Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga tercurah atas baginda Muhammad -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, penutup para Nabi dan imam para Rasul dan atas keluarganya serta para sahabatnya secara menyeluruh.

Saudara, saudariku,

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Wa ba’du,

Surat al-Isra telah menceritakan tentang kemukjizatan peristiwa Isra’, di mana Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.“ (al-Isra: 1)

Di antara tujuan mukjizat yang berkah ini, adalah menghubungkan antara Masjidil Haram dengan Masjidil Aqsha dengan sebuah ikatan yang mampu menggerakan akidah di hati setiap orang yang beriman. Orang-orang Arab masuk dalam perhatian orang-orang yang beriman, karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas, dan karena mereka adalah suku dari umat Islam yang secara geografis paling dekat ke Masjid al-Aqsha. Yang mengherankan, setelah Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menyebutkan peristiwa Isra’ di dalam satu ayat, kemudian dilanjutkan langsung dengan firman-Nya,

وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلَّا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلًا

“Dan Kami  berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), “Janganlah kalian mengambil penolong selain Aku.” (al-Isra: 2)

Itu untuk menjelaskan bahwa tindakan merusak mereka terjadi setelah diturunkannya Taurat, setelah diutusnya Musa -عَلَيْهِ السَّلَامُ- kepada mereka, dan setelah mereka mendapat petunjuk secara menyeluruh. Jadi, mereka melakukan perusakan tanpa ada alasan.

وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلَّا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلًا . ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا

“Dan Kami  berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), “Janganlah kalian mengambil penolong selain Aku.” (Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (al-Isra: 2-3)

Meski demikian Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengabarkan kepada mereka dalam kitab mereka bahwa mereka akan melakukan dua kali perusakan yang besar di bumi ini. Tapi bukan bermaksud untuk pembatasan jumlah, karena apabila yang dimaksud adalah pembatasan jumlah, tentulah dikatakan kepada mereka, “Sungguh kalian tidak melakukan perusakan di bumi kecuali hanya dua kali.” Nyatanya tidak demikian, tapi dikatakan kepada mereka,

وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا

“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, ‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.’“ (al-Isra: 4)

Untuk lebih memahamkan ini kepada kalian, wahai saudara dan saudariku yang mendengar pembahasan ini, misalnya saya katakan, “Kamu saya undang untuk makan di rumah dua kali.” Ini tidak menutup kemungkinan untuk adanya undangan yang ketiga, keempat dan seterusnya. Misalnya saya katakan, “Saya akan mengunjungi kalian dua kali,” ini tidak menutup kemungkinan saya akan mengunjungi kalian untuk kali yang ketiga, keempat dan seterusnya. Jadi, maksud ungkapan di sini bukan untuk batasan jumlah.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- mengkhususkan menyebut dua kali perusakan (kejahatan) dalam surat ini dari berbagai macam perusakan yang dilakukan oleh Bani Israil, dan dari pembahasan sebelumnya kita tahu bagaimana mereka melakukan kejahatan terhadap Rasulullah -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-, terhadap ayah mereka Nabi Ya’qub -عَلَيْهِ السَّلَامُ-, dan terhadap Yusuf -عَلَيْهِ السَّلَامُ-. Kita telah tahu semua itu.

Dan inilah dua kejahatan mereka yang merupakan bagian dari rantai panjang kejahatan mereka yang telah melewati berbagai masa dan generasi.

وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا

“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, ‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.’“ (al-Isra : 4)

Yang lebih aneh lagi, ternyata mereka juga pernah merasakan berbagai kejahatan dan penindasan oleh tangan Fir’aun, namun pengalaman mereka yang berkali-kali ini tidak menjadikan mereka berhenti berbuat kerusakan dan penindasan di saat mereka mempunyai kesempatan.

Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- berfirman,

إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ

“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi” (al-Qashash : 4)

Ini adalah penindasan.

وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِي

“Dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (al-Qashash: 4)

Dan inilah perbuatan perusakan itu.

Mereka telah merasakan kejahatan berkali-kali dalam penindasan Fir’aun dan merasakan kejahatan berkali-kali dalam perusakan yang dilakukan Fir’aun. Tapi mereka tidak belajar dari sejarah dan tidak mengambil pelajaran. Karena itulah Dzat Yang Maha Mengetahui yang ghaib mengabarkan bahwa mereka akan melakukan kejahatan dan penindasan.

لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا

“Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. “ (al-Isra: 4)

Dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tidak akan membiarkan bumi ini untuk orang-orang yang berbuat kerusakan dan kesombongan. Karena itu Dia -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- memperingatkan mereka bahwa apabila datang saat hukuman bagi kedua kejahatan itu, akan datang hamba-hamba Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- yang akan menguasai mereka. Maksud dari kalimat ‘hamba-hamba’ ini bukan hanya berarti hamba-hamba yang shalih saja, karena Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menggunakan kalimat ‘hamba-hamba’ kadang untuk hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih, kadang untuk hamba-hamba yang kafir. Firman-Nya,

يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

“Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-oloknya.” (Yasin: 30)

Karena itulah, kehancuran Bani Israil yang pertama terjadi oleh tangan Nebukadnezar. Orang-orang Majusilah yang memberi pelajaran kepada mereka dan menghancurkan mereka. Inilah maksud firman Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا

“Maka  apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung.” (al-Isra: 5)

Mereka berjalan di jalan-jalan kalian, di antara rumah-rumah kalian, tidak peduli dengan penderitaan kalian dan tidak takut dengan kekuasaan kalian.

وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا

“Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.” (al-Isra: 5)

Akan tetapi kalian wahai Bani Israil pasti akan menyesali kejahatan dan penindasan yang kalian lakukan, kemudian kalian mulai mencari cara agar kembali mendapat keteguhan kedudukan, dan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjanjikan keteguhan bagi mereka yang telah menyempurnakan syarat-syaratnya. Yaitu yang terlingkup dalam firman Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (an-Nur: 55)

Ahli iman, ahli amal shalih, ahli ibadah yang ikhlash, mereka itulah yang diberi janji akan mendapatkan keteguhan kedudukan dan menikmati keteguhan kedudukan dari Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- bagi mereka di dunia, dan mereka mendapatkan pajak atas keteguhan kedudukan ini. Inilah yang tergambar dalam empat hal, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menjelaskannya di dalam firman-Nya,

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (al-Hajj: 41)

Tatkala Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah menghancurkan penindasan dan kejahatan Bani Israil, mereka kembali kepada Rabb mereka dan Allah-سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menerima taubat mereka serta memberi kesempatan lagi kepada mereka, yang diungkapkan dalam firman-Nya,

ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا

“Kemudian Kami berikan kepada kalian giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantu kalian dengan harta dan kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kalian kelompok yang lebih besar.” (al-Isra: 6)

Kami katakan kepada mereka, “Kalian sekarang dalam ujian yang baru.”

 إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا

“Jika kalian berbuat baik (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri dan jika kalian berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.” (al-Isra’: 7)

Akan tetapi yang terjadi dari diri kalian, wahai Bani Israil, adalah kembali melakukan kejahatan lain, penindasan baru dan perusakan yang baru.

فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ

“Dan apabila datang saat hukuman  bagi (kejahatan) yang kedua.” (al-Isra: 7)

Yaitu saat hukuman bagi penindasan mereka, niscaya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan menguasakan atas kalian hamba-hamba yang menghancurkan penindasan dan kejahatan kalian.

فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا

“Dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kalian dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (al-Isra: 7)

Setelah kejahatan yang pertama Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menjanjikan akan memberikan kesempatan untuk mengalahkan musuh mereka dari kaum Majusi. Tapi setelah kejahatan yang kedua, Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- hanya membuka pintu harapan bagi mereka.

عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ

“Mudah-mudahan Rabbmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepada kalian.” (al-Isra: 8)

Akan tetapi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menguasakan atas hati dan eksistensi mereka sebuah ancaman nyata yang tidak bisa dihindari, yaitu firman Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-,

وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا

“Dan sekiranya kalian kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazab kalian) dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.” (al-Isra: 8)

Yaitu, apabila kalian kembali melakukan kejahatan dan penindasan, maka Kami kembali menghancurkannya, dan Kami jadikan neraka jahanam penjara bagi orang-orang kafir.

Tapi saat ini mereka kembali kepada kejahatan, kembali kepada penindasan, kembali membuat kerusakan dan permusuhan dengan tempat-tempat suci dan kepercayaan akidah serta memutuskan hubungan di antara manusia. Maka Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan membalas dengan orang-orang zalim kemudian membalas orang-orang yang zalim. Karena itu, faktor-faktor turunnya balasan Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- atas mereka sudah siap, dengan kehancuran yang sehabis-habisnya.

Mungkin kita wahai kaum Muslimin, telah lalai dalam menjalankan kewajiban agama kita, lalai mengamalkan kitab Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى-, lupa menghadap kepada-Nya serta lalai untuk berpegang teguh dengan tali-Nya yang kuat, sehingga Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- menimpakan kepada kita kekuasaan orang-orang zalim, seperti kaum Zionis ini.

Akan tetapi apabila kita kembali mengumpulkan kebangkitan keimanan dan kembali bertobat kepada Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- Rabb semesta alam, apabila kita mau merubah apa yang ada pada diri kita, niscaya Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan merubah apa yang ada pada diri kita, dari lemah menjadi kuat, dari perpecahan menjadi persatuan, dari kehinaan menjadi kemuliaan. Sesungguhnya Bani Israil pada saat ini telah melampaui batas dalam penindasan dan kejahatan, dan Allah-سُبْحَانَهُ َتَعَالَى- berfirman,

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (agar mentaati Allah) tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (al-isra’: 16)

Bisa saja Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- akan menghancurkan tanpa perantaraan peran dan keikutsertaan kita, akan tetapi Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- telah berfirman,

وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ

“Apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain.” (Muhammad : 4)

Mereka inilah Bani Israil, yang telah dihancurkan berulang-ulang akibat kejahatan dan penindasan mereka. Meski demikian, mereka saat ini masih tenggelam dalam kejahatan dan perilaku yang menindas.

Penghancuran mereka oleh Allah -سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى- tidak terelakkan.

قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ (14) وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ

“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kalian terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang Mukmin.” (at-Taubah: 14-15).

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

(Redaksi)

Sumber:

Al-Yahud Fi al-Qur’an al-Karim, Syaikh Shalah Abu Ismail, hal. 157-166