Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga tercurah atas baginda Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- penutup para nabi dan imam para rasul dan atas keluarganya serta para sahabatnya secara menyeluruh.

Saudara, saudariku,

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Wa ba’du,

Kerjasama antara orang-orang Nasrani dengan Yahudi dalam melawan kita, kaum Muslimin, adalah perkara yang mengherankan. Karena kalaupun ada kerjasama dari Nasrani dengan salah satu dari dua kelompok (Muslim dan Yahudi), harusnya orang-orang Nasrani justru bekerjasama dengan kita. Bukan saja karena kita adalah pemenang hak atas bumi yang penuh berkah; Palestina, Masjid al-Aqsha, tapi juga karena dari sisi religi kita beriman kepada Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- dan injil, sementara orang-orang Yahudi tidak menganggap Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- sebagai Nabi maupun rasul, dan tidak menganggap Injil sebagai Kitab Suci. Jika Nasrani berada di antara dua kelompok yang saling berlawanan, yaitu, Yahudi dan Muslim, dengan dasar logika keadilan harusnya mereka berdiri di sisi kita. Dengan dasar kecenderungan kepada tanah suci mereka juga seharusnya Nasrani berdiri bersama kita.

Akan tetapi tampak bahwa kepentingan politik telah melupakan orang-orang Nasrani terhadap agama mereka di Amerika, Inggris dan Prancis.

Bagi saya, ini seperti pembukaan untuk pembahasan tentang Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- di dalam Kitabullah, dan pembahasan ini saya harapkan diletakkan oleh orang-orang Nasrani di salah satu timbangan, sementara di sisi timbangan lainnya ada pembahasan tentang perlakuan Yahudi terhadap Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ-.

Sebenarnya Nasrani adalah saudara kita dalam kemanusiaan. Mungkin ikatan ini telah terputus karena kerancuan akidah dari sisi mereka. Sementara dari sisi kita, kita beriman kepada Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- dan Injil sebagaimana telah kita sebutkan. Saya katakan, ini bukanlah upaya untuk mendekatkan diri kepada seseorang, akan tetapi ini adalah bentuk kepatuhan kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– dan upaya untuk lebih memahami makna keimanan, karena dengan nikmat dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– kita tidak membedakan salah satu dari para rasul Allah, sebagaimana diajarkan oleh al-Qur’an.

Al-Qur’an membahas tentang Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- dan menerangkan kepada kita bahwa ia diciptakan dari seorang ibu tanpa ayah agar pandangan logis kita menjadi sempurna. Adam -عَلَيْهِ السَّلَامُ- diciptakan tanpa ayah dan Ibu, dan dia adalah tiupan ruh dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Tidak ada seorang pun yang mengatakan Adam -عَلَيْهِ السَّلَامُ- sebagai Tuhan atas dasar bahwa dia dari ruh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah berfirman kepada malaikat-Nya,

إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaaan)Ku; maka hendaklah kalian tersungkur dengan sujud kepadanya.” (Shad: 71-72)

Hawa adalah seorang wanita yang diciptakan dari seorang lelaki, yaitu Adam -عَلَيْهِ السَّلَامُ-, tanpa mempunyai seorang ibu. Tinggalah sekarang Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menciptakan seorang lelaki dari seorang wanita, tanpa mempunyai ayah, dan menciptakan manusia dari proses pernikahan antara lelaki dan wanita. Pembagian yang masuk akal ini tidak mengharuskan adanya jenis kelima. Yang ada pada kita sekarang adalah manusia tanpa mempunyai ayah dan ibu, wanita dari seorang lelaki tanpa ibu, lelaki dari seorang ibu tanpa mempunyai ayah, dan manusia hasil dari pernikahan antara lelaki dan perempuan.

Kemudian kehendak ilahi yang tinggi ikut serta dalam memilih satu dari berbagai macam penciptakan keturunan ini, yang memperjelas kepada kita bahwa itu semua mungkin terjadi, agar Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadikan pilihanNya sebagai sunnah dalam kehidupan ini.

Kemudian al-Qur’an membahas tentang Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- dengan logika yang jelas,

 إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Sesungguhnya permisalan (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah” (seorang manusia) maka jadilah ia.” (Ali Imran: 59)

Atas dasar ini kita lihat bahwa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah memuliakan Isa-عَلَيْهِ السَّلَامُ- dan ibunya dengan kemuliaan yang sangat besar. Allah -سُبْحَانَه وَتَعَالَى- bersaksi untuk Maryam bahwa dia adalah wanita yang dimuliakan.

كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Setiap kali Zakariya masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab.” (Ali Imran: 37)

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah bersaksi untuk Maryam, bahkan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى– lah yang membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadikannya dalam pengasuhan seorang Nabi yang mulia, yaitu, Zakaria-عَلَيْهِ السَّلَامُ-, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membicarakannya saat ia masih berupa janin, dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membicarakannya saat ia dilahirkan. Saat masih bayi, ibunya berkata,

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang ada dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Ali Imran: 35)

Dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membicarakannya sesaat setelah dilahirkan,

فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu ; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.” (Ali Imran: 36)

Dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membicarakannya sebagaimana kami sebutkan sebelumnya, saat ia masih masih dalam masa pertumbuhan di tangan Zakaria -عَلَيْهِ السَّلَامُ-. Dan Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membicarakannya melalui malaikat yang menyerunya,

وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas seluruh wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (Ali Imran: 42)

Dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga membicarakannya saat ia mendapat kabar gembira,

إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ . وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ الصَّالِحِينَ

“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia  berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. (Ali Imran: 45-46)

Sampai akhir dari ayat-ayat bayyinat ini. Maka  bagi kita, Maryam adalah wanita yang dimuliakan, namun bagi orang Yahudi, Maryam sama sekali tidak menikmati kemuliaan ini. Bahkan mereka telah menuduh Maryam dengan tuduhan  yang keji, berzina. Setiap tuduhan yang ditujukan oleh Yahudi kepada Maryam adalah celaan terhadap kemuliaan Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ-. Adapun bagi kita wahai orang-orang Muslim, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menciptakan Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- dengan cara sedemikian ini, karena dua hal; agar menjadi bukti bagi manusia. Bukti yang nyata bagi manusia bahwa Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- kuasa untuk menciptakan sesuatu dengan sebab-sebab yang biasa, atau tanpa sebab-sebab seperti biasa. Ini satu sisi. Sisi kedua, agar menjadi rahmat dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- bagi orang-orang yang mengimani seruannya sebagai Nabi. Setiap Nabi adalah rahmat bagi orang yang beriman kepadanya.

Pada hakekatnya kerasulannya, Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- adalah utusan dari sisi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- untuk membawa risalah tertentu, bukan kepada manusia semuanya, tapi hanya kepada Bani Israil saja. Itulah yang dikatakannya sendiri, “Aku diutus kepada kelompok Bani Israil yang tersesat.” Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman dalam surat Ali Imran,

 قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ . وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ . وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ . وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ . إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيم

Dia (Maryam) berkata, Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku? Dia (Allah) berfirman, Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu.

Dan Dia (Allah) mengajarkan kepadanya (Isa) Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.

Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata), “Aku telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku  beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman.

Dan sebagai seorang yang membenarkan Taurat datang sebelumku, dan agar aku menghalalkan bagi kamu sebagian dari yang telah diharamkan untukmu. Dan aku datang kepadamu membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus. (Ali Imran: 47-51)

Tapi apa sikap Bani Israil terhadap Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ-?

Sikap mereka sungguh mengherankan. Meski dengan adanya berbagai mukjizat ini, mereka tetap mendustakannya.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ. رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para Hawariyyin (sahabat setia) menjawab, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami telah mengikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaaan Allah) (Ali Imran: 52-53)

Mereka membuat tipu daya terhadapnya (Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ-). Allah -سُبْحَانه وَتَعَالَى- telah menceritakan tentang mereka dalam firman-Nya,

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Ali Imran: 54)

Beginilah sikap Bani Israil terhadap Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ-. Menuduhnya bahwa ia adalah seorang penyihir sebagaimana disebutkan dalam surat ash-Shaff,

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang  nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (Ash-Shaff: 6)

Inilah pula sikap mereka terhadap Musa Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ-, dan inilah pula sikap mereka terhadap penutup para Nabi, (yaitu, Nabi kita Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-),

فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ . وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ . يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.’ Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengadakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahayaNya meskipun orang-orang kafir benci.” (Ash-Shaff: 6-8)

Yang ingin saya sampaikan dari uraian di atas, bahwa kita beriman kepada kitab yang menjelaskan berbagai warna kemuliaan kepada Maryam dan Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ-, sementara Yahudi berdiri pada posisi yang berlawanan dengan itu semua, baik terhadap Maryam maupun terhadap Isa -عَلَيْهِ السَّلَامُ-. Semua sikap  mereka kurang ajar, semua sikap mereka jahat dan ingkar dengan pengingkaran yang nyata.

Maka seharusnya orang-orang Nasrani bersikap sesuai dengan kenyataan ini. Seharusnya –berdasarkan logika akal-orang-orang Nasrani berdiri bersama dengan orang-orang Arab Palestina. Akan tetapi sungguh mengherankan bahwa negara-negara Nasrani mengingkari akidah mereka sendiri, mengingkari logika akal, justru mengambil posisi sedemikian rupa, dengan menggunakan hak veto untuk membela yang zhalim, untuk membela kesesatan dan membela permusuhan. Kita akan selalu melihat hal ini dengan kekuatan cahaya kebenaran dan sinar keadilan atas sikap ini, hingga Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- membuka hati untuk bisa memahami logika yang lurus ini.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(Redaksi)

Sumber:

Al-Yahud Fi al-Qur’an al-Karim, hal. 232-241.