hamba Allah!

Segeralah kembali kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dengan bertaubat dan beristighfar memohon ampun kepadaNya serta senantiasa bergantung kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dalam segala keadaan kalian, karena sesunggunya Dialah Dzat yang di tanganNya kunci-kunci pembuka kelapangan. Dialah Dzat yang memiliki kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dialah Dzat yang sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah!” maka terjadilah ia.

Karena itu, segeralah menuju kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- Rabb kita dalam menghadapi setiap hal yang tidak kita sukai, untuk menolak dan membentengi diri dari hal-hal yang tidak kita sukai. Segeralah pula menuju kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- Rabb kita untuk setiap hal yang kita sukai, untuk mencari dan mendapatkan hal-hal yang kita sukai. Dan, bergembiralah dengan pemberian Rabb kita Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- Dzat yang Maha Dermawan lagi Maha Kaya. MilikNya-lah segala apa yang ada di langit dan segala apa yang ada di bumi, kedua tanganNya terbuka, Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memberi sebagaimana yang Dia kehendaki. Wallahu A’lam.

 

(Redaksi)

 

Sumber :

Min ‘Ilaji Dhiqi ash-Shadri, Syaikh Prof. Dr. Khalid bin Abdullah al-Mushlih -حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى-. Dengan sedikit gubahan dan tambahan.