SKENARIO BAGAIMANA KERANJINGAN TERHADAP KUBURAN TERJADI PADA SESEORANG

Wahai kaum Muslimin! Cobalah kalian merenungi bagaimana skenario yang dibuat sehingga seseorang keranjingan terhadap kuburan berikut ini:

  • Skenario pertama dimulai dengan mengagumi keshalihan dan ketaatan seseorang kemudian menjadi suatu keyakinan akan agung dan dekatnya kedudukan di sisi Allah.

  • Kemudian hal itu dilanjutkan dengan mengunjungi kuburannya tetapi bukan dalam rangka mengingat akhirat dan menjadi i’tibar/pelajaran tetapi merupakan suatu keyakinan akan keberkahan si penghuni kuburan dan tempatnya.

  • Ketika itu baru timbul di hati orang-orang awam dan semi awam untuk berdoa kepada Allah di sisi kuburannya dengan harapan doa tersebut dikabulkan di tempat itu.

  • Setelah itu, secara bertahap timbul keyakinan bahwa tempat tersebut sangat berkah sehingga mereka mengusap-usap dan menciuminya.

  • Kemudian dari hanya sekedar berdoa kepada Allah di sisi kuburan tersebut menjadi berdoa kepada Allah dengan perantaraan keberkahan tempat tersebut, begitu juga untuk bersumpah sehingga jadilah tempat tersebut sebagai wasilah dan perantara dalam meminta syafa’at kepada Allah dengan alasan tempat tersebut suci, mulia dan muqarrab (memiliki kedekatan dengan-Nya), dan akhirnya dianggap memiliki kedudukan tersendiri di sisi Allah.

  • Setelah itu, keyakinan seperti ini meningkat menjadi lebih besar lagi; (mereka mengatakan) selama tempat ini mulia dan memiliki kedudukan khusus di sisi Allah, maka tentunya tidak mustahil bila Allah memberikannya kekuatan ghaib untuk mengatur sebagian urusan dan kondisi alam semesta. Karena itu, kemudian (orang yang ber-keyakinan demikian) meminta, berharap, takut, minta pertolongan dan bantuan kepadanya.

  • Akhirnya berubahlah keyakinan untuk menjadikan kuburan si fulan tersebut sebagai pemilik rahasia yang membuat jiwa dan hati takut kepadanya serta membuat akal oleng dan berdecak kagum, lantas dijadikanlah sebagai tempat tujuan beri’tikaf, berkeliling di sekitarnya, lentera-lentera dinyalakan, tirai-tirai dipasang, masjid dibangun di atasnya, diciumi dan diusap-usap, disembelih persembahan di sisinya serta diadakan hari jadi buatnya sebagai suatu acara ritual (haul).