Kata Mutiara dari Ulama Salaf

Sungguh mengerankan, bahwasanya manusia begitu mudah memelihara dan menjaga diri dari makan haram, berbuat zhalim, zina, mencuri, minum khamar, melihat hal-hal yang haram, dan lainya, namun ia kesulitan memelihara gerakan lisannya. Berapa banyak orang yang bisa memelihara diri dari dosa dan zalim, namun lisannya mengembara membicarakan aib orang baik yang masih hidup maupun yang telah mati tanpa memperdulikan apa yang ia ucapkan.

Berkata Wahab: Aku bernadzar, jika aku melakukan Ghibah terhadap orang lain aku akan berpuasa sehari. Suatu ketika aku melakukan ghibah, kemudian aku berpuasa satu hari, kemudian aku lalu berniat bahwa jika melakukan ghibah akan bersedekah dengan satu dirham, sehingga karena cinta terhadap dirham saya pada akhirnya meninggalkan ghibah.

Sufyan Ibnul Hushain berkata: “Aku pernah duduk disisi Iyas bin Muawiyah, maka lewatlah seorang laki-laki, kemudian saya mengomentarinya maka dia berkata: “Diamlah kamu!” Kemudian Sufyan berkata kepadaku: “Apa jemaah memerangi romawi?” Saya menjawab: “Tidak” Dia berkata lagi: “Apakah kamu pernah memerangi Turki?” Saya menjawab: “Tidak” Dia menjawab: “Romawi dan Turki selamat dari gangguanmu sedang saudaramu tidak selamat.” Sufyan berkata: “Setelah itu saya tidak pernah mengulangi hal itu.”

Berkata Yahya bin Mu’adz, ”Hendaknya setiap mukmin memperoleh tiga macam perlakuan darimu; Jika kamu tidak dapat memberi manfaat sesuatu maka jangan membahayakannya, jika kamu tidak bisa membahagiakannya maka jangan membuatnya sedih, dan jika kamu tidak memujinya maka jangan kau cela dia.”

Seseorang melakukan ghibah di hadapan Ma’ruf al-Karkhi, maka ia pun berkata, ”Ingatlah saat kapas dimasukkan ke dalam dua matamu.”

Dikatakan kepada Rabi’ bin Khutsaim, ”Kami tidak pernah melihat engkau membicarakan aib orang.” Maka dia mengatakan, ”Aku sendiri masih belum rela terhadap diriku, maka bagaimana mungkin aku menghabiskan waktu untuk mencela manusia.”

Dikatakan kepada al-Hasan radhiyallahu ‘anhu, ”Sesungguhnya si fulan telah menggunjing Anda” Maka al- Hasan menghadiahkan kepada orang tersebut semangkuk buah kurma. Maka orang tersebut mendatanginya dan bertanya, ”Aku telah menggunjing Anda, namun Anda malah memberi saya hadiah?” Maka berkata al-Hasan, ”Engkau telah meberikan kepadaku pahala kebaikan (dengan gunjingan tersebut) maka aku ingin membalas kebaikanmu itu.”

Ibnul Mubarak berkata, ”Andaikan aku menggunjing orang maka tentu aku akan menggunjing kedua orang tuaku, sebab merekalah yang lebih berhak mendapatkan kebaikan dariku.”

Asyhab bin Abdul Aziz menulis surat kepada seorang laki-laki yang menggunjingnya, bunyinya sebagai berikut, ”Amma ba’du, sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku dari menulis surat ini kecuali karena aku tidak suka untuk menolong anda dalam kemaksiatan kepada Allah, dan perlu anda ketahui bahwa saya memanen kebaikan Anda sebagaimana domba memakan rumput yang hijau, wassalam.”

Wahai saudaraku,
Orang yang berghibah telah memberikan kebaikannya kepadamu
Dan ia memberimu pahala puasa dan shalatnya
Serta ia membawa dosamu

Abu Bakar bin Abdur Rahman berkata, ”Janganlah orang lain menyerukanmu dari aib kamu, karena masalahnya berhubungan denganmu bukan dengan mereka dan janganlah siang harimu dihabiskan dengan komunitas ini dan itu. Karena apa yang engkau ucapkan ada pertanggungjawabannya.”