Dusta, khianat, fujur, ingkar janji, malas dalam beribadah, riya’ dan sum’ah, sedikit sekali berzikir (mengingat Allah)itulah beberapa tanda kemunafikan yang telah disebutkan dan dijelaskan dalam dua tulisan sebelumnya. Semoga saya dan Anda selamat darinya. Adapun dalam tulisan ini, akan disebutkan dan dijelaskan pula tanda-tanda kemunafikan yang lainnya lagi, yaitu,

Tanda Ke-8: Mematuk dalam Shalat 

Mematuk saat mengerjakan shalat adalah tanda kemunafikan. Sungguh telah jelas dalilnya berdasarkan sebuah hadis yang shahih, “Orang munafik itu mematuk sebanyak empat rakaat.”

Makna mematuk dalam shalat yakni bercepat-cepat, tidak khusyu’, tidak berlama-lama, tidak menghayati, hatinya hanya sedikit saja dalam mengingat Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, hatinya lalai, tidak menghadirkan keagungan, kehebatan, dan kedudukan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Ini semua merupakan tanda kemunafikan.

Ibdul Qayyim -رَحِمَهُ اللهُ- berkata dalam kitab Madarij As-Saikin, “Seorang mengerjakan shalat di samping saudaranya dalam satu shaf (barisan) di belakang imam yang sama, namun shalat di antara keduanya amat jauh berbeda, bagaikan jauhnya antara langit dan bumi, sebab hati orang yang pertama terdapat keikhlasan cinta, rindu, merasa diawasi oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dan rasa takut kepada-Nya. Sedangkan hati orang yang kedua penuh dengan kelalaian, jauh dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dan kematian. Kita berlindung kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dari perkara semacam itu.”

Demi Allah, hendaknya kalian memperhatikan kekhusyuan dalam shalat. Firman Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ . الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (al-Mukminun: 1-2)

Tanda Ke-9: Melecehkan Orang yang Taat kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan Rasul-Nya صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Tanda kemunafikan kesembilan yaitu melecehkan orang yang taat kepada perintah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan Rasul-Nya -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, yakni kalangan Mukminin (orang-orang yang beriman) dan Shalihin (orang-orang yang Shaleh). Mereka melecehkan harga diri dan tidak menjaga lisannya dari mencemarkan nama orang-orang shalih, misalnya orang yang taat kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- dan Rasul-Nya -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- semisal orang yang bersedekah lantaran taat kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, orang yang berjihad di jalan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, dan sebagainya.

Engkau akan melihat orang-orang munafik dalam berbagai forum, mereka tidak mempunyai tema pembahasan lain selain memfitnah orang-orang yang saleh. Mereka menuduh orang yang berpegang teguh kepada Islam sebagai orang yang ekstrim. Mereka tidak menjadikan orang-orang Yahudi, Nasrani, dan komunis sebagai bahan obrolan dan cercaan mereka, tidak pula kalangan zindiq. Namun yang menjadi pokok bahasan dan buah bibir mereka setiap pagi dan sore tiada lain adalah orang-orang saleh. Para wali Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjadi sasaran pelecehan dalam majelis-majelis mereka dan mereka nampak bersungguh-sungguh dalam melakukannya.

Saudaraku sekalian, hendaknya seorang yang beriman selalu berhati-hati. Karena di antara tanda kemunafikan adalah merendahkan, menguntit di belakang punggung, dan mengolok-olok orang-orang shalih. Yakni para ulama, dai, pencari ilmu, santri, dan para ahli ibadah yang istiqamah.

Tanda Ke-10: Mengolok-olok dan Melecehkan

Tanda kemunafikan kesepuluh adalah menginjak-injak dan melecehkan al-Qur’an, As-Sunnah dan Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ . لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ

Katakanlah, Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (at-Taubah: 65-66)

Sungguh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menurunkan ayat tersebut terkait kaum munafikin yang mereka mengerjakan shalat, berpuasa, berjihad, dan hidup bersama Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, hanya saja salah seorang di antara mereka berkata, “Kami tidak mendapatkan manusia yang semacam dengan para qurra (para pembaca al-Qur’an) kita ini (yakni, para sahabat), mereka itu orang yang perutnya paling buncit dan paling pengecut di medan perang.” Maka Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- pun menetapkan kekafiran mereka di dalam ayat ini. Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga menyingkap kebencian mereka kepada Rasul dan para sahabat dan membongkar kedok mereka di hadapan manusia.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ berapa banyak istana yang dibangun untuk Islam telah mereka lenyapkan? Berapa banyak benteng kaum Muslimin yang telah mereka hancurkan?  Berapa banyak rumah-rumah kaum Muslimin yang telah mereka robohkan? Dan berapa banyak rumah dan negeri yang telah mereka hancur-leburkan? Sungguh, balasan mereka adalah Neraka Jahannam, seburuk-buruk tempat kembali.

Al-Istihza atau memperolok itu bisa berupa pelecehan dan cemoohan kepada sunnah Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, misalnya memperolok pakaian, siwak, jenggot, cara duduk, penampilan, cara berbicara, dan semisalnya. Hukum orang yang  memperolok sunnah ini secara sengaja hukumannya adalah kafir.

Tanda Ke-11: Gemar Melakukan Sumpah dalam Rangka Melindungi Diri

Tanda kemunafikan kesebelas yaitu bersumpah dalam rangka untuk melindungi diri, berpura-pura, dan menyembunyikan kemunafikan. Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan.” (al-Mujadilah: 16)

Maknanya: mereka menjadikan sumpah-sumpah tersebut sebagai tameng perlindungan bagi diri mereka. Jika engkau bertanya kepadanya dia akan mudah mengucapkan sumpah, karena sesuatu yang paling mudah bagi mereka adalah bersumpah. Padahal ia berbohong dalam sumpahnya itu. Dia akan senantiasa bersumpah, “Demi Allah aku akan melakukan ini …” “Demi Allah aku akan melakukan itu…Demi Allah aku tidak menginginkan hal itu.”

Dia gemar menggunjing orang lain, namun ketika orang yang digunjing tahu bahwa dia telah menjadi sasaran gunjingan, atau orang yang digunjing datang kepadanya, maka dia akan berdalih, “Demi Allah, aku tidak mengatakan sepatah kata pun tentang dirimu.” “Demi Allah sesungguhnya engkau adalah manusia yang paling kucintai di antara manusia-manusia lainnya.” “Demi Allah engkau adalah sahabatku.” Padahal ucapannya itu bohong belaka.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً

“Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai.” (al-Mujadilah: 16)

Maka di antara tanda orang munafik adalah yang paling banyak melakukan sumpah dusta.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman, (melarang Rasul-Nya mengikuti orang yang banyak bersumpah)

وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. (al-Qalam: 10)

حَلَّافٍ artinya: orang yang banyak bersumpah, merupakan sighah mubalaghah dengan wazan فَعَّال yakni banyak dan terus-menerus bersumpah.

Tanda Ke-12: Merasa Berat dan Terpaksa Saat Berinfak

Tanda kemunafikan kedua belas adalah berinfak dengan rasa terpaksa. [Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ

“Dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah karena  mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan shalat melainkan dengan rasa enggan (terpaksa).” (at-Taubah: 54)]

Dia nampak berinfak, bersedekah, bahkan terkadang membangun masjid, dan memberi kepada orang lain, namun dengan niat pamer atau pun sum’ah. Dia berinfak namun sangat benci melakukannya. Sejatinya dia berinfak untuk misi pribadinya sendiri. Sungguh, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- Maha Mengetahui akan hal itu. Boleh jadi dia melakukannya demi popularitas, atau untuk mengelabui manusia, atau untuk menarik perhatian orang lain. Ya, dia melakukannya dengan terpaksa, sedangkan hatinya tak ada keinginan untuk berinfak sama sekali.

Beda halnya dengan seorang Muslim. Ketika berinfak, hatinya merasa lapang dan bahagia. Dia memuji Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- karena telah memudahkannya dalam melakukan kebaikan dalam keadaan apa pun. Dia memuji Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- atas apa yang diperolehnya. Ini adalah tanda-tanda seorang Mukmin.

Wahai saudaraku, hendaklah setiap muslim selalu mengevaluasi penghasilannya, dari mana dan kemana akan dia nafkahkan. Jika ia akan menginfakkannya dengan tujuan riya’ atau hatinya merasa benci, maka hendaklah dia mengurungkan niatnya untuk berinfak. Janganlah membuang-buang hartanya dengan menginfakkannya kemudian pada hari Kiamat dia menjadi orang yang paling celaka dan menyesal.

Tanda Ke-13: Melakukan Takhdzil (Meremehkan, Menakut-nakuti, dan Menelantarkan Kaum Muslimin Lalu Mengunggulkan Orang Kafir) Tanda kemunafikan ketiga belas adalah suka melakukan takhdzil di tengah-tengah barisan kaum Muslimin. Mereka senantiasa menyebarkan rasa pesimis, mereka berkata, “Orang kafir itu jauh lebih kuat daripada kaum muslimin, lihat mereka memiliki materi dan kekuatan yang hanya diketahui oleh Allah.” Lihatlah, apakah bisa kaum Muslimin mengalahkan Amerika? [Apakah bisa pula kaum muslimin mengalahkan Israel, Yahudi (kaum yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman), dalam peperangan yang kini (Oktober, 2023) tengah terjadi (dan entah sampai kapan selesainya)  di Palestina sana?]. [Mereka, orang-orang kafir itu, memiliki persenjataan yang luar biasa, jauh lebih hebat daripada persenjataan yang dimiliki kaum Muslimin dan jumlah pasukan mereka pun jauh lebih banyak. Ditambah lagi mereka pun didukung oleh sekutu-sekutunya dari negara-negara lain yang juga tak kalah besar kekuatan persenjataannya]. Sedangkan kita kaum Muslimin ini tengah mengalami kehancuran, kelemahan, dan kemiskinan yang terus menerus.”

Anda akan mendapati kaum Munafik ini tercuci otaknya dan perilakunya menjadi gambaran atau cerminan bagi orang-orang kafir dan penjajah asing. Padahal mereka adalah anak-anak kita, namun ironisnya mereka selalu mengagungkan kebesaran Amerika [dan Israel, Yahudi], entah kekuatannya, roket-roketnya, pesawat-pesawat terbangnya, dan terus menerus menyebutkan kelemahan dan kemiskinan kita. Hal itu karena dia tidak merasa mulia dan kuat dengan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. [Padahal, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah berfirman],

إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ

“Jika Allah menolong kalian, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kalian…” (Ali Imran: 160)

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga berfirman,

وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

“Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali Imran: 126)

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- juga berfirman,

مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (al-Ankabut: 41)

Akan tetapi dia tidak merasa, dia tidak mengetahui bahwasanya kemuliaan dan kemenangan itu adalah dari sisi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-. Dia terus-menurus melakukan aksi takhdzil, yakni menakut-nakuti dan melemahkan kaum Muslimin.

Ketika Anda menyebut-nyebut perihal jihad di Afghan [atau jihad di Palestina –misalnya-saat ini, Oktober 2023 M], ia berkata, “Tidak, Rusia [atau Israel] tidak akan membiarkan para Mujahidin, mereka pasti akan mengalahkan Mujahidin karena Rusia [atau karena Israel] memiliki kekuatan yang dahsyat.” Mereka ingin menggembosi dan melemahkan para pemuda agar meninggalkan jihad. Dia berkata lagi, “Menurut saya, Rusia [atau Israel] tidak akan pergi dan Mujahidin bakal terkalahkan.”

Dia juga muncul di tengah berbagai muhadharah untuk melakukan penggembosan, dia berkata, “Muhadharah ini tidak ada manfaatnya.”

Salah seorang di antara mereka ada yang berkata, “Apa gunanya kalian menghadiri kajian para syaikh dan para pencari Ilmu yang hanya bisa terus-menerus berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah, Bertakwalah kepada Allah…”

Aneh, adakah ucapan yang lebih baik daripada ucapan, “Bertakwalah kepada Allah?”

Adakah ucapan yang lebih cerdas dan lebih utama darinya ?

Demi Allah, tidak ada!!! Sesungguhnya orang itu hanyalah ingin melakukan penggembosan dan pelemahan.

Dia juga berkata kepada para sahabatnya, “Janganlah kalian menghadiri pelajaran itu, karena pelajaran itu selalu diulang-ulang, lebih baik kamu tetap tinggal di rumahmu. Jangan membuang waktu untuk sesuatu yang dapat kita pelajari sendiri dari buku-buku.”

Ini juga merupakan suatu bentuk penggembosan. Inilah salah satu tanda kemunafikan.

Wallahu A’lam

(Redaksi)

 

Sumber :

Tsalatsuuna ‘Alaamatan li Al-Munaafiqiin, Syaikh Aidh Al-Qarny-حَفِظَهُ اللهُ. Dengan gubahan