Ibnul Jauzi Rahimahullah berkata,
اللَّيَالِيُ وَالْأَيَّامُ الْفَاضِلَةُ لَا يَصْلُحُ أَنْ يَغْفِلَ عَنْهَا لِأَنَّهُ إِذَا غَفِلَ التَّاجِرُ عَنْ مَوْسِمِ الرِّبْحِ فَمَتَى يَرْبَحُ؟
“Malam-malam dan hari-hari yang penuh keutamaan itu tidak selayaknya dilalaikan. Karena jika seorang pedagang melalaikan saat-saat musim panen (untung), maka kapan lagi dia akan mendapatkan keuntungan?”
(Minhajul Qashidin, Ibnul Jauzi, 1/343)
Inilah Ramadhan, musim dimana pahala puasa tidak terbatas, hari-hari berpuasa dibentangkan sebagai waktu yang mustajab untuk berdoa, disediakan satu malam di antara malam-malamnya sebagai lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan, shalat tarawihnya menjadi penghapus dosa, sedekah yang mengiringi hari-hari Ramadhan lebih utama dibanding di hari yang lain, dan masih banyak lagi keuntungan yang bisa diraih pada musim ini.
Bahkan di sepuluh hari terakhirnya Nabi semakin bersemangat untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar. Karena waktu malamnya menjadi malam-malam terbaik di antara malam-malam yang terbentang sepanjang tahun.
Nabi tidak mau sendirian, beliau pun mengajak keluarganya untuk sama-sama mendapatkan keuntungan yang luar biasa sebelum musim panen ini berlalu.
Kapan musim ini kembali tiba? Setahun kemudian. Tapi tidak ada jaminan kita masih bersua dan menikmati musim panen ini di tahun mendatang.
Karena itu, manfaatkan sebaik-baiknya sisa waktu yang ada sebelum musim ini berakhir. Semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kita selalu istiqamah di atas iman dan Islam. Aamiin